
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Masjid di Indonesia biasanya dilengkapi dengan bedug. Ya alat, musik mirip gendang berukuran besar ini biasanya ditabuh sebagai penanda masuk waktu shalat. Bedug ditabuh sebelum azan dikumandangkan.
Bedug diperkirakan telah masuk di Indonesia sejak abad ke- 15. Beberapa naskah menuliskan bedug dibawa oleh Laksamana Cheng Ho dari China.
Advertisement
Tiba di Indonesia sejak abad ke- 15, tentunya ada bedug yang bersejarah. Nah bedug di masjid mana saja yang menyimpan sejarah?
Bedug Kyai Bagelen
Bedug ini terdapat di Masjid Agung Purworejo. Bedug ini dibuat oleh Kanjeng Raden Tumenggung Cokronegoro I dengan bahan dasar pohon jati yang telah berusia ratusan tahun.
Dari cerita lisan yang turun temurun, pohon jati yang digunakan mempunyai cabang cabang lima atau disebut pendowo. Dalam ilmu kejawen, pohon jati besar bercabang lima mengandung sifat perkasa dan berwibawa.
Berdasarkan hasil pengukuran, panjang rata-rata bedug 292 cm, garis tengah depan 194 cm, garis tengah belakang 180 cm, keliling bagian depan 601 cm dan keliling bagian belakang 564 cm. Saking besarnya, lubang depan dan belakang ditutup dengan kulit banteng dengan jumlah pakuan 120 buah untuk bagian depan dan 98 buah untuk bagian belakang. Bedug itu lalu dinamai Kyai Bagelen atau Pendowo.
Namun pada 3 Mei 1936, kulit bedug bagian belakang mengalami kerusakan. Sehingga diganti dengan kulit sapi ongale (benggala) dan sapi pemacek yang berasal dari Desa Winong, Kecamatan Kemiri, Purworejo.
Kini, Bedug Kyai Bagelen diletakkan di sebelah dalam serambi masjid. Suaranya akan terdengar saat asar, magrib, isya, subuh, zuhur dan menjelang salat Jumat. Juga pada saat menjelang salat sunah Idul Fitri dan Idul Adha serta acara-acara atau peristiwa- peristiwa keagamaan Islam. Bahkan untuk memperingati detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Bedug Kyai Bagelen selalu ditabuh untuk memberi tanda dan penghormatan.
Bedug Nyai Pringgit
Bedug Nyai Pringgit berada di Masjid Gede Mataram yang terletak di Dusun Sayangan RT 04 Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Sesuai namanya bedug ini merupakan hadiah dari Nyai Pringgit yang berasal dari daerah Kulonprogo.
Konon Nyai Pringgit menggendong sendiri bedug ini dari Kulonprogo hingga Bantul. Atas jasa Nyai Pringgit itulah, keturunannya diberikan hak untuk menempati wilayah di sekitar Masjid Gede Mataram, sekaligus menjadi pengurus Masjid.
Bedug Masjid Jami' Madandan
Bedug dan masjid ini adalah masjid pertama di Toraja. Masjid Jami' Madandan sudah ada sejak tahun 1858. Masjid terletak di Madandan, Kecamatan Rantetayo, Kabupaten Tana Toraja ini dibangun oleh Opu Den Ma'Kalu atau Andi Budu' dari Kota Palopo.
Nasrullah Sa'pang Allo pengurus masjid mengatakan bahwa bedug pertama di Toraja ini, masih terus digunakan, walaupun kondisinya sudah mulai rapuh.
Ia mengatakan bangunan masjid telah direnovasi sebanyak 3 kali. Namun Bedug masih asli sejak pertama kali dibuat.
Bedug Kitir
Salah satu peninggalan Sunan Ampel adalah Beduk Kitir yang terletak di Masjid Peneleh, Surabaya. Diberi nama bedug Kitir sebab konon beduk itu ditemukan mengapung di Sungai Kalimas, Surabaya.
Dikutip dari Liputan 6, beduk itu lantas diambil dan diletakkan di Masjid Peneleh. Uniknya, saat dipindahkan ke Masjid Kemayoran Surabaya (sekitar 5 kilometer dari Masjid Peneleh), beduk tersebut tak bisa dibunyikan.
Bedug juga pernah dibawa ke masjid Ampel. Sama, bunyinyapun begitu tak nyaring. Akhirnya Bedug Kitir kembali diletakkan di Masjid Peneleh. ternyata bisa bunyi dan dipakai sampai sekarang.
Bedug Masjid Godhegan
Bedug di Masjid Godhegan, Magetan Jawa Timur ini terbuat dari kayu jati utuh. Umur bedug tersebut sama tuanya dengan Masjid Godhegan.
Masjid ini merupakan masjid peninggalan pasukan Pangeran Diponegoro
Dikutip dari Kompas, konon, dulu hanya santri pilihan yang bisa memukul bedug yang diharmonisasi dengan kentongan. Pemukulan bedug harus seirama dengan langkah imam dari rumah menuju masjid.
Kentongan dan bedug akan selalu ditabuh dan tidak akan berhenti sebelum imam menginjakkan kakinya di pintu bagian utara masjid.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Adhitya Hendra |
Sumber | : TIMES Jakarta |