Wisata

Komunitas Kampoeng Hompimpa Lestarikan Dolanan Tradisional

Sabtu, 11 April 2020 - 18:53 | 59.42k
Aksi Komunitas Kampoeng Hompimpa Semarang saat mengajari anak-anak bermain dolanan tradisional. (Foto: Dok. Kampoeng Hompimpa Semarang)
Aksi Komunitas Kampoeng Hompimpa Semarang saat mengajari anak-anak bermain dolanan tradisional. (Foto: Dok. Kampoeng Hompimpa Semarang)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SEMARANG – Bermula dari kegelisahan melihat anak-anak yang meninggalkan permainan tradisional, Komunitas Kampoeng Hompimpa Semarang mengkampanyekan kembali beragam mainan tradisional melalui berbagai event.

Kampoeng Hompimpa Semarang ini berdiri pada 22 Desember 2016 di Gunungpati. Menurut Ketua Komunitas, Ahmad Misbakhul Munir, menyampaikan jika dirinya prihatin dengan memudarnya dolanan-dolanan tradisional di lingkungan sekitar.

Advertisement

"Kami teringat saat kecil, di mana kami bermain bersama dengan dolanan-dolanan tradisional. Namun kini pemandangan tersebut nyaris sirna," ungkapnya kepada TIMES Indonesia, Sabtu (11/4/2020).

Bagi komunitas Kampoeng Hompimpa Semarang, dolanan tradisional memiliki makna yang dalam. Jadi bukan hanya sekedar hal sepele yang dianggap remeh-temeh. Oeh karenanya, mereka merasa perlu mengkampanyekan kembali dalam rangka melestarikan.

Atas dasar itulah, Munir menyampaikan jika dirinya bersama teman-teman yang biasa kumpul, bergerak membuat Kampoeng Hompimpa. Pemilihan nama Hompimpa sendiri menurutnya diiambil dari nyanyian saat memulai sebuah permainan tradisional.

Kegiatan Kampoeng Hompimpa tak lain adalah mengenalkan berbagai macam permainan tradisional kepada masyarakat. Menurut Munir, ada tiga kalangan yang menjadi sasarannya. Yakni anak-anak, remaja, dan orangtua.

“Kepada anak-anak, kami fokus mengenalkan kembali dolanan tradisional. Kepada remaja, kami tekankan untuk mengajak mereka bermain sekaligus bergabung dengan kami. Sedangkan kepada orangtua kami upayakan agar mereka dapat mendorong anak-anaknya memainkannya di rumah,” tuturnya.

Meski beranggotakan muda-mudi yang rata-rata berusia di atas 20 tahun, mereka tak jemu mengampanyekan dolanan anak-anak ke masyarakat. Dengan sabar dan telaten rela door to door ke kampung-kampung dan beraam event di Semarang

Sementara itu, salah satu anggota Kampoeng Hompimpa Ahmad Rozikin mengaku, selama ini Kampoeng Hompimpa aktif berkampanye di kampung-kampung, sekolah, kampus, dan event-event Kota Semarang.

“Tiap dua minggu sekali, kami ada di car free day Jalan Pahlawan. Masuk ke sekolah-sekolah, kami agendakan setahun sekali. Ke kampus kapanpun, biasanya saat ada ajakan kerjasama. Sedangkan di event-event biasanya kami diundang,” tuturnya.

Ia menambahkan, awalnya biaya operasional dibebankan ke anggota lewat iuran. Karena sering mendapat undangan baik dari kampus maupun instansi, akhirnya Kampoeng Hompimpa punya kas di luar iuran anggota.

“Kami gunakan itu untuk membeli perlengkapan dolanan. Ada kelereng, egrang, lompat tali, dakon, gasing, bakiak, dan banyak lainnya,” bebernya.

Menurut Rozikin, apa yang komunitasnya gerakkan merupakan aksi sosial dan budaya. Ia mengatakan, Kampoeng Hompimpa akan terus berupaya menjaga kelestarian mainan tradisional. “Sesuai dengan tagline kami, yakni bermain, belajar, lestarikan,” pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Semarang

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES