Wisata

Tradisi Karo Masyarakat Desa Wisata Ngadas Sarat Nilai Magis

Selasa, 03 November 2020 - 08:54 | 73.12k
Ritual agung perayaan Yadnya Kasada, di kalangan Suku Tengger. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)
Ritual agung perayaan Yadnya Kasada, di kalangan Suku Tengger. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Pesona alam wilayah Bromo Tengger dan Semeru sudah dikenal di seluruh dunia. Ini pula yang dimiliki Desa Wisata Ngadas, di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jatim.

Pesona Ngadas itu berbalut dengan kehidupan budaya penduduk asli Tengger. Momentum budaya Tengger yang terkenal adalah Anugerah Kasodo (dilaksanakan pada bulan ke sepuluh pada kalender Saka). 

Advertisement

Upacara adat Kasodo memiliki makna penghormatan terhadap asal usul suku Tengger. Suku Tengger, menurut legenda, adalah keturunan Roro Anteng dan Joko Seger (disingkat Teng-ger). 

Kehidupan suku Tengger sangat kaya dengan tradisi. Salah satu momentum tradisi yang besar, selain Kasodo, adalah upacara Adat Karo atau Hari Raya Karo. 

Hari Raya Karo dilaksanakan mulai tanggal 7 hingga 22 bulan Karo. Karo dimaknai sebagai bulan kedua dalam kalender Saka. Perayaan Karo ini ditandai dengan beragam prosesi adat. 

Hari Raya Karo bagi suku Tengger merupakan perwujudan syukur atas berkah yang diberikan Tuhan dan penghormatan kepada leluhur mereka.

Dalam tadisi Karo, berbagai ritual dilakukan antara lain Doa Petren, Kauman, Tayuban, Tumpeng Gede, Sesanti, Sedekah panggonan (tamping), dan diakhiri dengan ritual Sadranan serta Ojung.

Wilayah ini merupakan kawasan konservasi dalam otoritas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Tantangan TNBTS ini sangat berat karena dengan ancaman konservasi khususnya pada lahan-lahan penduduk.

Tradisi Karo juga punya makna mengenang leluhur Tengger bernama Setya dan Setuhu. Dua orang itu bersikukuh dan terlibat pertengkaran karena memegang amanah untuk membawa keris Ajisaka (lihat ceritanya). 

Prosesi ritual tumpeng gede juga penuh dengan makna. Tumpeng gede merupakan sumbangan dari seluruh penduduk desa. Jenisnya berupa buah, jajanan dan makanan.

Tumpeng gede itu sudah diberi doa-doa dan keberkahan oleh dukun. Setelah itu, tumpeng gede diperebutkan dan dibagi kepada penduduk yang lain, terutama yang kekurangan. Ini mempunyai makna sejenis dengan sedekah makanan.

Masih ada ritual lainnya, yang dilakukan di (setiap) rumah penduduk Tengger. Kali ini adalah ritual Sesanti, yang dilakukan di rumah warga.

Dalam ritual ini, seorang dukun (dibantu asisten dukun) mendatangi rumah penduduk untuk memberikan doa ampunan, rasa syukur, kesehatan, tolak balak dan rejeki. 

Dukun menghadap ke meja sesajen unik yang ditata khusus (termasuk hiasan bunga edelweis) dengan hiasan kain berwarna merah, dan tentu alat bakar menyan (dupa). Doa dilakukan tidak lebih sepuluh menit dengan mendatangi pawon (dapur). Ritual sesajen terdiri dari nasi, lauk dan ketan arang abang dan Ritual selesai.

Ritual berikutnya adalah sedekah panggonan, atau disebut Tamping. Tamping ini adalah mengirim makanan (wadah daun Pisang yang sudah diberi doa dukun Kroyan) ke beberapa tempat tertentu.

Sesepuh desa pergi ke tiga tempat ke arah Jemplang. Tamping itu dimuat di sekitar Jemplang, yang merupakan tempat strategis yang terhubung Ngadas, lautan pasir, Nongkojajar dan Ranupani. Posisi Jemplang sejauh dua kilometer dari Desa Wisata Ngadas. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES