Wisata

Lompat Batu: Menyelusuri Keunikan Desa Bawomataluo di Nias Selatan

Jumat, 16 Februari 2024 - 03:31 | 85.99k
Pengunjung berfoto dengan pakaian adat Pulau Nias saat pemuda setempat atraksi Lompat Batu. (Foto: Samuel Pasaribu/TripAdvisor)
Pengunjung berfoto dengan pakaian adat Pulau Nias saat pemuda setempat atraksi Lompat Batu. (Foto: Samuel Pasaribu/TripAdvisor)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bagi generasi tahun 90'an pastinya tidak asing dengan lembaran uang pecahan seribu rupiah bergambarkan lompat batu Pulau Nias. Bukan tanpa alasan atraksi tersebut tertoreh pada lembaran alat tukar tersebut, melainkan karena atraksi itu sudah terkenal hingga ke manca negara.

Uang kertas Indonesia senilai 1.000 tersebut menggambarkan seorang pria yang sedang melompat batu dengan latar belakang desa yang indah. Gambar ini merupakan potret dari tradisi Lompat Batu yang terkenal di Pulau Nias, khususnya di desa Bawomataluo, Nias Selatan.

Advertisement

Desa Bawomataluo menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan keunikan budaya Nias. Dari Bandara Gunungsitoli, perjalanan menuju desa ini memakan waktu sekitar 2,5 hingga 4 jam, tergantung pada kondisi perjalanan dan kendaraan yang digunakan.

Sampai di desa Bawomataluo, pengunjung dapat menyaksikan atraksi Lompat Batu yang telah menjadi ciri khas Pulau Nias. Peserta dari berbagai usia dan latar belakang memamerkan keberanian dan keterampilan fisik mereka dengan melompati dinding batu yang tinggi.

Memakai Pakaian Adat Lokal

Salah satu daya tarik lainnya adalah kesempatan untuk berfoto dengan pakaian adat setempat. Pengunjung dapat mengenakan pakaian tradisional Nias dan berfoto untuk membawa pulang kenang-kenangan yang unik.

Hal ini tidak hanya memungkinkan wisatawan untuk mendalami budaya lokal, tetapi juga mendukung perekonomian masyarakat setempat yang terlibat dalam pembuatan dan penyewaan pakaian adat.

"Untuk sewa kostum dan accessorisya dikenakan biaya mulai dari 150 ribu rupiah per orang, sudah termasuk foto bersama pemain Lompat Batu saat beraksi," terang Nadia, yang juga berkunjung ke wisata tersebut. 

Bukan Sekedar Wisata Tetapi Juga Tradisi

Melompati batu dianggap sebagai ritual penting bagi para pemuda yang memasuki usia dewasa. Ritual ini dianggap serius, mengisyaratkan bahwa anak-anak tersebut telah siap untuk bertarung dan mengemban tanggung jawab seorang pria.

Mulai dari usia 10 tahun, anak-anak laki-laki di Pulau Nias bersiap untuk melakukan melompat batu ini. Mereka akan dianggap dewasa bila telah mampu melompati dinding batu yang tingginya berkisar antara 1,5 hingga 2 meter.

Pada zamannya tradisi ini merupakan keharusan. Kegiatan tersebut bertujuan menggembleng para pemuda dan mencari bibit unggul untuk dijadikan pasukan perang. Bahkan, jaman dulu di atas batu akan diletakkan bambu yang diasah tajam untuk meningkatkan kesulitan melompat.

"Ini bukan hanya pertunjukan fisik, tetapi juga simbol dari semangat dan ketangguhan masyarakat Nias," ungkap Aji, salah satu pengunjung dai Jakarta(14/2/2023).

Simbol Pendewasaan Pemuda Lokal

Tradisi melompat batu di Nias bukan hanya sebagai pertunjukan fisik semata, melainkan simbol dari perjalanan dari masa remaja ke kedewasaan. Dengan berpakaian layaknya prajurit, anak-anak tersebut melompati dinding batu, menandakan kesiapan mereka untuk mengemban tanggung jawab seorang pria.

Penting untuk mencatat bahwa keberadaan Lompat Batu di desa Bawomataluo bukan hanya sekadar daya tarik pariwisata. Tradisi ini masih dijalankan secara rutin dalam berbagai acara adat dan keagamaan di desa tersebut. Oleh karena itu, kunjungan wisatawan juga dapat menjadi sarana untuk mendukung pelestarian dan pengembangan budaya Nias.

Dengan menggabungkan atraksi Lompat Batu, pakaian adat, dan keindahan desa Bawomataluo, pengunjung dapat merasakan kekayaan budaya yang masih terjaga dengan baik di Pulau Nias. PAtikan anda menambahkan tujuan wisata ini ke dalam daftar liburan anda. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khodijah Siti
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES