Wisata

Anggota AMSI Jatim Kunjungi Sekolah Cagar Budaya Soekarno di Kota Mojokerto

Minggu, 19 Juni 2022 - 10:54 | 103.69k
Siswa SDN Purwotengah dengan menggunakan baju jawa duduk di ruangan kelas tempat Soekarno kecil belajar di sekolah rakyat, Minggu (19/6/2022).
Siswa SDN Purwotengah dengan menggunakan baju jawa duduk di ruangan kelas tempat Soekarno kecil belajar di sekolah rakyat, Minggu (19/6/2022).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Pengurus Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Provinsi Jawa Timur (Jatim) melaksanakan City Tour Spirit of Majapahit, Minggu (19/6/2022). Seluruh pengurus AMSI Jatim mengunjungi satu persatu objek wisata yang syarat dengan nilai sejarah di Mojokerto.

Pengurus AMSI dan rombongan akan mengunjungi 7 tujuan destinasi. Rutenya adalah SDN Ongko Loro (Purwotengah)-SMP 2 Kota Mojokerto-Candi Tikus Trowulan-Candi Bajang Ratu-Candi Kedaton-Kolam Segaran.

Advertisement

Kepala Sekolah SDN Purwotengah, Endang Pujiastutik mengatakan bahwa Koesno (panggilan kecil Soekarno) pernah bersekolah di SDN Purwotengah. Sekolah Dasar (SD) ini dulunya memiliki nama Ongko Loro (Tweede Inlandsche School).

Pengurus-AMSI-jatim.jpg

"Soekarno sekolah disini itu mulai kelas 2 hingga kelas 4. Begitu kelas 5, Soekarno dipindahkan bapaknya di ELS (Europeesche Lagere School) di Mojokerto," ungkap Endang kepada TIMES Indonesia, Minggu (19/6/2022).

Bertepatan dengan bulan Soekarno ini, AMSI juga akan mengunjungi Europesche Lagere School (ELS) atau yang saat ini menjadi SMPN 2 Kota Mojokerto.

"Pada tahun 1907 bahwa Soekarno di Mojokerto itu memang benar, tetapi bapaknya masih di Sidoarjo," pungkasnya.

Sekolah yang konon bernama (Eerte Inlanddsche School) tempat dimana Soekarno kecil menimba ilmunya. Sekolah Ini telah ditetapkan sebagai  cagar budaya Soekarno oleh Wali Kota Mojokerto. Hal ini sesuai isi SK Walikota no.188.45/320.2/417.111/2019.

Napak Tilas Soekarno di Mojokerto

Koesno, nama Soekarno saat kecil, pernah tak naik kelas saat sekolah di Europesche Lagere School (ELS).

Pengurus-AMSI-jatim-5.jpgPrasasti kutipan Soekarno di SDN Karangtengah.

Saat itu, Europesche Lagere School (ELS) adalah satu satunya sekolah dasar dan menengah untuk bangsawan dan Belanda yang ada di Mojokerto. Saat ini, bangunan sekolah yang masih kokoh tersebut jadi Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Kota Mojokerto. Gedung SMPN 2 Kota Mojokerto ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya.

Kenangan Bersama Ayahnya, Soekemi Sosrodihardjo

Saat usia menginjak 6 tahun, Soekarno pindah ke Mojokerto, Jawa Timur. Keluarganya tinggal di lingkungan miskin. Bersekolah bersama teman-temannya dalam satu lingkungan.

"Pada pagi hari aku selalu gembira, karena aku bersekolah di sekolah pribumi, dimana kami semua sama. Kami semua tiga puluh orang murid di Inlandsche School, sekolah kelas dua. Bapakku menjadi mantri guru yang berarti Kepala Sekolah. Orang pribumi dilarang memakai pangkat Kepala Sekolah," kisah Soekarno dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Karya Cindy Adams.

Pengurus-AMSI-jatim-4.jpgKepala Sekolah SDN Purwotengah, Endang Pujiastutik menunjukkan buku buku tentang Soekarno.

Sosok Raden Soekemi Sosrodihardjo, digambarkan sosok yang keras dan tegas dalam mendidik Soekarno.

"Sekarang, Karno, hafal ini dalam hati. Ha-Na-Ca-Ra-Ka ... Sekarang, Karno pelajari A-B-C-D-E. Hayo Karno, ulangi abjad ... Karno baca ini ... Karno, tulis ini ..." Jelas Soekarno menggambarkan sosok ayahnya saat mengajarkan baca tulis kepadanya.

Tidak hanya itu, Soekemi juga sangat memperhatikan kehidupan Soekarno di luar sekolah. Pernah suatu saat Soekarno ini berbuat nakal. Soekarno menjatuhkan sarang burung saat bermain.

"Kukira aku sudah mengajarimu agar menyayangi binatang," bentak Soekemi Sosrodihardjo.

"Masih ingatkah kau arti kata-kata: 'Tat Twan Asi, That Twan Asi?," Soekemi melanjutkan.

"Artinya 'Dia adalah aku dan aku adalah dia; engkau adalah aku dan aku adalah engkau," jawab Soekarno gugup.

"Dan apakah tidak kuajarkan kepadamu bahwa ini memiliki arti khusus? Bukankah engkau sudah diperintahkan untuk melindungi makhluk Tuhan?" Tanya Soekemi.

"Ya Pak." Jawab Soekarno gugup.

"Dan coba katakan padaku apa sebenarnya burung dan telur ini?" Kembali Raden Soekemi menimpali.

"Mereka adalah ciptaan Tuhan, tapi jatuhnya sarang itu tidak disengaja. Aku tidak ingin berbuat demikian,"  terang Soekarno.

Walaupun begitu Soekarno mendapat hukuman dari bapaknya, meksipun ada permintaan maaf.

Tempat Bermain

Di Kota Mojokerto ada beberapa tempat bermain juga merupakan jejak keseharian Soekarno kecil. Seperti layaknya orang bumiputra Soekarno suka bermain dengan lapangan dan berdebu. Sungai juga menjadi tempat Soekarno menghabiskan waktu.

Pengurus-AMSI-jatim-3.jpgGambar Soekarno kecil di tembok SMPN 2 Mojokerto atau yang dulu bernama Europesche Lagere School (ELS).

"Ada Lapangan Barakan Balongsari. Ada juga sungai atau kanal Jagalan, tempat biasanya beliau bermain sekaligus mandi ketika itu,” kata Ika Puspitasari.

"Aku menjadikan sungai sebagai kawanku, karena ia menjadi tempat di mana anak-anak yang tidak punya dapat bermain dengan cuma-cuma. Dan ia pun menjadi sumber makanan. Aku senantiasa berusaha keras untuk menggembirakan hati ibu dengan beberapa ekor ikan kecil untuk dimasak” ungkap Soekarno dalam karya Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat.

Saat ini Lapangan Balongsari kini menjadi kompleks perkantoran Pemerintah Kota Mojokerto. Namun beberapa tempat yang pernah yang berhubungan dengan masa kecil Soekarno akan didirikan prasasti dan sketsa yang menandai jejaknya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES