Kilas Balik Ottouw-Geissler dan Sultan Tidore dalam Lembaran Sejarah Papua

TIMESINDONESIA, MANOKWARI – Di sepanjang garis pantai Kota Manokwari terhampar lautan membiru bersama eloknya cakrawala. Di tengah panorama lautan Pasifik itu, di atas pulau Mansinam menjulang tinggi patung Yesus menjulang tajam ke angkasa, seakan menyapa pada umatnya, Bahwa di sinilah tempat cikal bakal orang Papua mengenal peradaban pertama kali.
Mansinam adalah pulau kecil di hamparan tanah Papua Barat. Rentang jarak tempuh tidak lebih dari 30 menit menggunakan perahu sampan masyarakat setempat.
Advertisement
Melalui bibir pantai Kwawi kota Manokwari, menjelang dan selepas memasuki tanggal 5 Februari nanti, seantero masyarakat Papua dan Papua Barat akan berbondong menuju Pulau Mansinam tersebut.
Pulau kecil yang hanya berpenduduk kurang lebih 800 jiwa ini, sebentar lagi akan dibanjiri berbagai macam orang dari belahan manapun. Kedatangan mereka tak lain, lantaran terpanggil oleh lembaran sejarah yang dinilai membuat orang Papua mengenal Tuhan (Yesus).
Sejarah itu bermula saat misionaris Jerman Carl Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler, Februari 1855, mulai menginjakkan kaki di Pulau Mansinam. Setelah menerima bantuan tumpangan perahu dari Kesultanan Tidore kala itu.
Tentu, Sultan Tidore turut andil membantu menghantar orang Papua menuju peradabannya, meskipun hanya sekedar memberikan tumpangan perahu kepada kedua misionaris itu. Tanpa itikad baik Sultan, kedua misionaris tersebut tak akan sampai ke pulau Mansinam.
Jika kita merenung dan menelisik jauh ke dalam lembaran sejarah tersebut, ada sebuah benang merah. Bahwa ketiga ini anak manusia itu sebenarnya telah menjahit indahnya toleransi, jauh sebelum diterpa peradaban-peradaban berikutnya.
Perlu diketahui, sebelum Misonaris Ottouw-Geissler mendaratkan kaki di Papua, seperti ditulis oleh tirto.id, perjalanan mereka berdua terlebih dahulu berlabuh di Batavia, lalu berlanjut ke Makasar, lalu Ternate, kemudian diakhiri di Pulau Mansinam (Papua Barat).
Lamanya kedua Misionaris berderap di tanah Papua, khususnya Pulau Mansinam. Menyisakan sisa-sisa peninggalan sejarah mereka, yakni bangunan gereja yang kini hanya tinggal pondasi.
Selain Gereja, Ottouw-Geissler juga membangun sebuah sumur yang diperuntukan untuk masyarakat setempat. Sampai sekarang sumur tersebut masih tetap dimanfaatkan oleh masyarakat pulau Mansinam, Papua Barat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : TIMES Papua |