Pesona Gedung Wismilak Surabaya, Cagar Budaya Bekas Markas Polisi Istimewa

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Gedung Wismilak di Jalan Raya Darmo Surabaya menyimpan sejarah panjang dan saksi bisu perjuangan merebut kemerdekaan. Gedung cagar budaya megah sarat arsitektur klasik Eropa. Warna putih dan hijau tua mendominasi tiap sudut bangunan. Jarak antara lantai dan plafon sangat lega.
Usia gedung ini sudah mencapai lebih dari satu abad. Namun, masih terawat. Selain masuk dalam cagar budaya, bangunan tersebut termasuk antik dan klasik.
Advertisement
Peralihan fungsi gedung Wismilak sempat terjadi sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Bahkan pernah dimanfaatkan musuh dan sekutu.
Sampai sekarang bangunan bergaya kolonial tersebut masuk dalam daftar cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Bahkan, diperkuat oleh bukti sejarah tak terpatahkan.
Pegiat Sejarah Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo mengajak untuk menjelajah kembali romansa Gedung Wismilak. Gedung dua lantai di perempatan Jalan Polisi Istimewa.
Gedung Wismilak ini terbilang langka. Bahkan bisa disebut sebagai satu-satunya rumah dua lantai pada eranya. Lantai pertama terbuat dari batu alam, lantai dua terbuat dari kayu. Total luas gedung sekitar 999,89 meter persegi.
Terdapat banyak ruangan di gedung tersebut sesuai dengan fungsinya. Kemudian juga ada tangga kayu yang masih kokoh sampai saat ini, lengkap dengan lantai kayu terawat.
Beberapa perawatan atau pemugaran masih harus dilakukan untuk menjaga keaslian dan keutuhan gedung.
"Gedung Wismilak itu tergolong unik lantaran hampir seluruh material asli masih kokoh," kata Kuncarsono, Selasa (19/9/2023).
Dulu, gedung itu bernama Coen Boulevaard. Namun, oleh masyarakat kala itu dijuluki Jalan Coen.
Nama Coen diambil dari Jan Pieterszoon Coen. Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda keempat dan keenam.
Pada masa jabatan pertama, Gubernur Coen menjalankan otoritasnya sepanjang tahun 1619 sampai 1623.
Coen sempat berhenti memerintah sekitar 5 tahun. Kemudian kembali menjabat pada periode masa jabatan kedua pada tahun 1627 sampai 1629.
Dalam perjalanannya, gedung Wismilak yang berada di jantung kota pahlawan itu kerap dilakukan pemugaran. Namun, masih mempertahankan bentuk bangunan era klasik kolonial yang hingga kini masih bisa dinikmati masyarakat.
"Bentuk bangunannya khas arsitektur barat era 19 sampai 20-an," jelasnya.
Tahun 1920an, kartu pos terbitan Jong Soe Hien menampilkan foto Gedung Wismilak dengan bendera setengah tiang.
Hingga saat ini gedung eks Commissariaat Van Politie itu masih terlihat kokoh. Meskipun sempat mengalami renovasi dan pemugaran yang dilakukan sejak dulu sampai sekarang diklaim tak banyak mengubah bentuk asli.
Sekitar tahun 1920, gedung itu sempat menjadi toko yang menjajakan kebutuhan kaum kelas atas Belanda. Akan tetapi hanya berlangsung sekitar 15 sampai 16 tahun.
Pada tahun 1936, gedung disewa oleh seseorang dan disematkan nama Toko Yan. Ketika penjajahan Jepang, gedung itu menjadi asrama polisi yang dibentuk oleh pasukan Jepang hingga jelang kemerdekaan tahun 1945.
Saat Indonesia merdeka, Arek-arek Suroboyo dan para polisi merebut Gedung Coen. Lalu, menjadikannya Kantor Polisi Republik Indonesia hingga tahun 1993.
"Dulu, kantor polisinya itu di sisi seberangnya (sekarang menjadi monumen patung M.Jasin), yang sekarang (Gedung Wismilak) pindahan dari pos polisi itu," terang Kuncarsono.
Kisah lain perubahan nama menjadi Gedung Wismilak terjadi pada tahun 2000-an. Saat itu, kantor polisi di Gedung Wismilak pindah ke Kawasan Dukuh Kupang. Sementara, gedung tersebut menjadi Gedung Wismilak.
"Dulu, namanya Polres Surabaya Selatan. Sekarang, ditempati Wismilak sejak tahun 2000-an," tuturnya.
Kemudian gedung eks Commissariaat Van Politie te Coen Boulevard tersebut digunakan sebagai kantor divisi khusus Direktorat Pengamanan Objek Vital (Ditpamobvit). Pada tahun 2003 Wismilak memutuskan untuk menambah bangunan baru.
Meskipun perusahaan Wismilak berkembang dan pindah ke lokasi itu, mereka berkomitmen menjaga keaslian gedung Wismilak tanpa memugar gedung lama. Mereka juga memperoleh mendapat izin dari Pemkot Surabaya dan diresmikan pada 9 September 2009 sampai sekarang.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |