Wisata

Menilik Tradisi Unik Maritim di Banyuwangi yang Ada Sejak Tahun 1700 Silam

Sabtu, 18 November 2023 - 08:26 | 106.77k
Ritual Petik Laut dengan melarungkan sesaji di Perairan selat Bali, tradisi adat Kampung Mandar Banyuwangi. (FOTO : Anggara Cahya /TIMES Indonesia)
Ritual Petik Laut dengan melarungkan sesaji di Perairan selat Bali, tradisi adat Kampung Mandar Banyuwangi. (FOTO : Anggara Cahya /TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Kaya akan sejarah, Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, menggoda kita untuk menilik tradisi maritimnya yang telah ada sejak tahun 1700 silam. Ya apalagi jika bukan ritual Petik Laut, cara masyarakat pesisir untuk mengucapkan rasa syukur atas hasil laut yang melimpah.

Dengan kekayaan budaya yang memikat dan menampilkan keeksotisan dunia bahari,  tradisi petik laut menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan leluhur yang dijaga dengan cermat oleh masyarakat. Khusunya oleh keturunan asli suku Mandar yang sudah menjadi bagian dari warga Bumi Blambangan.

Advertisement

Dikisahkan oleh Ketua Adat Kampung Mandar, Puang Faizal Riezal Daeng Galak, bawasanya Suku Mandar berhijrah ke wilayah paling timur pulau Jawa memilki kisah yang panjang pada sekitar tahun 1700 an. 

Yang mana perjalanan dan kontribusi Suku Mandar pada kerajaan Blambangan waktu itu, hingga mereka disambut dan diberi wilayah oleh Raja Blambangan Kanjeng Susuhunan Prabu Tawang Alun II.

"Tahun 1700 akhir kita sudah melaksanakan petik laut secara turun menurun, karena Mandar sendiri terkenal akan suku pelaut," kata Puang Faizal Riezal Daeng Galak, Jumat (17/11/2023).

Puang Faizal Riezal Daeng Galak yang juga menjadi keturunan ketujuh dari Puang Daeng Kapitan Galak, yakni orang pertama dari Suku Mandar Sulawesi Barat yang menginjakkan kakinya di Banyuwangi itu mengatakan, tradisi tersebut adalah ritual dari kampung Mandar serta nelayan setempat  yang menjadi ucapan rasa syukur kepada tuhan atas segala kelimpahan hasil ikan yang sudah diberikan.

Ritual-Petik-Laut-a.jpg

Sesaji yang akan dilarung di perairan Selat Bali. (FOTO : Anggara Cahya /TIMES Indonesia)

"Jadi tidak hanya kita manusia yang mengambil hasil laut, tapi kita juga harus memberikan juga manfaat ke laut, seperti memberi makan ikan dengan melarung persembahan," tutur Puang Faizal Riezal Daeng Galak yang akrab disapa Ecang.

Setiap satu tahun sekali ritual petik laut di laksanakan, Ecang menerangkan, ada waktu tertentu dalam melaksanakan petik laut yang disimbolkan dengan larung sesaji di perairan Selat Bali itu, yaitu saat sudah diberikan hasil laut yang melimpah.

Sayangnya, masih Ecang, ritual larung sesaji tersebut baru kembali digelar pada tahun ini, setelah vakum selama 4 tahun akibat pandemi Covid-19. Karena itu, nampak antusiasme masyarakat Kampung Mandar dan sekitarnya dalam menggelar tradisi tersebut hingga menyiapkan sebanyak 40 kapal nelayan sebagai pengiring kapal yang membawa sesajian.

"Kebetulan ritual petik laut atau larung sesaji kali ini beberengan dengan Banyuwangi Festival yakni Festival Kebangsaan, dan kita juga sebagai tuan rumahnya," tandasnya.

Dalam pelaksanaanya, larung sesaji yang berisi kepala sapi jantan yang telah dilumuri tumbukan kunyit halus dan dengan segala ubo rampe seperti dupa, beras, pisang hingga ayam bulu hitam itu, dipimpin oleh seorang Passili yaitu Puang Dahliana Daeng Kebo'. 

Pada mulanya, Sesaji yang akan dilarung tersebut dihias semenarik mungkin, dan ditempatkankanlah kepala sapi yang telah diluluri kunyit itu bersama ubo rampe lainya, kemudian dijaga semaleman hingga pada esok hari akan di larung.

"Yang membedakan petik laut kita itu terletak pada Minyak Mandar. Minyak yang khusus asli dari Suku Mandar, yang digunakan pada sesaji," cetus Ecang.

Setelah itu sesaji diarak hingga menuju ke kapal yang akan ditunggangi. Lantas seserahan  tersebut dibawa ke tengah laut di Selat Bali melalui pantai Ancol, atau dikenal Plengsengan dengan diikuti puluhan kapal nelayan lainya.

Sebelum dilarungkan ke Laut Sesaji yang berisi kepala Sapi itu didoakan oleh Passili sebagai tanda terimakasih, kecuali ayam bulu hitam tersebut yang hanya dicelupkan ke laut kemudian di bawa kembali kedaratan. Setelah semuanya selesai kapal yang membawa sesaji tersebut berlayar mengelilingi pantai disekitar kawasan pantai Boom dan Pantai Ancol. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES