Yadnya Karo Suku Tengger, Toleransi dan Daya Tarik Wisata
TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Perayaan Yadnya Karo 1946 Saka yang digelar di Balai Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya semata. Kegiatan ini juga menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara.
Pada Selasa (20/8/2024) siang, aula Balai Desa Wonotoro dipenuhi oleh wisatawan, termasuk rombongan turis dari Spanyol.
Advertisement
Perayaan tahunan yang sempat terhenti selama pandemi Covid-19 ini dibuka untuk umum, dan antusiasme masyarakat terlihat sangat tinggi.
Nichole, salah satu wisatawan asal Spanyol yang tengah berlibur di Gunung Bromo, mengaku terpesona oleh kekayaan budaya masyarakat Tengger.
Ia merasa beruntung karena diberikan kesempatan untuk menyaksikan langsung ritual adat tersebut.
"Saya senang diberikan kesempatan untuk melihat budaya di sini secara langsung. Momen ini perlu diabadikan (Lestarikan)," kata Nichole.
Menariknya, di antara ratusan warga Tengger yang mengikuti upacara adat, terlihat seorang gadis berjilbab turut berbaur dengan mereka.
Gadis itu adalah Nanda Setia, 26 tahun, warga Surabaya. Ia merasa kagum dengan nilai-nilai toleransi yang ditunjukkan oleh masyarakat Tengger.
“Toleransi terhadap budaya dan kebudayaan masyarakat Tengger sangat luar biasa,” kata Nanda.
Ia mengaku merasa nyaman dapat berbaur dengan masyarakat Tengger yang mayoritas beragama Hindu. “Hal ini perlu dilestarikan dengan baik," imbuhnya.
Yadnya Karo yang merupakan tradisi turun-temurun bagi masyarakat Tengger, kini bukan hanya menjadi bagian dari ritual keagamaan, tetapi juga sebagai jembatan untuk memperkuat kerukunan antarbudaya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Rizal Dani |