Wisata

Museum Banyuwangi, Destinasi Wisata Edukasi yang Wajib Dikunjungi

Kamis, 13 Oktober 2022 - 00:21 | 121.18k
Museum Geopark Ijen atau Geopark Information Center. (Foto: Anggara Cahya /TIMES Indonesia)
Museum Geopark Ijen atau Geopark Information Center. (Foto: Anggara Cahya /TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Tanggal 12 Oktober tiap tahunnya diperingati sebagai Hari Museum Nasional. Nah, kali ini, yuk kenalan dengan dua museum kebanggaan Banyuwangi yang menjadi wisata andalan bertemakan edukasi. Di sana kalian akan dibawa nostalgia untuk mengenal seluk beluk pembentukan bumi hingga kisah legendaris zaman kerajaan Kota Gandrung.

Bertemakan ‘Museum sebagai Sumber Inspirasi Bangsa’, kedua museum itu berdiri kokoh nan elok di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) yang terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani 78, Taman Baru, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi.

Dalam satu areal, terdapat dua museum yang berbeda, tentu saja hal itu amat menarik. Pengunjung dapat menghabiskan waktu berlama-lama untuk menjelajahi sumber sejarah dalam waktu bersamaan.

Uniknya, kedua museum itu memiliki ciri khas masing-masing. Gimana? Penasaran bukan?,  yuk simak baik-baik penjelasannya.

Museum Geopark Ijen, Banyuwangi

Museum-Geopark-Ijen-b.jpg

Museum Geopark Ijen Banyuwangi atau biasa disebut Geopark Information Center atau GIC adalah museum yang menyajikan informasi mengenai bumi Banyuwangi, mulai dari geologi, kondisi bumi serta keanekaragaman hayati dapat kalian temukan jika berkunjung kesana.

Diresmikan pada November 2018

Saat itu, bertepatan dengan penetapan Banyuwangi sebagai Geopark Nasional. Setelah keputusan di terbitkan, kabupaten yang berada di ujung timur Pulau Jawa itu resmi bergabung dan menciptakan salah satu museum dari 19 museum Geopark yang ada di Indonesia.

Namun, bukan Banyuwangi namanya jika tak kental akan budaya. Konsep yang diusung adalah rumah Adat Osing dengan dihiasi taman batu. Nah itulah perwujudan nyata dari ciri yang ketara, untuk mengisyaratkan bila yang sedang kalian kunjungi adalah tempat belajar Geopark.

Ketika memasuki ruangan,  kalian akan disambut dengan poster megah berisi penjelasan pembentukan bumi Geopark Ijen mulai dari 33 juta tahun lalu .

Untuk memudahkan pembelajaran, museum ini juga disertai maket relief kawasan Geopark Ijen, diperkuat dengan koleksi bebatuan Geopark sebagai bukti peristiwa jutaan tahun lalu itu benar-benar ada.

Beberapa koleksi batu yang  berasal asli dari Banyuwangi seperti batu belerang. Koleksi paling masterpiece museum ini adalah temuan batu Fosil Foraminifera atau organisme eukariot uniseluler (moluska laut)  yang berada di Alas Purwo juga Kerang laut raksasa berumur 15 juta tahun lalu dengan panjang 80cm.

Program yang kalian bisa ikuti untuk berwisata edukasi di Museum Geopark Ijen adalah GIC Goes To School ataupun School Goes To GIC. Dimana, bagi pelajar maupun mahasiswa yang ingin belajar, nantinya akan difasilitasi mini bioskop serta audio visual yang mendukung.

"Jadi kalian bisa belajar bagaimana cerita bumi khususnya Banyuwangi di Museum Geopark Ijen dengan bukti batuan dan penjelasan yang detail langsung dari ahlinya," kata Ketua Harian Ijen Geopark Banyuwangi sekaligus kurator Museum Geopark, Abdillah Baraas, pada Rabu (12/10/2022).

Museum Blambangan

Museum-Geopark-Ijen-a.jpgMuseum Blambangan. (Foto: Anggara Cahya /TIMES Indonesia)

Nah, beda lagi, jika Museum Blambangan Banyuwangi sendiri didirikan pada 25 Desember 1977 yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur saat itu Soenandar Prijosoedarmo di Pendopo Banyuwangi, sebelum pada akhirnya dipindahkan ke Disbudpar Banyuwangi pada tahun 2004-2005.

Terdapat lebih kurang 4.000 koleksi, mulai dari koleksi Pra-Sejarah, Hindu, Buddha, hingga Modern. Selain menjadi tempat penyimpanan benda-benda kuno bersejarah, kalian yang datang juga mendapatkan pengetahuan baru terkait peradaban kerajaan yang ada di Bumi Blambangan.

Mahakarya paling epik yang berada di Museum Blambangan ialah Lingga Yoni dan Stupika uniknya. Stupika pada umumnya digunakan untuk persembahan kepada sang Budha oleh umat Budha pada masa lalu, namun temuan di Banyuwangi selain untuk persembahan juga digunakan sebagai sarana kematian.

Tidak hanya Stupika, dan Lingga Yoni peninggalan sastra seperti Lontar Yusuf, Perabotan zaman kerajaan, keris, uang lama,  peninggalan-peninggalan penjajah dan replika rumah adat Osing bisa menjadi sarana foto Vintage buat kaum Photo hunting.

"Beberapa koleksi sudah terdaftar pada Cagar Budaya Nasional jadi harus dijaga dengan baik, karena benda tersebut adalah bukti sejarah," ucap Edukator sekaligus Kurator Museum Blambangan Bayu Ari Wibowo.

Pameran kepurbakalaan menjadi ajang menarik minat masyarakat tidak hanya untuk berwisata edukasi juga sebagai tempat kita lebih menghargai barang kuno atau antik sebagi bukti sejarah jika kita pernah ada.

Kesan masyarakat melihat museum adalah tempat yang kuno namun dengan kemajuan zaman museum sebagai tempat wisata dibalut dengan konsep yang apik sebagai tempat foto-foto adalah Ide yang segar.(*)

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES