Wisata

Sakral, Barong Ider Bumi Kemiren Banyuwangi Mampu Usir Roh Jahat

Minggu, 23 April 2023 - 23:31 | 121.81k
Barong Ider Bumi Kemiren  berkeliling desa, dengan tujuan sebagai tolak balak. (FOTO: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Barong Ider Bumi Kemiren  berkeliling desa, dengan tujuan sebagai tolak balak. (FOTO: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Sudah bukan menjadi rahasia lagi, jika Banyuwangi, Jawa Timur terkenal akan tradisi sakralannya. Salah satunya seperti tradisi yang dilakukan masyarakat Suku Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, setiap tahunnya di bulan syawal. Tepatnya 2 hari setelah hari raya Idul Fitri.

Ya. Tradisi tersebut bernama Barong Ider Bumi Kemiren. Secara umum ider diartikan sebagai berkeliling dan bumi yang berarti jagat atau tempat dimana seseorang tinggal dan berpijak. Artinya, Barong ider bumi adalah berkeliling disuatu tempat dengan mengarak barong.

Menurut kepercayaan masyarakat Kemiren, Barong Ider Bumi yang sudah berlangsung pada tahun 1800an itu, digunakan sebagai tolak balak pagebluk yang melanda, seperti penyakit, marabahaya hingga gagal panen. Selain itu, arak-arakan barong berkeliling desa merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Diceritakan Ketua Desa Adat Kemiren Suhaimi, Barong merupakan kesenian pertama kali yang ada di Kemiren. Pada awalnya, tujuan barong tersebut hanya sekedar menghibur masyarakat setiap 2 hari setelah lebaran.

“Dulu barong hanya digunakan sebagai tontonan,” katanya, Minggu (23/04/2023).

Namun, lanjut Man Imik sapaan akrabnya, arak-arakan barong sempat tidak dilakukan. Pada saat yang bersamaan Desa yang berjarak kurang lebih 6,5 km dari jantung kota Banyuwangi itu, mengalami musibah yang tidak kunjung berhenti. Mulai dari gagal panen, hingga banyaknya penyakit yang menyerang warga.

“Bahkan diantara mereka yang jatuh sakit sampai meninggal dunia,” cetusnya.

Situasi yang mencekam di Desa Kemiren kala itu, membuat masyarakat setempat ketakutan. Kemudian, terdapat salah satu leluhur yang mendapatkan petunjuk atau isyarah dari mimpinya untuk menggelar arak-arakan barong dengan mengelilingi desa sebagai penampik atau tolak balak.

“Berbekal dari salah satu leluhur, akhirnya pawai barong dilaksanakan sampai sekarang,” ujarnya.

Sebelum melakukan proses barong ider bumi, pemilik barong tertua di Desa Kemiren melaksanakan ritual di petilasan Buyut Chili yang merupakan salah satu leluhur warga setempat. Dengan mempersembahkan sesaji berupa pecel pitik sembari memanjatkan doa dan harapan. Terutama supaya acara kegiatan bersih desa barong ider bumi berjalan dengan lancar dan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat sekitar khusunya Desa Kemiren.

Setelah itu, iringan barong dimulai dengan diawali sembur uthik-uthik yang berisi beras kuning, bunga kenanga dan uang logam oleh tetua. Yang memiliki filosofi simbol mengusir roh jahat an menolak penyakit. Dengan rute arak-arakan kurang lebih 2 Km dari ujung timur hingga ujung barat Desa Kemiren.

Perlu diketahui, selama barong diarak oleh warga tersebut juga diikuti oleh sesepuh desa sambil melafalkan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan warga Desa Kemiren. Tidak lupa iringan musik khas asli Suku Osing terus dimainkan yang membuat suasana kesakralan makin terasa.

Sesampai diujung barat desa, masyarakat menggelar penutupan Barong Ider Bumi Kemiren berupa selamatan makan bersama dengan pecel pitik. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan keberkahan.

Man Imik menyampaikan, warna yang terdapat dalam barong itu sesuai ketetapan. Artinya tidak bisa diganti atau asal warna. “Panca wana dalam barong yaitu kuning, merah, hijau, putih dan hitam itu mengandung makna dan tidak boleh dikurangi atau ditambah,” urainya.

Menurutnya, barong merupakan perwujudan filosofi manusia. Dimana mulut barong yang selalu terbuka melambangkan sebagai sifat serakah, ingin memakan segalanya dan merasa tidak pernah cukup. Sedangkan mata yang melotot diartikan dengan amarah, nafsu dan emosi.

“Sayap menggambarkan jati diri yang ingin mengelilingi dunia untuk selalu mencari kebahagian dan kesenangan,” paparnya.

Selanjutnya, mahkota barong dianggap sebagai simbol kewibawaan, kesucian dan kejujuran. Artinya seburuk-buruknya orang pasti memiliki hati nurani kebaikan. Sedangkan keling bermakna iling atau ingat, yang berarti setiap apa yang dilakukan selalu ingat dengan sang pencipta. Kemudian burung Garuda menghadap kebelakang memiliki filosofi bahwa seseorang jangan hanya melihat kedepan. Tapi, lihatlah kebelakang apa yang sudah dilalui dan dialami supaya bisa menjadikan pelajaran kedepan.

“Dua pemain barong ider bumi sebagai simbol kebersamaan dan kekompakan. Karena pada dasarnya nama barong adalah bareng-bareng,” imbuhnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES