Wisata

Menelisik Sejarah Wana Wisata Umbul Jumprit

Minggu, 12 Mei 2024 - 16:21 | 112.87k
Gapura masuk Wana Wisata, Umbul Jumprit. (FOTO: Hermanto/TIMES Indonesia)
Gapura masuk Wana Wisata, Umbul Jumprit. (FOTO: Hermanto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TEMANGGUNG – Hulu dari Sungai Progo adalah Umbul Jumprit. Lokasi ini berjarak sekira 26 kilometer di sebelah barat laut Kota Temanggung.

Umbul Jumprit yang mempunyai ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut ini tepatnya berada di Tegalrejo, Ngadirejo, Temanggung. Karena ketinggian tersebut meski pada siang hari, udaranya terasa dingin terlebih airnya.

Advertisement

Untuk bisa memasuki area Umbul Jumprit, pengunjung dewasa harus membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000. Harga tersebut sudah termasuk asuransi. Namun untuk anak- anak bisa masuk dengan gratis. Umbul Jumprit dibuka untuk umum sebagai Wana Wisata (wisata hutan) oleh pemerintah pada 18 Januari 1987.

Bambang Iswanto, petugas setempat melalui Efi Melani yang berjaga di loket masuk wahana ini mengatakan bahwa setiap hari libur pengunjung Umbul Jumprit mengalami peningkatan yang signifikan.

Umbul-Jumprit-2.jpg

Salah satu pengunjung Umbul Jumprit, Adi Misriyanto dari dusun Kembang, Dlimoyo, Ngadirejo saat mengambil air di Sendang Jumprit. (FOTO: Hermanto/ Times Indonesia)

"Walaupun hanya beberapa, tetapi setiap hari pasti ada yang berkunjung. Untuk tanggal merah atau hari libur, pengunjung rata-rata sampai 80 orang," terang Efi pada TIMES Indonesia, Minggu (12/5/2024).

Selain pemandangan yang indah dan udara yang sejuk, cenderung dingin dan puluhan kera yang ada di kawasan tersebut ada 2 tempat yang bisa dikunjungi di Umbul Jumprit ini, Sendang Jumprit dan Makam Ki Jumprit.

Untuk sampai ke Sendang Jumprit, pengunjung cukup berjalan, hanya berjarak sekira 10 meter dari gapura masuk. Namun untuk bisa ke makam atau petilasan Ki Jumprit, pengunjung harus turun menapaki sekitar 35 anak tangga kecil. Karena makam ini berada di bawah sendang Jumprit.

Efi Melani menambahkan para pengunjung bisa berendam atau mandi di Sendang Jumprit yang airnya diyakini sebagai air suci yang bisa membantu mengabulkan berbagai hajad.

"Para pengunjung boleh mengambil airnya, berendam atau mandi di Sendang Jumprit, tetapi tetap harus menjaga kesopanan. Saat berendam, tidak boleh buang air kecil atau meludah," jelas Efi.

Umbul-Jumprit-3.jpg

Makam atau petilasan Ki Jumprit berada dibawah Sendang Jumprit yang kerap dikunjungi para peziarah. (FOTO: Hermanto/ Times Indonesia)

Melansir dari berbagai sumber nama Jumprit ini berasal dari nama seorang ahli nujum Kerajaan Majapahit yaitu Ki Jumprit.

Awalnya Ki Jumprit mengalami sakit, badannya lemas hingga tak berdaya. Dalam sakitnya, Ki Jumprit menerima wangsit untuk bertapa saka tunggal. Tapa saka tunggal adalah, bertapa dengan cara berdiri menggunakan satu kaki.

Saat melakukan pertapaannya, ia kembali menerima petunjuk untuk mencari sirah (kepala/hulu) Progo jika ia ingin sembuh dari sakitnya.

Atas petunjuk itu, Ki Jumprit kemudian mencari letak Hulu Sungai Progo yang dimaksud. Hingga akhirnya menemukan mata air di kaki Gunung Sindoro. Setelah sampai di tempat yang dituju, ia menceburkan ke sendang itu dan sakitnya pun hilang, ia menjadi sembuh.

Setelah sembuh, Ki Jumprit tinggal dan merawat daerah tersebut sambil memelihara se ekor kera yang bernama Kyai Dipa. Saat ini keturunan kera piliharaan Ki Jumprit masih bisa dijumpai bahkan dianggap sebagai penghantar para pengunjung yang ingin mendapatkan berkah dari air Sendang Jumprit itu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES