Wisata

Eksotisme De Djawatan Banyuwangi, dari Puing Bangunan Tua hingga Trembesi Raksasa

Kamis, 18 Juni 2020 - 08:22 | 159.50k
Suasana destinasi De Djawatan, di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. (Foto : Febri Wiantono/TIMES Indonesia)
Suasana destinasi De Djawatan, di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. (Foto : Febri Wiantono/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Berkunjung ke Banyuwangi, belum lengkap rasanya jika tidak mengunjungi destinasi De Djawatan Banyuwangi. Karena hutan kecil di pusat keramaian Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, ini bukan hanya menawarkan eksotisme pemandangan nan menyejukan mata.

Tapi juga sensasi berkeliling naik kereta kuda hingga menjelajah waktu di puing-puing bangunan peninggalan era penjajahan Belanda.

Advertisement

Ya, begitu masuk tempat wisata De Djawatan, pengunjung pasti akan merasakan suasana yang berbeda. Di depan mata terpampang rimbunnya dedaunan puluhan pohon trembesi raksasa. Berdiri kokoh menjulang.

De-Djawatan-2.jpg

Sebuah pemandangan yang hampir tidak pernah dijumpai di wilayah pemukiman masyarakat mana pun.

Konon, puluhan pohon trembesi tersebut sudah berusia 500 tahun lebih. Bisa dibayangkan seberapa besar pohonnya?

Makin mempesona, seperti hutan tropis kebanyakan. Di batang pohon trembesi raksasa banyak ditumbuhi lumut dan tanaman. Persis seperti yang dipertontonkan dalam sejumlah film layar kaca.

Untuk menikmati indahnya pemandangan, pengunjung bisa berkeliling sambil berjalan santai. Tapi dijamin rasa lelah tidak akan menghampiri. Karena di setiap jengkal, selalu memberi sudut menarik untuk berfoto selfie. Atau dengan kata lain, destinasi De Djawatan adalah spot selfie raksasa yang tidak kehabisan angle gambar istimewa.

Di destinasi milik Perhutani KPH Banyuwangi Selatan, ini juga terhampar puing-puing bangunan peninggalan era penjajahan Belanda. Yang menambah pemandangan lebih membumi.

Namun bagi wisatawan yang ingin berkeliling sambil seru-seruan. De Djawatan juga terdapat layanan naik kuda, kereta kuda dan motor ATV.

De-Djawatan-3.jpg

Bhogi Bayu, petugas destinasi De Djawatan menyampaikan, selama masa pandemi Covid-19, tempat wisata di Desa Benculuk, ini ditutup untuk umum. Sesuai dengan instruksi Pemerintah Daerah Banyuwangi. Dan baru dibuka kembali pada 15 Juni 2020 lalu untuk simulasi tatanan New Normal.

“Selama tutup, kami melakukan perbaikan dan penyempurnaan, sehingga pengunjung akan lebih nyaman,” ucap pria yang mengaku sebagai Ketua Pemuda Desa Benculuk ini, Kamis (18/6/2020).

Selama simulasi New Normal, atau hingga 21 Juni 2020, pengunjung destinasi De Djawatan, tidak dipungut biaya alias gratis.

Namun untuk hari biasa, berkunjung di De Djawatan, wisatawan hanya membayar tiket Rp 5 ribu per orang. Ditambah biaya parkir kendaraan.

Sedang harga layanan berkeliling naik kuda cukup Rp 20 ribu saja dan Rp 15 ribu untuk anak-anak. Rp 10 ribu untuk penumpang ketera kuda dewasa dan Rp 5 ribu untuk anak-anak. Naik ATV dibandrol Rp 50 ribu.

Destinasi De Djawatan Banyuwangi di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, buka mulai pukul 07.00 – 17.30 WIB. Dan tidak perlu khawatir jika berlama-lama di sini dengan tanpa membawa bekal makanan. Karena di lokasi disediakan café dan warung yang menjual beragam minuman dan kuliner lokal Bumi Blambangan. Tunggu apa lagi, yuk berwisata di destinasi De Djawatan!. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES