Museum Blambangan Banyuwangi Memikat Perhatian Generasi Muda

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Antusiasme masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur, akan sejarah dan budaya semakin meningkat seiring dengan kesadaran mereka tentang pentingnya museum sebagai bentuk dari wahana edutainment.
Di Hari Museum Nasional yang diperingati setiap 12 Oktober, museum tidak hanya sebagai ruang tempat melestarikan benda budaya dan mengenalkan sejarah saja. Museum juga bisa sekaligus sebagai tempat proses pembelajaran yang didesain dengan memadukan antar muatan pendidikan dan hiburan secara harmonis. Sehingga aktifitas pembelajaran berlangsung menyenangkan atau yang disebut education dan entertainment atau edutainment.
Advertisement
Seperti saja Museum Blambangan yang telah berhasil memainkan peran kunci dalam meningkatkan minat masyarakat Banyuwangi, terutama generasi muda agar mau menjelajahi sejarah dan budaya lokal yang ditinggalkan dalam bentuk benda Fosil maupun Artefak.
Seperti yang dikatakan oleh Kurator sekaligus Edukator Museum Blambangan, Bayu Ari Wibowo, meningkatnya jumlah kunjungan Museum Blambangan ini, karena masyarakat Banyuwangi sendiri juga cenderung penasaran dengan jejak-jejak peninggalan sejarah yanga ada di Bumi Blambangan.
Tak hanya itu, Bayu juga mengungkapkan, selama ini pelajar di Banyuwangi selalu diajak untuk Study Tour keluar kota, sehingga kebanyakan dari mereka tidak mengetahui jika daerah tempat tinggalnya pun juga memiliki jejak sejarah yang terarsip dan tertata rapi di Museum Blambangan. Setelah tau, mereka menjadi penasaran dan berkunjung ke museum untuk belajar sekaligus berwisata maupun hanya untuk mengabadikan momen.
Kurator sekaligus Edukator Museum Blambangan Banyuwangi, Bayu Ari Wibowo. (FOTO: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
“Sehari Museum Blambangan bisa menerima sebanyak 50 sampai 100 kunjungan,” kata Bayu, Kamis (12/10/2023).
Jika menilik dari data tahunan jumlah pengunjung Museum Blambangan, peningkatan terjadi mencapai hampir 50 persen. Pada tahun 2022, total jumlah kunjungan Museum Blambangan kurang lebih ada 3000 pengunjung, sedangkan ditahun 2023, sampai dengan bulan September ini, total kunjungan sudah mencapai 5401 pengunjung. Dari sini dapat dikatakan ada peningkatan dan kesadaran Masyarakat khususnya Banyuwangi, akan pentingnya belajar sejarah langsung kepada sumber bukti sejarah.
Terlebih kebanyakan pengunjung juga lebih didominasi oleh pelajar dari siswa Taman Kanak-kanak hingga Mahasiswa.
Di samping itu, Bayu melanjutkan, untuk merangsang minat belajar masyarakat ke Museum Blambangan, pengelola mengembangan promosi sekaligus edukasi pengenalan benda-benda bersejarah melalui sosial media. Diharapkan membuat warga yang melihat konten tersebut semakin teredukasi serta tertarik untuk datang dan melihat secara langsung benda yang telah dilihatnya melalui sosial media di Museum Blambangan.
“Kita harus lebih kreatif lagi dengan mengikuti tren yang ada. Yaitu dengan cara membuatkan video dengan mengulas fosil maupun artefak secara menarik dan saat ini share dan like cukup besar,” ucap dia.
Bahkan, museum yang sudah berdiri sejak 25 Desember 1977 ini, juga kerap kedatangan pengunjung luar negri, diantaranya turis dari negara China, Australia, Amerika, hingga afrika Selatan. Dari banyaknya pengunjung luar negri yang hadir, Bayu mengatakan, kebanyakan turis tertarik dengan keberadaan artefak Lingga Yoni, tablet Kerajaan hingga kapak zaman neolitik.
“Datangnya wisatawan mancanegara ke Museum Blambangan sendiri, biasanya untuk mengenal dan belajar lebih dulu Banyuwangi melalui museum, sebelum akhirnya mulai Eksplore menjelajahi Kota Gandrung,” tandas Bayu.
“Turis kebanyakan tertarik akan sejarah Banyuwangi pada masa Hindu buddha dengan banyak bertanya artefak-artefaknya,” imbunya.
Bayu berharap, di momen Hari Museum Nasional ini, masyarakat lebih mengenal lagi tanah kelahiranya melalui museum. Karena museum juga disebut sebagai miniatur kekayaan budaya daerah, dengan mensajikan bukti peninggalan sejarah yang mulai bercerita dari zaman pra-sejarah, Hindu-Budha, kolonial, hingga modern.
“Sekarang Museum Blambangan memiliki kurang lebih 4.300 koleksi. Artefak dari masa Hindu Buddha di Banyuwangi seperti Lingga Yoni, Kendi Blambangan dan Stupika adalah benda paling menarik perhatian pengunjung,” pungkas Bayu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |