Wisata

Gippsland Lake Australia, Danau Glow in the Dark ala Avatar

Minggu, 11 Desember 2022 - 00:27 | 129.79k
Danau Gippsland atau Gippsland Lake di Raymond Island, Australia. (Foto: PHIL HART/ATLAS OBSCURA)
Danau Gippsland atau Gippsland Lake di Raymond Island, Australia. (Foto: PHIL HART/ATLAS OBSCURA)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, AUSTRALIA – Pernahkah anda menontn film avatar?Film yang mana saat para pemain menginjak rumput dan air sungai, rumput dan dasar sungai berubah menjadi biru? Nah, di Asutralia ada sebuah danau yang memiliki efek seperti di film Avatar tersebut. Danau Gippsland atau Gyppsland Lake namanya.

Danau ini terletak di Raymond Island di wilayah Asutralia bagian Tenggara. Keindahan danau ini telah menarik bebrbagai wisatwan lokal maupun mancanegara untuk sekedar menikmati pesona bergantinya warna danau dari gelap menjad biru.

Advertisement

Sebelumnya Gippsland merupakan danau biasa dengan air yang jernih. Danau ini berubah saat beberapa kejadian alam tragis menyelimuti danau ini. Sebut saja kebakaran semak belukar pada tahun 2006. kemudian hujan lebat tanpa henti di daerah tersebut pada tahun 2007.

Terakhir disusul dengan tersapunya air berisi kandungan abu dan nitrogen pada tahun 2008. Kejadian-kejadian ini disinyalir menjadi penyebab utama munculnya bakteri yang menumbuhkan sejenis alga bernama Noctiluca Scintillans.

Alga ini diketahui menjadi alasan utama kenapa danau Gippsland mampu memendarkan warna biru cantik saat malam hari. Saat siang hari alga-alga di Gippsland Lake akan terlihat dengan warna merah darah dari permukaan air.

Danau-Gippsland-a.jpgDanau Gipsland Australia saat malam hari. (Foto: PHIL HART/ATLAS OBSCURA)

Menurut Atlas Obscura, efek bioluminescence atau memendar dari danau ini ditemukan pertama kali pada musim panas tahun 2008 dan 2009. Saat itu pinggiran danau Gippsland tiba-tiba memendar saat malam hari.

Ketika seseorang mencoba memasukkan tangan atau anggota tubuh lainnya ke  dalam danau maka air disekitarnya akan menyala seperti efek glow in the dark pada fosfor.

Namun setelah tahun 2009, danau ini tiba-tiba tak lagi memancarkan efek bioluminescence dengan tajam. Kendati demikian, sampai saat ini Gippsland lake masih menjadi jujugan utama para penduduk lokla yang ingin  berkemah danmenghabiskan malam mereka dipinggir danau saat musim panas.

Meskipun efek bioluminescence nya tak begitu kentara, namun penduduk masih berharap suatu saat alga-alga di danau tersebut dapat tumbuh kembali dan menghasilkan efek biru yang menggoda mata di malam hari

Berkurangnya jumlah alga yang berada di danau di duga menjadi penyebab utama redupnya pendaran efek biolumiscence di Danau Gippsland. Hingga saat ini belum diketahui alasan kenapa jumlah alga-alga tersebut bisa berkurang.

Namun para ilmuwaan bersyukur dengan berkurangya jumlah alga dengan efek bioluminescence tersebut di danau Gippsland. Pasalnya, dengan tingginya jumlah alga di danau tersebut mengakibatkan rusaknya ekosistem danau yang sebelumnya di huni dengan berbagai ikan air tawar.

Danau-Gippsland-alga.jpgWarna biru dari danau Gippsland berasal dari alga bernama Noctiluca Scintillans. (Foto: PHIL HART/ATLAS OBSCURA)

Danau yang sebelumnya dikenal dengan tempat favorit para wisatawan dan orang-orang berkemah dengan membawa peralatan pancing mereka tersebut sempat kehilangan pamor. Saat alga-alga tersebut hadir jumlah ikan pun berkurang dan beberapa ada yang mati mengambang karena keracunan.

Disinyalir, ikan-ikan tersebut mati karena mengkonsumsi alga-alga yang mereka anggap sebagai makanan. Nyatanya, alga tersebut tidak aman untuk mereka konsumsi.

Meskipun jumlahnya semakin sedikit, alga-alga dengan efek bioluminescence masih bisa dinikmati pendarannya saat musim kemarau tiba. Danau Gippsland Australia tak hanya satu-satunya tempat dengan efek bioluminescence. Sebut saja Vaadhoo Maldives, Namerikawa di Jepang, serta Falmouth Jamaica. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khodijah Siti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES