Wisata

Kisah Desa Mandiri di Mojokerto, Bangun Wisata Lembah Mbencirang melalui Dana Desa

Senin, 19 September 2022 - 09:24 | 78.78k
Lembah Mbencirang yang merupakan wana wisata di Desa Kebontunggul, Gondang, Kabupaten Mojokerto, (Dok. Menparekraf RI)
Lembah Mbencirang yang merupakan wana wisata di Desa Kebontunggul, Gondang, Kabupaten Mojokerto, (Dok. Menparekraf RI)

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Musyawarah Desa (Musdes) tahun 2016 bagi Desa Kebontunggul, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto menjadi titik balik kebangkitan Desa. Musdes membuahkan  kesepakatan untuk menjadikan ikon wisata sebagai bekal menuju Desa Wisata. Latar Belakang inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Wisata Lembah Mbencirang.

12 tahun lalu, Desa Kebontunggul tergolong Desa Tertinggal. Perlahan tapi pasti, Desa Kebontunggul kini telah mencapai predikat Desa Mandiri. Hal tersebut berdasarkan keputusan Direktur Jenderal (Dirjen) Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kemendesa Nomor 303 Tahun 2020. Diantara 299 Desa di Kabupaten Mojokerto, tidak ada desa tertinggal. Lebih terperinci terdapat 163 Desa berpredikat Desa berkembang, 114 Desa maju, dan 22 Desa Mandiri.

Lembah-Mbencirang-b.jpgKolam renang di wana wisata Lembah Mbencirang yang terletak di Kebontunggul, Gondang, Kabupaten Mojokerto, Senin (19/9/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)

Desa Kebontunggul, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto berdasarkan keputusan Dirjen PPMD Kemendesa Nomor 303 Tahun 2020 tergolong Desa Mandiri. Indeks Ketahanan Sosial (IKS) pada angka 0.9029. Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE) pada angka 0.7333. Sedangkan Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL) di angka 0.9333. Untuk nilai Indeks Desa Membangun (IDM) berada pada angka 0.8565.

Kepala Desa Kebontunggul, Siandi mengatakan bahwa pada tahun 2016 digelar Musdes yang melibatkan seluruh elemen-elemen masyarakat desa. Dimana masyarakat berhak menentukan secara mandiri penggunaan dana desa sesuai dengan musyawarah desa (Musdes) sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

"Idenya satu dalam musyawarah itu adalah menciptakan Desa wisata. Desa wisata itulah, karena masyarakat belum tahu tentang penyertaan modal dan sebagainya akhirnya modal awal yang kita berikan di tahun 2017 melalui Musdes tahun 2016," ungkap Siandi kepada TIMES Indonesia, Senin (19/9/2022).

"Sehingga dalam kesepakatan itu, kita beri modal untuk BUMDesa, dalam bentuk infrastruktur, bukan dalam bentuk berupa uang, karena wisata belum ada," sambungnya.

Pihak Pemerintah Desa Kebontunggul di tahun 2017 menguatkan kembali dengan suntikan Dana Desa (DD). Mulai muncul bibit-bibit wisata Lembah Mbencirang.

"Kemudian pada tahun 2017 kami suntikan infrastruktur sebesar Rp 250 juta yang saya ambilkan dari Dana Desa. Hal itupun masih belum menjadi wisata yang kami harapkan. Kami membutuhkan dana yang lebih besar," ujarnya.

"Pada tahun 2017, untuk menguatkan ide gagasan Desa Wisata benar-benar terwujud, kita kuatkan lagi Rp 200 juta untuk membangun kolam renang dan pertamanan, termasuk stand UMKM, serta penambahan wahana," sambungnya.

Upaya membangun ikon wisata dengan harapan menjadi desa wisata, memang membutuhkan biaya besar. Di tahun 2018, Pemdes kembali mengalokasikan Dana Desa untuk pembangunan infrastruktur. 

"Pada tahun 2018 kita tambahi lagi Rp 150 juta. Sehingga pembangunan di tahun 2017-2018, kita serahkan kepada BUMDesa Gajah Mada ini mencapai angka Rp 450 juta," katanya.

Upaya membangun desa ini nampaknya tertolong dengan program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-105 di tahun 2019. Pada saat itu, TMMD difokuskan untuk mengembangkan potensi wisata Lembah Mbencirang. Adapun sasaran kegiatan fisik antaranya rehab SDN Kebontunggul, peningkatan kualitas jalan objek wisata Lembah Mbencirang, serta sarana parkir dan foodcourt,

Lembah-Mbencirang-c.jpgRiver tubing yang menjadi salah satu wahana permainan di wana wisata Lembah Mbencirang, Gondang, Kabupaten Mojokerto, (Dok. Menparekraf RI)

"Ada program TMMD di tahun 2019, kita mendapat asupan lagi dari Pemerintah Daerah yakni dalam bentuk infrastruktur itu mencapai nilai Rp 4,2 Milyar. Dan hal itu masih menjadikan kami berpredikat masih Desa Maju,"  terang Siandi.

"Kami gunakan Rp 1,5 miliar ini untuk pembuatan jalan cor ini, kemudian gedung Aula ini anggarannya Rp 250 juta, musholla Rp 100 juta, kita bangun parkir hampir Rp 300 juta dan fasilitas-fasilitas yang lain sehingga terwujudlah wisata ini yang mendekati kesempurnaan," sambungnya.

Saat ini, Desa Kebontunggul telah menjadi Desa mandiri. Desa Kebontunggul juga berpredikat Desa Wisata berkembang sebagaimana dikutip dari laman resmi Menparekraf.

Pemerintah Desa Kebontunggul melalui BUMDesa Gajah Mada ini telah mampu memberikan Pendapatan Asli Desa (PAD). Disamping itu, telah mampu menyerap 40-50 orang tenaga kerja lokal.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES