Wisata

Omoide Yakoco, Atmosfer Masa Lalu di Tengah Modernitas Tokyo

Selasa, 17 Desember 2019 - 20:08 | 60.73k
Suasana Kota Tokyo. (FOTO: Alanis Angelita/TIMES Indonesia)
Suasana Kota Tokyo. (FOTO: Alanis Angelita/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TOKYO – Mendengar Kota Tokyo,  tentu saja  yang akan terlintas dalam pikiran yaitu kecanggihan yang disuguhkan di tiap sudut kota yang seakan membawa kita ke masa depan.

Semangat yang ada di Tokyo memberikan gairah untuk menikmati semua hal yang ditawarkan di kota ini, khususnya teknologi futuristik yang memberikan pengalaman unik. Modernitas lahir juga di Tokyo yang membuat masyarakat di sini lebih dinamis.

Advertisement

Inovasi-inovasi terus dikembangkan untuk menciptakan hal baru yang memanfaatkan teknologi. Maka tidak heran jika Tokyo dinobatkan sebagai kota paling modern dan futurustik di dunia.

Suasana-Kota-Tokyob.jpg

Gemerlap lampu Shibuya, Shinjuku, dan Harajuku, lalu lalang orang di Shibuya Crossing, lampu-lampu neon yang mewarnai Akihabara yang dijuluki kota elektronik nomor satu di Jepang, gedung pencakar langit dengan arsitektur modern yang dibalut teknologi canggih, kapsul hotel, vanding machine dan mesin pentir untuk memesan makanan adalah secuil gambaran dari Tokyo yang serba modern.

Walaupun Tokyo dijuluki kota futuristik yang penuh keceriaan, tetapi budaya setempat masih melekat dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Modernitas kota dan tradisi yang tumbuh dalam masyarakat dapat berjalan berdampingan untuk saling melengkapi. gedung-gedung dengan gaya arsitektur modern yang dibalut teknologi canggih memenuhi tiap sudut Tokyo, tetapi beberapa tempat di Tokyo yang masih dipertahankan keasliannya karena menyimpan sejarah di masa lampau.

Suasana-Kota-Tokyo-c.jpg

Tak ada yang mengira di tengah keramaian Shinjuku yang dipadati orang-orang dari belahan dunia yang berbeda, latar belakang berbeda, budaya yang berbeda tersembunyi sebuah tempat yang masih sarat dengan budaya masa lampau.

Gaya arsitektur pada yang ada di tempat itu merepresentasi Tokyo di masa silam. Tempat itu dikenal dengan nama Omoide Yakocho atau tempat ini juga sering dijuluki “Memory Lane” karena menyimpan kenangan kota Tokyo yang penuh kisah.

Omoide Yakocho adalah mesin rindu yang menghantar kita untuk berjalan-jalan ke era 70 tahunan yang lalu. Tempat ini membawa kita kembali lagi ke Zaman Showa. Tempat ini sangat kontras dengan Shinjuku di mana Shinjuku menawarkan atmosfer Tokyo yang penuh kegembiraan, kerumunan yang sibuk, dan bangunan yang modern sementara Omoide Yokocho menyuguhkan suasana masa silam dengan cahaya remang-remang yang mendukung suasana.

Suasana-Kota-Tokyo-d.jpg

Menurut kabar yang beredar, Omoide Yokocho lahir sejak tahun 1940-an – periode pasca perang – di mana di tempat ini tidak ada satu toko yang terselamatkan karena habis dimakan api pada situasi perang. Selama berlangsungnya perang, di tempat ini orang-orang berjualan jeroan hewan yang dibakar karena tepung pada saat itu untuk membuat ramen atau udon tidak tersedia. lalu, pada tahun 1946 setelah perang dunia II berakhir, tempat ini menjadi pusat penjualan pakaian, kebutuhan rumah tangga, dan makanan seperti ramen atau soba.

Di sepanjang jalan Omoide Yakocho menghadirkan bar-bar sempit bergaya izakaya yang menjual berbagai macam bir atau sake. Walaupun terlihat kuno, tetapi bar yang ada di sini sangat menyatu dengan suasana. 

Tradisi masyarakat Jepang pun juga bisa dijumpai di sini, yaitu nomikai. Nomikai adalah tradisi orang Jepang untuk minum-minum selepas pulang kerja. Biasanya minuman andalan masyarakat pada umumnya adalah sake.

Kebiasaan orang Jepang – nomikai – sangat popular di kalangan wisatawan. sehingga banyak wisatawan yang datang ke Omoide Yakocho untuk menjajal sensasinya minum sake di bar sempit bernuansa masa lalu. Selain bar kedai makan di Omoide Yakocho juga menawarkan makanan seperti yakitori, ramen, yakisoba, dan beberapa makanan lokal lainnya. Wisatawan asing tak perlu khawatir jika berkunjung ke tempat ini karena menu juga ditulis dalam bahasa Inggris.

Suasana-Kota-Tokyo-e.jpg

Kedai-kedai kopi juga memadati lorong-lorong sempit itu. Banyak orang-orang yang menghabiskan waktu di kedai kopi di sepanjang jalan Omoide Yakocho. Mereka saling mengobrol sembari bersantai. Hal yang membuat betah lama-lama berada di sini adalah kita akan disambut oleh keramahtamahan para penjual di sepanjang lorong.

Kira-kira ada 70 unit bar, kedai kopi, dan kedai makan yang berada di Omoide Yokocho. Rata-rata kedai akan buka puku 16.00 sore. Berjalan menyusuri lorong akan menggugah selera makan karena aromanya yang sangat lezat tercium jelas dari tiap kedai.

Berbaurlah dengan orang-orang yang berada di bar jika ingin mendapatkan kehangatan yang nyata dari orang-orang Jepang. mereka akan sangat terbuka dengan keberadaan kita. Berada di tengah percakapan mereka serasa menjadi warga lokal. Walau terkendala bahasa, tetapi orang-orang yang berada di bar itu dapat memberikan kenyamanan bak teman lama yang dipertemukan kembali.

Omoide Yakocho adalah tempat paling cocok untuk bernostalgia di tengah hiruk pikuk kota Tokyo. Tempat itu kembali sebagai barisan pengingat sejarah di masa lampau. Omoide Yakocho adalah bukti nyata bahwa sesuatu yang bersifat tradisional tidak selalu dapat digantikan oleh hal-hal yang bersifat kontemporer dan modern. Omoide Yakocho adalah bukti nyata bahwa masyarakat Jepang masih menghargai budaya setempat sebagai wujud jati diri mereka. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES