De Tjolomadoe Karanganyar: Paduan Kekayaan Masa Lalu dan Kenyamanan Masa Kini
TIMESINDONESIA, KARANGANYAR – Di hati Karanganyar, Jawa Tengah, matahari terbenam bukan hanya fenomena alam. Tapi sebuah peristiwa harian yang menghidupkan kembali sejarah di De Tjolomadoe.
Tempat ini, yang dulunya adalah Pabrik Gula Colomadu, kini telah bertransformasi menjadi simbol kebangkitan. Menawarkan kepada pengunjung, tidak hanya sejarah tetapi juga pengalaman modern yang tak terlupakan.
Advertisement
Didirikan pada tahun 1861 oleh Mangkunegaran IV, bangunan bersejarah ini telah menyaksikan banyak perubahan sebelum akhirnya direvitalisasi menjadi pusat wisata dan komersial. Arsitektur yang mengesankan dan mesin-mesin bekas raksasa yang terjaga menjadi saksi bisu perubahan zaman. Menarik pengunjung untuk menerawang ke masa lalu.
"Antusiasme publik kepada De Tjolomadoe ini sungguh luar biasa," ungkap GM De Tjolomadoe Slamet Sudiharto.
"Kami berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang bagus sesuai standar pelayanan hotel bintang," sambung Mr Sla, sapaan akrabnya.
Senja di De Tjolomadoe bukanlah sekedar pergantian hari. Langit yang berubah warna menjadi kanvas bagi bangunan bersejarah ini, menciptakan pemandangan yang memukau. Cahaya keemasan matahari terbenam menyoroti struktur bangunan dan mesin-mesin lama. Membawa pengunjung pada perjalanan waktu yang elegan.
Suasana ini dilengkapi dengan aroma khas kopi dan suara gemericik air, mengundang siapa saja untuk berhenti sejenak dan menikmati keindahan yang tenang.
Selain keindahan sejarah, De Tjolomadoe juga menawarkan berbagai fasilitas modern. Stasiun Gilingan yang kini berfungsi sebagai Museum Pabrik Gula, Stasiun Ketelan sebagai area F&B, hingga Tjolomadoe Hall yang sering digunakan untuk konser dan acara.
Setiap sudutnya memberikan pengalaman baru dan menarik. Menggabungkan kekayaan masa lalu dengan kenyamanan masa kini.
Sebagai destinasi wisata, De Tjolomadoe tidak hanya meningkatkan produktivitas ekonomi lokal tetapi juga menjadi simbol kebanggaan dan penghargaan terhadap sejarah.
Sinur Linda Gustina, Direktur Strategi Korporasi and Human Capital Management PT PP (Persero) Tbk, menekankan bahwa De Tjolomadoe adalah bukti bahwa warisan dan modernitas bisa bersanding dengan harmonis, menciptakan tempat yang unik dan berharga untuk Indonesia.
De Tjolomadoe Simfoni yang Menenangkan
Ketika langit mulai memudar menjadi warna jingga, suara-suara di De Tjolomadoe bercampur menjadi simfoni yang menenangkan. Anak-anak tertawa riang bermain di area Arcade. Pasangan berjalan mesra menikmati keindahan arsitektur, dan fotografer menangkap momen magis senja.
Setiap detik di sini adalah perayaan dari masa lalu yang bertemu dengan keindahan masa kini.
Bangunan bersejarah yang dulunya sibuk dengan kegiatan produksi gula kini menjadi latar yang sempurna untuk berbagai event. Dari konser musik, pameran seni, hingga pasar kerajinan lokal, Tjolomadoe Hall dan Sarkara Hall sering menjadi pusat kegiatan komunitas.
Energi dan kreativitas mengalir deras di antara dinding-dinding yang penuh sejarah ini. Membawa semangat baru tanpa meninggalkan jati dirinya.
Di tengah perubahan dan pembaharuan, nilai-nilai luhur yang De Tjolomadoe usung, tetaplah kokoh. Pelestarian mesin dan arsitektur menjadi prioritas, menjadikannya bukan hanya tempat wisata tetapi juga pusat pembelajaran dan inspirasi.
Wisatawan datang bukan hanya untuk menikmati keindahan dan fasilitasnya. Tetapi juga untuk menyerap pelajaran berharga tentang bagaimana industri dan sejarah bisa berdampingan dengan harmonis
Kepuasan pengunjung terlihat dari senyum dan cerita yang mereka bagi. Setiap hari, De Tjolomadoe mengukir kenangan baru dalam benak mereka, menjadikannya lebih dari sekedar destinasi wisata.
Itu adalah tempat di mana setiap orang. Baik muda maupun tua, dapat menemukan sesuatu yang berharga: kedamaian, inspirasi, atau kekaguman.
Dengan berakhirnya hari, cahaya senja perlahan memudar dan memberi jalan kepada malam. Namun, keajaiban De Tjolomadoe tidak pernah benar-benar berakhir. Ini terus hidup dalam cerita, foto, dan ingatan yang dibawa pulang oleh setiap pengunjung. Dan saat matahari terbit esok hari, tempat ini siap untuk memulai sebuah bab baru, menyambut siapa saja yang ingin menjadi bagian dari cerita bersejarahnya.
10 Menit dari Bandara Adi Soemarmo
De Tjolomadoe, bekas Pabrik Gula Colomadu yang berdiri megah sejak 1861, kini bertransformasi menjadi sebuah destinasi wisata dan kawasan komersial yang mempertahankan aroma historis dalam setiap sudut bangunannya.
Lokasinya hanya sepuluh menit dari Bandara Adi Soemarmo, Solo. Tempat ini bukan hanya sekedar pengingat dari masa lalu yang gemilang, tetapi juga sebuah simfoni baru dalam dunia pariwisata dan kebudayaan di Solo Raya.
Menginjakkan kaki di De Tjolomadoe, langkah pertama mengantarkan pada sebuah perjalanan waktu. Bangunan tua dengan arsitektur kolonial menyimpan ribuan kisah, dinding-dindingnya yang kokoh membisikkan narasi sejarah yang panjang.
Di sini, senja bukan hanya tentang pergantian hari, tetapi juga tentang bagaimana cahaya terakhir matahari menyelinap masuk melalui jendela-jendela besar. Menciptakan pola-pola artistik yang seolah-olah menghidupkan kembali jiwa pabrik gula yang pernah berjaya.
Revitalisasi yang dilakukan dengan cermat oleh PT Sinergi Colomadu tidak hanya mempertahankan keaslian struktur bangunan tetapi juga mengintegrasikan elemen modern yang membuatnya relevan untuk kebutuhan masa kini. Mesin-mesin gula tua dengan bintik-bintik karatnya kini menjadi saksi bisu transformasi yang mengagumkan. Berdiri gagah di tengah ruangan yang kini berfungsi sebagai museum, area F&B, arcade, serta ruang seni dan kerajinan.
Seiring dengan terbenamnya matahari, De Tjolomadoe Karanganyar berubah menjadi kanvas yang memukau, dimana langit berubah warna menjadi oranye keemasan, kemudian perlahan-lahan bergradasi menjadi merah muda dan akhirnya biru tua. Cahaya senja yang lembut menerangi bangunan-bangunan tua, menciptakan kontras yang indah dengan lampu-lampu yang mulai menyala, mengundang para pengunjung untuk terus larut dalam keindahan dan nostalgia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |