Gua Bhuta di Bondowoso Digunakan untuk Mengasingkan Diri
TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Pernah dengar atau berkunjung ke situs Gua Butha di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur?
Gua Butha sendiri dapat ditemui di dua lokasi. Yakni di Desa Sukorejo Kecamatan Sumber Wringin dan satu lagi berada di Desa Jirek Mas Kecamatan Cermee.
Advertisement
Gua Butha dipercaya sebagai peninggalan prasejarah atau peninggalan nenek moyang di zaman megalitik.
Gua Butha sendiri masuk dalam Ijen Geopark dan geopark dunia di sektor keanekaragaman budaya (Cultural Diversity).
Seperti diketahui, situs budaya merupakan satu pilar geopark yang penting karena merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah.
Selain itu juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar Ijen Geopark.
Disamping itu, keanekaragaman budaya merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai warisan budaya (Cultural Heritage) yang perlu dilestarikan.
Keberadaan warisan budaya berupa benda-benda peninggalan historis-arkeologis di ujung timur Pulau Jawa membantu pelacakan jejak masa prasejarah dalam lingkup kawasan.
Secara umum, pembabakan sejarah di kawasan ini bisa dibagi menjadi dua. Yakni masa Prasejarah dan Hindu-Buddha.
Ujung timur Pulau Jawa menyimpan peninggalan Masa Prasejarah berupa Situs Megalitik.
Peninggalan benda-benda megalitik dengan jumlah terbanyak berada di Kabupaten Bondowoso.
Berdasarkan jumlah eksisting temuan, kawasan Bondowoso diperkirakan sebagai Pusat Peradaban Budaya megalitik di Jawa Timur.
Kawasan Ijen Geopark Wilayah Bondowoso terdapat sejumlah Situs Budaya dengan klasifikasi Warisan Budaya Benda (Tangible Heritage) dan Tak Benda (Intangible Heritage).
Sementara untuk warisan budaya benda yakni salah satunya adalah Gua Butha di dua kecamatan.
Pertama Struktur Gua Butha Sumber Canting terletak di Desa Sukorejo, Kecamatan Sumber Wringin, Kabupaten Bondowoso.
Gua ini digunakan untuk meditasi atau mengasingkan diri dari kehidupan dunia.
Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya beberapa lubang kecil yang diperkirakan sebagai tempat lentera atau lilin saat ritual berlangsung.
Relief Kepala Kala pada Gua Butha dipahat dengan mata terbuka lebar, gigi bertaring, dan lidah menjulur ke bawah.
Di bagian gua ini juga terdapat pahatan angka 1316 Caka atau Tahun 1394 sebagai tahun penanda pendirian.
Ukuran mulut gua setinggi 3 meter, lebar 5 meter, bentuk ruang memanjang ke dalam dan mengecil, dengan kedalaman 17 meter dari permukaan gua.
Sementara struktur Gua Butha Cermee terletak di Desa Jirek Mas, Kecamatan Cermee, Kabupaten Bondowoso.
Situs ini merupakan Gua Pertapaan pada akhir zaman Majapahit, sekitar Abad ke-13 dan 14. Butha memiliki arti ‘Raksasa’ dalam Bahasa Madura (Bahasa Lokal Tradisional).
Situs ini berupa cerukan pada tebing batu. Relief berbentuk raksasa berupa wajah dengan mata terbuka lebar, gigi bertaring, dan tangan berkuku tajam.
Pada sisi barat gua, terdapat beberapa relief yang merupakan bagian dari relief induk, yaitu berupa relief Kuncup Bunga Teratai (Lambang Agama Buddha), Buddha bermeditasi, Kepala Manusia dengan Surya, Pertapa, dan beberapa binatang yang biasa digunakan sebagai kegiatan ritual keagamaan.
Gua Butha di dua lokasi ini sekarang menjadi edu wisata, khususnya bagi mereka yang ingin mengetahui sejarah masa lampau. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |