Wisata

Inilah Empat Kedai Kopi di Taliabu yang Harus Dikunjungi

Kamis, 06 Februari 2020 - 14:14 | 240.78k
Muhaimin Owners Caffe Shop Mhata Haya.
Muhaimin Owners Caffe Shop Mhata Haya.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PULAU TALIABU – Salah satu kegemaran masyarakat Indonesia adalah nongkrong dan ngopi. Mulai dari warung kopi pinggir jalan sampai di kedai-kedai kopi besar yang fancy. Karena banyaknya permintaan, hal ini membuat bisnis kedai kopi menjadi banyak peminatnya. ada empat kedai kopi yang rugi jika tidak kita kunjungi.  

Sekarang bisa kita lihat makin menjamurnya tempat-tempat kopi yang  hampir ada di setiap wilayah di Indonesia. Mulai dari kedai tempat kopi besar sampai yang hanya bersifat sementara. Banyaknya tempat kopi ini lantas tidak  membuat bisnis kopi menjadi pasar yang jenuh. Peluang di bidang ini masih terus terbuka karena permintaan juga masih terus meningkat. 

Advertisement

Kedai-Kopi-2.jpg

Beberapa pemuda di Kabupaten Pulau Taliabu juga tidak luput untuk mencoba peluang bisnis dengan membuka peluang bisnis tempat  Kopi Kekinian atau biasa di sebut Caffee shop ini. 

Setidaknya ada empat tempat  kopi yang bisa dikunjungi ketika kita berada di Ibu Kota Pulau Taliabu, yakni Desa Bobong Taliabu Barat dan sekitarnya. Di kedai kopi ini, kita bisa mencicipi nikmatnya kopi lokal  Nusantara sampai dengan kopi yang ada di kota-kota besar pada umumnya.

1. Coffee Shop Maluku

Di kedai kopi ini, kita bakal bertemu dengan barista perempuan, yakni  Kikan (25). selain menjadi barista yang meracik kopi untuk para pengunjung, Kikan juga  sebagai owners  Coffee Shop Maluku atau pemilik tepat kopi Maluku. Jangan kaget,  Kikan adala mahasiswa yang mengambil fokus studi Kesehatana, tetapi jatuh cinta pada dunia kopi.

Caffee Shop Maluku sendiri menjadi caffee shop pertama yang hadir di Kabupaten Pulau Taliabu pada tahun 2018.  Maluku dipilih sebagai nama tempat kopi Kikan, yakni   untuk memperkenalkan kopi Maluku. 

Perempuan yang pernah mengambil traning privat pembuatan  kopi di  kelas barista akademik Kopi Indonesia Jakarta ini  mengatakan, selain menekuni dunia bisnis kopi, tujuannya adalah untuk membantu petani kopi.

"Saya kenal kopi pada tahun 2015 waktu kuliah di Makassar, dan setelah itu saya tertarik dengan dunia kopi. Saya ingin mengenal kopi lebih jauh lagi dan ingin merintis usaha kopi. Jadi setelah saya selesai kuliah saya langsung ke Jakarta untuk ambil kelas Barista di akademik Kopi Indonesia di Jakarta belajar labuh jauh tentang dunia kopi," kata Kikan.

Kedai-Kopi-3.jpg

"Saya sama dengan teman-teman Owners di Indonesia, kita  itu ingin mengkopikan kopi Indonesia, artinya apa ? kiti ingin memperkenalkan kepada masyarakat Indonesia dan mancanegara bahwa Indonesia itu punya produk kopi yang bagus. Selain itu apa, kita juga ingin merangsang masyarakat, terutama masyarakat Taliabu  ayo tanam pohon kopi, harga kopi sudah bagus, biar Taliabu juga punya produk kopi unggulan yang saya dan teman-teman lainnya bisa promosikan," sambungnya.

Di Coffee Shop Maluku, Kikan menyediakan menu kopi Nusantara, seperti kopi Sumatra, Toraja, Flores, Bali dan Buton. Ia berharap kedepannya jika warga Taliabu sudah kembali menanam pohon kopi, bakal ada Kopi Taliabu

"Taliabu dulunya ada petani kopi, menjadi produk unggulan di Maluku. Tapi ketika harga kopi jatuh petani langsung beralih menanam tanaman lain sehingga pohon kopi di Taliabu tidak ada lagi. Saya berharap dengan harga kopi yang sudah kembali menyentuh 70 ribu perkilogram ini, masyarakat bisa kembali menanam kopi," harap Kikan

2. Coffee Shop Mhata Haya 

Caffee shop Mhata Haya terletak di Desa Wayo, Kecamatan Taliabu Barat. Nama Mhata Haya sendiri di ambil dari bahasa Taliabu, yang artinya Bapak Besar.  Pemilik Kedai ini berharap orang-orang yang datang berkunjung ke Kedai Kopi Mhata Haya, kedepannya menjadi orang yang besar.

Muhaimin Usman (32)  atau biasa disapa Imin adalah Owners Caffee shop Mhata Haya,  Pria yang pernah menjalankan studi di Bandung, Alumni Universitas Pasundan Bandung ini  mengaku pertama mengenal kopi pada tahun 2006.  

Edisi-Sabtu-8-Februari-2020-Kedai-Kopi.jpg

"Sebelum membuka usaha kedai kopi, saya memang pencinta kopi. Kalau sekedar kopi, sudah dari dulu saya kenal. Tapi saya benar-benar mengenal kopi lebih jauh itu pada tahun 2006, sewaktu kuliah di Bandung. Waktu itu kita jualan kopi gerobak di Bandung,  Alat pembuat kopi yang pertama kali saya gunakan adalah rock espresso  dan F60. Awal saya buat kedai kopi ini pada tahun 2019 bulan juni, kopi yang saya sediakan waktu itu adalah Kopi Jarod. Setelah berjalan waktu saya mencoba ke kopi manual brew dan espresso," kata Imin.

"Saya punya dua pilihlah menu yang spesial, yaitu Caffee Bir dan Kopi dari Brazil. Kalau kopi Brazil itu bahannya memang dari Brazil kala caffe Bir itu adalah campuran kopi dan jus tidak ada alkohol, tapi sebutannya Caffe Bir."

Untuk membangun  Kedai kopi, Imin mengaku sudah mengeluarkan uang sebesar 158 juta. Mulai dari bangunan hingga alat pembuat kopi. 

"Bisa katakan Kedai Mhata Haya yang saya dirikan ini adalah salah satu kedai kopi yang terlengkap di Pulau Taliabu. Mendirikan Kedai kopi sebagai sebuah usaha bisnis, saya juga ingin membudayakan ngopi di Pulau Taliabu, mengajak generasi melenial dan masyarakat umum untuk cinta dengan kopi, Karena dengan duduk ngoni kita bisa cerita banyak hal, lahirkan banyak gagasan dan berdiskusi tentang hal-hal yang positif. Mari kita ngopi dan katakan tidak pada minuman keras juga narkoba," kata Imin.

3. Coffee Shop  Liang Haya

Nama dari kedai kopi yang satu ini juga diambil dari bahasa Taliabu, Liang Haya yang artinya Hati Besar.  Semi (29) pemilik kedai kopi ini katakan, untuk membangun sebuah peradaban yang besar, membutuhkan seorang pemimpin yang berhati besar, makannya Liang Haya menjadi nama kedai kopi yang ia dirikan.


Untuk membangun kedai kopi nya, ia mengaku tidak membutuhkan anggaran yang besar. Modal yang dia keluarkan mencapai 30 juta, mulai dari kontrak bangunan, mesin pembuat kopi sampai dengan kopi. Pria yang pernah berkuliah di Makassar ini mengaku mengenal kopi pada tahun 2010 dan mendalami dunia kopi dengan mengikuti workshop 2019 sebelum mendirikan kedai kopinya.

Kepada Times Indonesia, Rabu (5/2) ia katakan. Selain membuat kedai kopi sebagai sebuah bisnis, kedai kopi juga ia berharap bisa menjadi wadah bagi generasi milenial dan Masyarakat sebagai tempat tongkrongan asyik dan sehat.

"Selain bisnis, saya ingin jadikan kedai kopi ini sebagai tempat nongkrong yang sehat dan asyik. Bagaimana mengajak generasi milenial dan masyarakat itu mulai nongkrong sambil ngopi, bercerita hal-hal yang positif, jadikan ngopi sebagai teman diskusi dan tempat membaca. Ayo mulai nongkrong dengan tidak mengkonsumsi minuman keras dan memakai narkoba," kata Semi.

Di kedai kopi Liang Haya, Semi menyediakan beberapa buku yang bisa di baca oleh para pengunjung. Ia juga berencana akan menanamkan budaya literasi dengan teman-teman yang tergabung dalam komunitas Liang Haya.

4. Coffee Shop  Butas

Kedai kopi Butas terletak di Desa Bobong, Ibu Kota kabupaten Pulau Taliabu.  Berada di posisi strategis,  kedai kopi yang satu ini banyak pengunjungnya.   Bukan hanya posisi strategis yang menarik pengunjung datang ke sini, melainkan hasil racikan kopi dari pemilik kedai.

Pemilik kedai Butas ini bernama Soni (24). Meski masih muda, memulai bisnis di kedai kopi menjadi pilihannya setelah selesai berkuliah di Universitas Muhammadiyah Luwuk.  

Pilihan nama Butas dipilih Soni setelah menggabungkan Mayoritas suku yang ada di Taliabu.  Buton, Taliabu dan Sula. Untuk anggaran sendiri, ia mengaku telah menghabiskan uang sebesar 20 juta lebih untuk melengkapi kedai kopinya.

"Untuk nama kedai Butas, saya pilih setelah menggabungkan suku yang ada di Taliabu. Kalau untuk Anggaran,  membangun kedai ini mengeluarkan anggaran sebesar 20 juta lebih, mulai dari sewa bangunan, alat pembuat kopi hingga kopi itu sendiri," ungkap Soni kepada Times Indonesia.

Tidak bedah jauh dengan kedai-kedai kopi  yang ada,  kopi yang disajikan hampir lah sama. Tapi ada yang beda, di kedai butas, Soni menyajikan satu kopi yang ia beri nama kopi Butas, kopi hitam tanpa susu.

Awal mengenal dunia kopi, ia menuturkan banyak belajar pada seorang temannya yang bernama  Daeng Mangge  waktu berada di Luwuk. Mulai dari menggoreng kopi sampai dengan meracik kopi. Untuk yang  ingin berkunjung ke Kabupaten Pualu Taliabu,  Maluku Utara agar tidak lupa berkunjung ke tempat kopi di atas. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Maluku

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES