Pesona Gereja Ayam Yogyakarta, dari Musium Mini Hingga AADC

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Yogyakarta terkenal dengan beberapa tempat wisata religius yang sudah mendunia, candi Borobudur dan Prambanan misalnya. Namun ada beberapa tempat wisata religius yang juga mampu mnecuri perhatian dunia namun masih dipandang sebelah mata oleh masyrakat lokal. Tempat ini bernama Gereja Ayam.
Gereja ayam teletak di sebuah dataran tinggi di daerah Bukit Rhema, Magelang, Jawa Tengah. Letak gereja yang berada di tengah hutan belantara jauh dari pemukiman membuat gereja ini menjadi lebih eksotis dan istimewa.
Advertisement
Gereja ini juga juga terletak tak jauh dari Borobudur, sekitar 20 menit perjalanan dari Candi ternama tersebut. Arsitektur dan kekokohan bangunan ini mirip bangunan jaman Belanda.
Namun jangan salah, meskipun terlihat tak terawat dan ditumbuhi lumut-lumut disekitarnya, bangunan ini termasuk bangunan jaman modern lho. Gereja Ayam didirikan pada tahun 1990 dan selsai dibangun pada 2017 lalu.
Daniel Alamsjah, pria dibalik berdirinya bangunan gereja ini mengaku mendapatkan wangsit melalui mimpi pada tahun 1988. Melalui mmpinya pria berumur 78 tahun ini diperlihatkan sebuah bangunan gereja berbentuk merpati berdiri tegak di atas bukit dikelilingi pepohonan nan hijau.
Pria yang tinggal di Jakarta ini awalnya hanya menganggap mimpi tersebut sebagi bunga tidur. Namun tak ayal mimpi tersebut terngiang di pikirannya. Hingga setahun kemudian saat dia mengunjungi pegawainya yang sakit di rumahnya di Magelang.
Saat berkunjung, Daniel sempat menginap sehari di rumah pegawainya. Dipagi harinya pegawainya tersebut mengajaknya menikmati matahari terbit di Bukit Rhema. Disitulah Daniel terkesiap. "Saya terkejut, tempat tersebut merupakan bukit yang sama yang saya lihat dalam mimpi saya," ungkapnya sperti dilansir dari Atlas Obscura.
Sebelum kembali ke Jakarta, Daniel meninggalkan kartu namanya kepada kepala desa setempat. Beberapa bulan kemudian, Daniel dihubungi kepala desa yang mengabarkan bahwa tempat tersebut kini bisa dibeli. Saat itu, Daniel langsung berangkat ke Magelang dan membeli daerah tersebut seharga Rp. 3.500.000.
Harga yang cukup lumayan jaman itu. Dengan uang tersebut Daniel mendapatkan lahan seluas setengah hektar. Dengan pengetahuan arsitektur yang minim Daniel meminta bantuan 30 orang desa setempat untuk membangungereja tersebut.
Awalnya gereja tersebut berbentuk mirip merpati. Namun Daniel ingin menambahkan mahkota pada kepala merpati tersebut sebagai simbul kesucian. Namun penduduk setempat yang kurang paham malah menganggap gereja tersebut seperti ayam yang memiliki jengger.
Pembangunan gereja tersebut sempat mengalami penolakan. Dan di tahun 2000 pembangunannya harus terhenti akibat kekurangan dana. Lantai 2 dan 3 nyapun belum selesai dikerjakan. Bahkan lantai dasarnyapun masih terbuat dari tanah.
Gereja inipun teronggok begitu saja hampir selama 10 tahun. Namun Daniel tetap berusaha memantau gereja tersebut dengan meminta bantuan orang setempat untuk menjaganya. Dia meminta penjaga gereja untuk memungut iuran bagi mereka yang berkunjung. Saat itu gereja ini hanya dikunjungi kurang dari 100 orang per bulannya.
Hingga suatu hari tiba-tiba, pada tahun 2015, The Daily Mail dan Huffington Post, dua media ternama di Inggris mengangkat Gereja Ayam sebagai berita mereka. Gereja inipun mendapat perhatian besar bahkan sampai sempat digunakan syuting film AADC (Ada Apa Dengan Cinta) kala itu.
Nah kesempatan ini digunakan Daniel untuk menarik tiket sebesar Rp 10 K per orang. Uang hasil penjualan tiket dipergunakannya untuk menyelesaikan pembangunan yang tertunda. "Orang bilang aku gila, tapi kini ribuan orang datang ke gereja ini tiap bulan untuk refleksi dan berdoa," ungkap Daniel.
Daniel tak hanya membangun ruangan untuk beribadah. Di Gereja Ayam tersebut juga terdapat papan untuk menempelkan harapan para jemaah. Bahkan musium mini untuk mengenang perjalanan pembangunan gereja pun ada. Ada pula sebuah café kecil di dalamnya yang menawarkan aneka produk olahan khas Yogyakarta.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khodijah Siti |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |