
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Parade busana Batik On Pedestrian di area Taman Blambangan Banyuwangi ini sangat menawan sehingga para pejalan kaki maupun kendaraan yang melintas terhipnotis dan berhenti untuk memandang.
Ragam busana batik yang anggun dan menawan ini merupakan karya para desainer lokal yang dibawakan model kategori pelajar hingga kategori umum.
Advertisement
Banyuwangi Batik On Pedestrian digelar Jumat, 22 November 2019 kemarin.
Banyuwangi Batik On Pedestrian merupakan rangkaian event yang mengawali pagelaran Banyuwangi Batik Festival (BBF) yang akan digelar hari ini Sabtu (23/11/2019). Di event ini, sebanyak 60 model dari kategori anak hingga dewasa melenggang cantik di catwalk trotoar taman kota.
Para model ini membawakan busana batik hasil desain sendiri maupun hasil kolaborasi dengan desainer lokal. Tema busana yang disajikan mulai kasual, busana pesta, hingga busana kerja.
Ketua Dekranasda (dewan kerajinan nasional daerah) Banyuwangi, Dani Azwar Anas mengatakan event Banyuwangi Batik On Pedestrian yang digelar rutin tiap tahun adalah cara untuk menumbuhkan kreativitas anak-anak muda daerah yang memiliki passion di bidang fashion, khususnya batik.
"Kami yakin dengan terus memberikan panggung seperti ini akan terus memunculkan bibit-bibit desainer potensial daerah. Selain itu, ini juga cara menumbuhkan kecintaan mereka pada kain batik yang merupakan warisan budaya bangsa ini," kata Dani yang istri Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Sabtu (23/11/2019).
Dani menambahkan bahwa event ini sengaja digelar di area pedestrian, selain untuk memberikan keunikan juga sekaligus untuk mengkampanyekan trotoar yang nyaman dan aman bagi para pejalan kaki.
Event yang memasuki tahun ke tujuh ini, para model mengenakan batik motif Blarak Sempal. Motif ini menyerupai blarak - daun kelapa yg sudah tua dengan bentuk garis-garis miring yang tersusun berbanjar dan saling berlawanan.
Seperti, salah satu model bernama Nuring Widi Tatwa (15) asal SMPK Yos Sudarso Siliragung, Banyuwangi mengenakan busana buah karyanya bersama desainer Deny Marta dari Batik Nesya.
"Saya baru pertama kali ikut fashion on pedestrian ini, Bangga sih bisa mengenakan busana buah karya sendiri, karena bikinnya otodidak," ujar Tatwa salah satu peserta kategori remaja.
Sementara itu salah satu desainer papan atas nasional, Sofie, yang turut hadir pada pagelaran tersebut mengatakan jika event Batik On Pedestrian sangat menarik.
"Event unik ini akan menjadi ajang promosi batik Banyuwangi pada khalayak luas. Lewat gelaran Banyuwangi dengan beragam event di dalamnya, akan membuat orang "melihat" bahwa Banyuwangi memiliki batik khas yang tidak kalah menarik dari batik daerah lain," ujar desainer yang memiliki nama lengkap Hadriani Ahmad Sofiyulloh.
Sofie mengapresiasi Banyuwangi yang konsisten memberikan panggung bagi industri batik dan pelaku fashion daerah untuk menampilkan karyanya. Menurutnya, apa yang dilakukan di Banyuwangi sangat bermanfaat bagi para desainer.
"Ini tidak hanya bermanfaat bagi desainer daerah, namun kami yang dari luar Banyuwangi juga akan belajar bagaimana karakter busana dan desainer daerah. Jadi kami sama-sama belajar di sini," kata Sofie.
"Dengan konsisten digelar event ini pastinya menggerakkan ekonomi pelaku batik daerah, patut diapresiasi," imbuhnya.
Dalam rangka mengiringi pelaksanaan batik festival tahun ini, sejumlah rangkaian kegiatan telah digelar. Mulai kompetisi desain busana batik (20/11), worskhop busana untuk siswa SMK (30/10 - 5/11), hingga Fashion on the Pedestrian (22/11) dan puncaknya Pagelaran Banyuwangi Batik Festival yang akan digelar Sabtu malam, (23/11). (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |
Sumber | : TIMES Banyuwangi |