Wisata

Merawat Eksistensi Bajingan dan Cikar, Melestarikan Warisan Budaya Nenek Moyang

Rabu, 26 April 2023 - 14:34 | 80.39k
Sebuah cikar melintas di jalanan Kediri. (Foto: Yobby/TIMES Indonesia)
Sebuah cikar melintas di jalanan Kediri. (Foto: Yobby/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, KEDIRICikar, moda transportasi yang memanfaatkan tenaga sapi sampai akhir era 90an masih sering terlihat di jalanan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, cikar mulai menghilang. 

Di Kabupaten Kediri, cikar sebenarnya masih ada meskipun tidak sebanyak dulu. Cikar bisa ditemui di daerah pedesaan.

Koordinator Komunitas Cikar Manungale Kawulo Gusti Pradeka Ipung Hariyanto menuturkan cikar-cikar itu masih digunakan seperti fungsi aslinya. "Seperti untuk mengangkut pasir, pupuk kompos maupun hasil panen," ujar Deka, sapaan akrabnya. 

Komunitas Cikar di Kabupaten Kediri terdiri dari 40 cikar. Anggota ini berasal dari berbagai tempat di Kabupaten Kediri seperti dari Kecamatan Ngancar, Pagi, Kayen Kidul, Kras, dan Wates. 

Komunitas yang juga terdiri dari puluhan Bajingan atau pengendali cikar ini bukan sekedar komunitas penghobi atau pemilik cikar.  Ada sebuah harapan besar dengan terus merawat eksistensi Bajingan dan melestarikan cikar. 

"Cikar ini sudah jarang dan hampir punah. Kami ingin melestarikan kebudayaan nenek moyang agar bisa menjadi ikonik kabupaten Kediri. Masyarakat  sendiri banyak yang merindukan kehadiran cikar," tutur Deka lagi. 

Memiliki cikar, hampir sama halnya dengan memiliki sebuah mobil klasik. Yang membedakan mobil klasik masih bisa diperbaiki karena bengkel mobil juga banyak sedangkan cikar sulit untuk diperbaiki karena pembuat dan bengkel cikar sudah tidak ada. Salah satu cikar milik komunitas cikar Manungale Kawulo Gusti bahkan ada yang berusia hampir 70 tahun dan ada juga merupakan warisan orang tua. 

Kondisi itu membuat para Bajingan atau pemilik cikar harus lebih disiplin dalam merawat cikar mereka. Apalagi cikar terbuat dari kayu. Deka mengaku dirinya dan teman-teman pemilik cikar membuat sebuah garasi khusus di rumah untuk menyimpan cikar. 

"Perawatan asal tidak kepanasan dan kehujanan, untuk menjaga kayu terjaga baik dan kokoh. kemudian roda harus rutin diberi oli. karena sudah memakai besi dan ban, bukan lagi kayu," ujarnya. 

Sapi yang digunakan untuk menarik cikar sendiri tidak bisa sembarangan. Sapi penarik cikar harus sapi khusus yang sudah terlatih. Perawatannya juga harus dijaga dengan memperhatikan gizi, kesehatan harus diperharikan baik itu kesehatan kuku dan kulit , serta kesehatan tubuh sapi sendiri. Jenis sapi yang sering digunakan sendiri adalah sapi PO.

"Sapi untuk cikar bisa dilatih sejak masih usia 3 bulan. Tapi baru bisa kuat untuk menarik cikar ketika sudah berusia 2 tahun," tambahnya lagi. 

Para Bajingan yang tergabung dalam komunitas sendiri terdiri dari para petani dan peternak, dimana 30 persen diantaranya masih berusia muda. Kedepan untuk melestarikan dan sebagai daya tarik wisata, Komunitas Cikar berniat untuk membuka wisat cikar

"Kita berencana mendirikan wisata cikar sapi. Kita buat sub koordinator di berbagai kecamatan agar wisata cikar sapi ini merata," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES