Wisata

Mengintip Potensi Desa di Kecamatan Blimbingsari

Senin, 08 Januari 2018 - 13:36 | 390.70k
Festival Bambu Gintangan 2017. (FOTO: metrotvnews.com)
Festival Bambu Gintangan 2017. (FOTO: metrotvnews.com)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Sepuluh desa di Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki potensi yang layak untuk dikembangkan. Seperti tempat wisata, seni budaya, kuliner, kerajinan, dan tempat bersejarah.

Berikut TIMES Indonesia sajikan potensi masing-masing desa yang ada di Kecamatan Blimbingsari, Banyuwamgi:

Advertisement

BLIMBINGSARI

Desa ini pada masa Kerajaan Blambangan bernama Banyualit. Kala itu, pantai Blimbingsari adalah pelabuhan besar tempat singgah kapal-kapal Eropa, China, dan Arab untuk berdagang.

Wajar jika Banyualit masuk dalam peta VOC sebagai pintu masuk ke wilayah Blambangan. Dahulu, tak jauh dari pantai Blimbingsari terdapat benteng VOC tempat para petinggi kompeni berkuasa.

Kini, pantai Banyualit berubah nama menjadi pantai Blimbingsari. Disana terdapat puluhan warung lesehan yang menyajikan aneka menu ikan bakar. Setiap akhir pekan, pantai ini ramai dikunjungi masyarakat untuk berwisata.

Bandara Banyuwangi juga terletak di desa ini. Setiap hari bandara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II ini melayani rute Banyuwangi - Surabaya (PP) sebanyak 3 kali dan 3 kali penerbangan Banyuwangi - Jakarta (PP).

Selain berprofesi sebagai nelayan, masyarakat Blimbingsari bekerja sebagai petani, pembuat perahu, dan perajin manik-manik berkualitas ekspor.

BADEAN

Desa Badean terletak di sebelah utara Bandara Banyuwangi. Sebelum pembentukan Kecamatan Blimbingsari pada awal tahun 2017 lalu, desa ini masuk wilayah Kecamatan Kabat.

Potensi yang dimiliki desa ini salah satunya adalah pencak silat Badean. Jurus-jurus jitu pendekar Badean sudah teruji se antero Nusantara.

Selain banyak melahirkan pendekar silat, Desa Badean banyak mengorbitkan pemain-pemain sepakbola Persewangi Banyuwangi.

Tempat bersejarah di Badean terletak di Dusun Cungkingan. Konon pada era keemasan Kerajaan Blambangan, disekitar pantai Cungkingan banyak bermukim pedagang-pedagang berkebangsaan China.

SUKOJATI

Desa Sukojati memiliki kawasan potensial untuk pengembangan perumahan.

Beberapa pengembang perumahan ramai-ramai berinvestasi di Desa Sukojati. Apalagi, jalur alternatif menuju Bandara Banyuwangi melintasi kawasan Desa tersebut.

Diprediksi, dalam waktu dekat Desa Sukojati akan menjadi kota kecil di wilayah Kecamatan Blimbingsari.

KAOTAN

Desa terkecil di Kecamatan Blimbingsari ini memiliki potensi pertanian yang luar biasa.

Potensi lain yang dimiliki Kaotan adalah berdirinya beberapa pabrik yang memproduksi paving.

WATUKEBO

Desa dengan penduduk terbanyak di Kecamatan Blimbingsari menjadikan Watukebo memiliki segudang potensi.

Pertanian organik berhasil dikembangkan di lahan pertanian Desa Watukebo. Produk beras organik dan prima andalan Banyuwangi berasal dari desa ini.

Pada tahun 2016, petani organik, Mohammad Saidi, mendapat penghargaan dari Presiden Joko Widodo di Istana Negara sebagai petani teladan nasional.

Selain unggul di bidang pertanian, Warga setempat juga memproduksi peti telur dan peti buah dari limbah kayu.

Produksi gula merah non sulvit juga diproduksi di desa ini, yakni di Dusun Gumukagung. Perusahaan besar seperti Indofood menggunakan gula merah made in Watukebo.

Tempat bersejarah di desa Watukebo adalah Gumuk Wilis. Konon di bukit itu Pahlawan Blambangan, Agung Wilis ditangkap VOC dan dibuang ke Pulau Banda.

PATOMAN

Miniatur Bali di Banyuwangi bisa dilihat di desa Patoman. Sebagian masyarakat desa ini beragama Hindu dan memiliki kesamaan adat istiadat masyarakat Pulau Dewata.

Toleransi sangat dijunjung tinggi oleh penganut berbagai agama di Desa Patoman. Sikap saling menghormati ditunjukkan antar pemeluk agama dengan melakukan perilaku saling tolong menolong.

Desa Patoman memiliki pantai dengan pemandangan Selat Bali yang indah.

BOMO

Desa bahari layak disandang Desa Bomo karena sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan.

Bomo memiliki dua pantai, yakni Pantai Bomo dan Pantai Kedunen dengan pemandangan Selat Bali dan Gunung Sembulungan yang indah.

Selain mengandalkan ikan tangkapan, nelayan setempat juga mencari ikan hias karena memiliki harga yang lumayan mahal.

Pantai di desa ini juga menjadi tempat favorit bagi para mancing mania.

Potensi pertanian hortikultura di desa ini lumayan besar, seperti buah melon, semangka, cabai, dan lainnya.

KARANGREJO

Desa Krupuk adalah sebutan lain bagi Desa Karangrejo. Berbagai jenis krupuk di produksi di desa ini.

Krupuk Karangrejo memiliki rasa yang khas dan berbeda dari krupuk lainnya.

Penjualan krupuk Karangrejo mampu menembus pasar kota-kota besar di Pulau Sumatera dan Kalimantan, seperti Medan, Riau, Aceh, Bengkulu, Palembang,Lampung, Palangkaraya, Kotawaringin, dan Kutai Kartanegara.

KALIGUNG

Kerajinan tas Desa Kaligung merajai pasar di pulau Bali. Sebagian besar tas yang dijual di kawasan pantai Kuta, Sanur, Nusa Dua, dan tempat-tempat wisata lain di pulau dewata adalah hasil karya warga Kaligung.

Bahkan, tas berbahan kulit ular mulai merambah pasar Eropa dan Amerika. Selain tas, produk lain dari monte, seperti sandal dan topi juga di produksi di desa ini.

Potensi lain yang dimiliki desa ini adalah keberadaan Pondok Modern Gontor V dengan ribuan santri.

Tiap akhir pekan, homestay di sekitar pondok selalu ramai dikunjungi para wali santri dari luar daerah.

GINTANGAN

Gelintang, nama kuno desa ini sebelum terjadi Perang Bayu tahun 1771-1772. Dalam perang dahsyat itu, Gelintang diyakini menjadi tempat terjadinya genosida yang dilakukan VOC terhadap penduduk Blambangan.

Kini, nama Gelintang berubah menjadi Gintangan. Memiliki potensi kerajinan bambu berkelas dunia.

Tangan-tangan terampil penduduk setempat mampu membuat bermacam kerajinan berbahan bambu.

Setiap tahun, di desa ini digelar Festival Bambu Gintangan yang menjadi agenda rutin Banyuwangi Festival. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES