Wisata

Kenalan Lebih Dekat Dengan Ogoh-ogoh Nyepi di Bali

Kamis, 24 Februari 2022 - 05:00 | 154.16k
Ogoh-ogoh diarak saat festival Ngrupuk di Bali. (Foto: Prokomsetda Buleleng)
Ogoh-ogoh diarak saat festival Ngrupuk di Bali. (Foto: Prokomsetda Buleleng)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BALIOgoh-ogoh merupakan sarana para umat Hindu di Bali mengekspresikan dan menggambarkan Butha Kala saat Nyepi. Butha kala merupakan tokoh antagonis pewayangan yang digambarkan sebagai raksasa berwajah menyeramkan. Tokoh ini mewakili segala keburukan dan kejahatan di muka bumi.

Kata ogoh-ogoh sendiri diambil dari bahasa Bali yakni ogah-ogah yang artinya digoyang-goyangkan. Ogoh-ogoh sendiri mulai diperkenalkan pada tahun 1983. Tahun tersebut merupakan tahun dimana Nyepi dinobatkan sebagai salah satu hari libur nasional.

Advertisement

Nah, untuk merayakan hal tersebut para seniman Bali mengekspresikan kegembiraan mereka dengan membuat ogoh-ogoh ini. Dalam perkembangannya, bentuk ogoh-ogoh tak melulu wajah seram Butha Kala. Ada yang berbentuk naga, babi, bahkan ada yang menyerupai  pemimpin dunia, artis, tokoh agama ataupun penjahat.

Ogoh-ogoh umumnya terbuat dari bambu yang dirakit sedemikian rupa dan dilapisi kertas bekas untuk kemudian di cat. Beberapa ada pula yang menggunakan styrofoam atau gabus untuk hasil yang lebih bagus. Namun dengan berkembangnya jaman para pengrajin berlomba membuat ogo-ogoh dari barang bekas.

Pembuatan ogoh-ogoh membutuhkan waktu yang lama. Selain ukurannya yang besar, dibutuhkan pula ketelatenan dan kejelian dalam pengerjaannya. Harganyapun tak murah. Sebuah ogoh-ogoh akan membutuhkan biaya minimal 8 juta rupiah. Dana pembuatannya umumnya berasal dari sumbangan para warga.

Para warga akan membuat ogoh-ogoh sekreatif mungkin. Bahkan sebelum pandemi di beberapa daerah di Bali akan mengadakan perlombaan ogoh-ogoh. Kreasi terbaik yang menang akan mengharumkan nama desa mereka. Pemenang akan diarak dari mulai tempat perlombaan menuju desa mereka.

Seluruh ogoh-ogoh juga akan diarak saat Ngrupuk, sehari sebelum Nyepi. Festival inilah yang ditunggu oleh penduduk stempat beserta wisatawan domestik dan mancanegara. Selesai diarak ogoh-ogoh bernilai jutaan ini akan dibakar sebagai simbol pensucian.

Namun pandemi telah merubah adat mengarak ogoh ogoh. Pemerintah tidak mengijinkan penduduk mengikuti arakan ogoh-ogoh ataupun sekedar menontonnya. Hanya mereka yang terlibat saja yang diperbolehkan. Demikian pula Nyepi kali ini. Tetap akan ada pawai ogoh-ogoh namun tak seperti saat kondisi normal berlaku. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khodijah Siti
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES