Akhir Pekan Tiba, Waktunya Berburu Keripik di Kampung Tempe Sanan

TIMESINDONESIA, MALANG – Anda yang menikmati akhir pekan di Malang dan bingung mencari oleh-oleh untuk dibawa pulang langsung saja mampir ke sentra keripik tempe di Kampung Tempe Sanan. Di sini, segala macam olahan tempe bisa anda temukan, mulai keripik tempe aneka rasa yang menjadi oleh-oleh ikonik Malang, hingga tempe mentah yang sesampai di rumah bisa langsung digoreng.
Kampung Sanan di Kelurahan Purwantoro, Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur telah lama dikenal sebagai pusat industri tempe dan keripik tempe. Di Kampung ini ada sekitar 630-an perajin tempe. Mulai dari membuat tempe, menjual tempe ke pasar, hingga mengolah tempe menjadi keripik tempe.
Advertisement
Ketua Paguyuban Sentra Keripik dan Tempe Sanan Malang, Arif Sofyan Hadi mengatakan, kampung ini mulai memproduksi keripik tempe pada tahun 1970-an. Konon, warga memproduksi keripik tempe karena banyak tempe yang tidak laku ketika dijual di pasar. Akhirnya, tempe diolah menjadi keripik.
Tidak hanya menjual aneka macam keripik tempe saja, kampung ini juga menjual aneka keripik buah. Seperti keripik buah nangka, buah apel, buah naga, buah salak, dan lain-lain, dengan varian harga yang berbeda-beda sesuai rasa.
Di era pandemi, penjualan keripik tempe memang sedikit menurun. Ini seiring dengan penutupan tempat wisata dan juga pemberlakukan Pematasan Sosial Bersekala Besar yang dilakukan pemerintah di Malang Raya.
Laili Afrida, pemilik toko Kiky di kampung Tempe Sanan, mengatakan, penjualan keripik tempe di masa pandemi mengalami penurunan. “Selama Corona saya memproduksi hanya 6 lonjor, kalau biasanya saya memproduksi sampai 12 lonjor,” ujarnya kepada TIMES Indonesia Selasa (21/7/2020) lalu. Laili memproduksi keripik aneka rasa. Ada 20 aneka varian rasa keripik tempe yang tersedia, yakni ada rasa original, balado, pedas manis, barbeque, keju, sapi panggang, ayam pedas, jagung manis, dan lain-lain. Harga aneka keripik tempe Kiky dibanderol mulai dari harga Rp 4.000 hingga Rp 7.000 tergantung banyak isi per bungkusnya.
Hal sama juga dirasakan pedagang lain. Sebelum pandemi, jumlah penjualan bisa mencapai 300 bungkus per hari. Namun saat ini, penjualan merosot drastis.
"Pemakaian kedelai di kampung ini sebelum pandemi bisa mencapai 30 hingga 40 ton per hari, tapi saat ini sudah berkurang banyak," kata Ketua Paguyuban Sentra Keripik dan Tempe Sanan Malang, Arif Sofyan Hadi.
Laili, Arif maupun perajin tempe di Kampung Sanan berharap, pandemi covid-19 segera berakhir sehingga roda perekonomian kembali berputar normal dan pembeli kembali keripik tempe membanjiri toko-toko yang ada di Kampung Tempe Sanan. Untuk saat ini, selain mengandalkan penjualan offline di toko, para pedagang mulai mengoptimalkan penjualan secara daring khususnya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dari luar Malang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |