Wisata

Hadirkan Peradaban Kudus Tempo Dulu, Museum Jenang Tambah Koleksi Benda Kuno

Jumat, 15 September 2023 - 06:46 | 160.74k
Museum Gusjigang memiliki koleksi diorama tentang kehidupan masa lalu seperti miniatur Menara Masjid Sunan Kudus. (FOTO: Arif/TIMES Indonesia)
Museum Gusjigang memiliki koleksi diorama tentang kehidupan masa lalu seperti miniatur Menara Masjid Sunan Kudus. (FOTO: Arif/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, KUDUS – Selain tujuan wisata religi yakni makam Sunan Muria dan Sunan Kudus, Kabupaten Kudus juga dikenal banyak menyimpan sederet tempat wisata yang menyimpan literasi sejarah penyebaran agama Islam. Salah satu tempat wisata Kudus tersebut adalah Museum Jenang dan Gusjigang X Buliding, yang terletak di Jalan Sunan Muria No. 33, Glantengan, Kudus, Jawa Tengah.

Kehadiran Museum Jenang yang berada satu gedung dengan outlet pusat oleh-oleh khas Kudus ini, bisa dikatakan terinspirasi dari ajaran Sunan Kudus, yakni Gusjigang. Kata Gusjigang merupakan singkatan dari ‘gus’ yang bermakna akhlak bagus. Sedangkan ‘ji’ berarti pandai mengaji, dan ‘gang’ yang bermakna pintar berdagang.

Advertisement

Ketiga prinsip itu menjadi tuntunan masyarakat Kudus, sehingga mereka memiliki tekad untuk menjadi orang yang berkepribadian baik. Selain itu, memiliki kemauan untuk mengaji, dan ingin berusaha atau berdagang.

Museum yang menjadi inspirasi bagi generasi milenial untuk terus belajar terkait nilai sejarah dan seni budaya di tengah kehidupan yang serba canggih, belum lama ini memiliki koleksi terbaru.

Kehadiran museum yang masih satu lokasi dengan pusat oleh-oleh khas Kudus itu, menambah koleksi terbarunya yakni ‘Mainan Tradisional Anak-anak Tempo Dulu”. Tak ketinggalan juga dilengkapi display “Perabotan Alat Rumah Tangga Tempo Dulu’.

Museum-Jenang-2.jpgMuseum menambah koleksi terbarunya berupa mainan tradisional anak-anak tempo dulu dan perabotan kuno. (FOTO: Arif/TIMES Indonesia)

Ada 10 jenis mainan di dalam diorama yang dipamerkan dan bisa dilihat para pengunjung dari dekat. Sepuluh koleksi tersebut yakni yoyo, ketapel, gangsing, bedilan, dan dakon. Lalu ada bekel, glindingan, terbang, kelereng, dan karetan.

Hesti Tri Hartanto, pengelola Museum Jenang dan Gusjigang Kudus mengatakan, penambahan koleksi tersebut sebagai wujud inovasi dan pengembangan, dalam hal ini mainan tradisional itu supaya mengingatkan memori pengunjung di waktu silam,

“Kami sengaja hadirkan 10 mainan tradisional itu untuk mengingatkan kembali (bernostalgia) dengan mainan yang pernah jaya sekaligus pernah di mainkan anak-anak yang kala itu,” kata Tri kepada Times Indonesia,  Kamis (14/9/2023).

Selain itu, mainan tradisional itu juga memberikan pengetahuan ke generasi muda (milenal) saat ini, jika waktu dulu ada mainan tradisional yang dimainkan oleh generasi terdahulu.

”Seiring perkembangan zaman dan teknologi, mainan tradisional sudah bergeser atau tergerus dengan mainan modern saat ini. Kami ingin mengingatkan generasi lama dan mengedukasi generasi saat ini (milenial), jika dahulu itu ada mainan seperti ini,” terangnya.

Museum Pamerkan Galeri Al Quran

Museum-Jenang-3.jpg

Museum Gusjigang juga memiliki koleksi diorama yang menggambarkan kehidupan dari masa lalu, hingga tokoh-tokoh yang ada di Kudus. Meski museum ini tidak terlalu besar, namun isi museumnya sangat keren, seperti miniatur Kota Kudus.

Setiap ruangan saling berkaitan dengan nama Gusjigang. Ruang pertama ada ruang kaligrafi, dimana terdapat banyak karya kaligrafi dan karya puisi dari tokoh cendekiawan seperti Emha Ainun Najib dan budayawan lainnnya.

Pengunjung pun juga disambut dengan nuansa kuning emas. Ornamen dinding berupa motif geometri yang sangat cantik. Di ruang tengah terdapat kaligrafi berbentuk bunga. Kaligrafi tersebut terbuat dari bahan tembaga dan kuningan.

Pengunjung juga akan menemui gambar dan penjelasan singkat tentang beberapa tokoh terkemuka di Kudus, seperti Sunan Kudus, Sunan Muria dan tokoh-tokoh terkenal lainnya di Indonesia.

Selain itu, juga terdapat replika Kakbah, galeri Al-Qur’an dan Asmaul Husna. Tujuan ruangan ini adalah agar pengunjung selalu bersyukur dan mencintai Al-Qur’an.

Dalam ruangan ini pengunjung bisa melihat Al-Qur’an dengan berbagai ukuran. Ada satu Quran besar yang dikelilingi oleh tujuh Al-Qur’an kuno.

Ketujuh Al-Qur’an tersebut adalah Al-Qur’an tua daun lontar, Al-Qur’an kulit sapi, Al-Qur’an mini Istanbul Turki, Al-Qur’an sampul pintu Kakbah, Al-Qur’an kertas kuno, Al-Qur’an kuno surau dan Al-Qur’an kuno pesantren.

Koleksi benda lainnya yakni berupa replika Kudus masa lalu, omah kapal, rumah kembar, stasiun kereta Kudus. Tak ketinggalan juga ada patung Nitisemito, yang merupakan pengusaha rokok asal Kudus yang berada di ruang paling belakang.

Selain itu, ada juga tempat photo booth pakaian adat Kudus, spot foto replika tentang usaha dan perdagangan seperti membuat jenang, membuat rokok, dan ada juga seni ukir.

“Kami ingin menginformasikan seluas-luasnya tentang benda-benda maupun bangunan bersejarah yang di Kudus maupun di Tanah Air, yang dimungkinkan banyak orang yang belum mengetahuinya, termasuk sejarah keberadaannya melalui museum ini,” pungkas Hesti Tri. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES