Wisata

Jejak Megah Kesultanan Ternate, Kisah Pemimpin dan Kebesaran Gapi

Kamis, 21 Maret 2024 - 00:37 | 44.95k
Kedaton Kesultanan Ternate yang berada di bawah kaki Gunung Gamalama. (Foto: Ruslan Zainuddin for TIMES Indonesia)
Kedaton Kesultanan Ternate yang berada di bawah kaki Gunung Gamalama. (Foto: Ruslan Zainuddin for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, TERNATEKesultanan Ternate, dikenal sebagai Gapi dalam kosa kata bahasa Ternate, adalah salah satu kerajaan Islam tertua di Maluku Utara. Kejayaannya mencapai puncaknya pada abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan maritimnya yang menguasai wilayah Maluku, Sulawesi, hingga kepulauan Filipina dan Marshall.

Cakupan kekuasaan kesultanan pada saat itu hingga pada Maluku (Ambon), Sulawesi bagian utara, timur, dan tengah, juga pada bagian selatan Kepulauan Filipina hingga Kepulauan Marshall di Pasifik. Pada saat itu yang memegang tongkat kepemimpinan adalah Sultan Syarifuddin bin Iskandar Muhammad Djabir Sjah hingga tahun 2016, yang kemudian menggantikan Sultan Mudaffar Syah II.

Advertisement

Sejarah Pulau Gapi dimulai pada abad ke-13, saat penduduknya bermigrasi dari Halmahera yang kita kenal sebagai pulau panjang.  Awalnya, empat kampung dipimpin oleh seorang Momole (kepala suku), menjalin hubungan dengan pedagang dari berbagai penjuru demi rempah-rempah Indonesia Timur.

Meski demikian, keberagaman masyarakat Gapi semakin bertambah dengan kedatangan pedagang Arab, Jawa, Melayu, dan Tionghoa. Aktivitas perdagangan pun semakin ramai dan peningkatan ancaman yang sering datang dari para perampokan. Untuk menghadapi ancaman perampokan, Momole yang memimpin empat kepala suku mengambil prakarsa.

Suku Tabona dalam memimpin dan mengadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.

Pada tahun 1257, Momole Ciko dari Sampalu terpilih sebagai Kolano (Raja), yang dikenal sebagai Malamo. Gelar pertama kali digunakan adalah Malamo panggilan seorang Raja di Ternate sekitar tahun 1257-1272. Pusat kerajaan Gapi di kampung Ternate. Dalam perkembangannya, adanya akulturasi kebudayan membuat jumlah penduduk semakin besar dan ramai. Oleh sebab itu penyebutan Malamo  berganti dengan kalimat Gam Lamo atau kampung besar, belakangan masyarakat mengasosiasikan dengan Gunung Gamalama.

Kerajaan Gapi semakin besar pada masyarakat Kita Ternate hingga kini orang lebih suka menyebut Kerajaan Ternate daripada Kerajaan Gapi. Beberapa masa para pemimpin yang perkembang cukup cepat yang dulunya sebuah kerajaan yang wilayah adalah sebuah pulau kecil yang kian menjadi kerajaan yang berpengaruh dan tersebar bagian timur Indonesia khususnya Maluku.

Islam masuk pada abad ke 15, kemudian diserap masuk secara total oleh kerajaan begitu juga penerapan syariat Islam yang praktikan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan Gelar Kolano dan menggantikannya dengan gelar Sultan hingga saat ini.

Setelah sultan sebagai pemimpin pada abad ke-15, ada juga jabatan Jogugu atau perdana menteri dan Fala Raha atau penasihat. Gala raga atau empat rumah adalah empat klan bangsawan yang menjadi tulang punggung Kesultanan sebagai perwakilan pada momole pada waktu itu. Masing-masing dikepalai seorang Kimalaha. Mereka adalah Marasaoli, Tomagola, Tomaito, dan Tamadi. Pejabat tinggi Kesultanan Ternate pada waktu berasal dari klan-klan ini. Bila seorang sultan tidak memiliki pewaris, maka empat klan itu dipilih menjadi untuk menjadi penerus. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES