Wisata

Kisah Gereja Tertua di Surabaya, Wisata Religi dan Arsitektur Neo-Gotik yang Dilestarikan

Kamis, 19 September 2024 - 00:06 | 54.88k
Bangunan Gereja Katolik Santa Perawan Maria, Rabu (18/9/2024) (FOTO: Tacsiya Kristina/MG-TIMES Indonesia)
Bangunan Gereja Katolik Santa Perawan Maria, Rabu (18/9/2024) (FOTO: Tacsiya Kristina/MG-TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Surabaya merupakan kota yang penuh dengan bangunan bersejarah. Kota ini menyembunyikan banyak peninggalan sejarah di antara gedung-gedungnya yang padat. Salah satu bangunan yang cukup menarik perhatian adalah Gereja Katolik Santa Perawan Maria, atau yang lebih dikenal sebagai Gereja tertua di Surabaya.

Terletak di jantung Kota Surabaya, gereja ini telah melewati waktu dan berubah tidak hanya menjadi tempat ibadah, namun juga menjadi tujuan para wisatawan religi dan pengagum arsitektur bersejarah. 

Advertisement

Menengok Sekilas ke Masa Lalu

Gereja Katolik Santa Perawan Maria, yang dibangun pada tahun 1899 dan diresmikan pada 5 Agustus 1900, merupakan salah satu Gereja Katolik tertua di Surabaya.

Bangunan-Gereja-Katolik-Santa-Perawan-Maria-2.jpgHalaman Gereja Katolik Santa Perawan Maria, Rabu (18/9/2024) (FOTO: Tacsiya Kristina/MG-TIMES Indonesia)

Gereja ini memiliki arsitektur bergaya Neo-Gotik, sebuah aliran arsitektur yang populer di Eropa pada abad ke-19. Gereja ini dirancang secara artistik oleh arsitek Belanda, J.J. van der Mey, yang juga mendesain Balai Pemuda Surabaya, menambah nilai historis pada bangunan ini. Sebelumnya, bangunan pertama gereja ini berlokasi di Jalan Cendrawasih, Surabaya, dan dibangun pada tahun 1822.

Menurut Kusnadi, selaku Sekretariat Gereja Katolik Santa Perawan Maria, bangunan pertama gereja terletak di pusat Kota Surabaya yang kala itu berada di kawasan Surabaya Timur, sehingga jumlah jemaat terus bertambah.

“Karena bangunan gereja yang lama terbilang kecil, pada tahun 1899 dibangunlah gereja kedua di Jalan Kepanjen, tepat di atas kawasan rawa-rawa untuk menampung jemaat yang semakin berkembang,” kata Kusnadi, Rabu (18/9/2024).

Bangunan-Gereja-Katolik-Santa-Perawan-Maria-3.jpgInterior Ikonik dalam Bangunan Gereja Katolik Santa Perawan Maria, Rabu (18/9/2024) (FOTO: Tacsiya Kristina/MG-TIMES Indonesia)

Seiring berjalannya waktu, Gereja Katolik Santa Perawan Maria telah berkembang lebih dari sekedar tempat beribadah bagi umat Katolik di kota ini, menjadi salah satu tempat wisata di Surabaya yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara, terlebih sejak ditetapkan sebagai situs cagar budaya.

Keindahannya yang terpelihara dengan baik dan penuh sejarah, serta suasananya yang tenang, membuatnya tetap menarik bagi pengunjung di mancanegara yang ingin melihat sekilas warisan arsitektur dan spiritual Surabaya.

Misinformasi Kesalahpahaman di Media Online

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pengurus gereja, diketahui banyak sekali misinformasi pada media online, di mana terdapat kesalahpahaman tentang sejarah bangunan Gereja Katolik Santa Perawan Maria.

Banyak yang mengatakan bahwasannya gereja tersebut pernah dibom dan karena itu membutuhkan renovasi besar-besaran. Sejarah yang sebenarnya jauh berbeda. Pada bulan November 1945, revolusi fisik berdampak pada gereja.

Pada masa kekacauan tersebut, masyarakat setempat membakar bangunan-bangunan keagamaan sebagai taktik untuk memastikan bahwa tempat ibadah tidak akan menjadi sasaran kekerasan revolusi.

Ini adalah semacam strategi agar tempat-tempat tersebut tidak dibantai oleh pihak lawan. Dengan demikian, kebutuhan untuk merenovasi gereja, berakar pada peristiwa bersejarah ini dan bukan karena kerusakan akibat bom seperti yang dikatakan oleh beberapa media.

Keindahan Arsitektur yang Khas

Memasuki gereja ini seperti melakukan perjalanan melintasi waktu dengan menara yang menjulang ke langit, jendela kaca patri yang rumit, dan lengkungan yang menjulang.

Salah satu bagian yang paling mencolok dari dari desain arsitekturnya ialah lengkungan runcing dan ukiran yang menunjukkan elemen desain Eropa.

Jendela yang ada juga merupakan pemandangan yang indah untuk dilihat, terutama ketika sinar matahari menyaring melalui kaca patri dan memantulkan pantulan warna-warni ke seluruh bagian dalam gereja.

Jendela semacam itu tidak hanya memberikan tampilan visual yang indah, tetapi juga berfungsi untuk memaksimalkan pencahayaan pada saat penerangan masih terbatas.

Gaya bangunan ini mirip dengan gereja-gereja Katolik tua di Jakarta, yang memang meniru bentuk arsitektur Eropa.

“Kebanyakan gereja-gereja Katolik tua, seperti Gereja Katedral yang ada di Jakarta, mereplika gaya arsitektur dari Eropa,” tambahnya.

Sementara itu, salah satu pengunjung, Yohanes, mengaku terkesan dengan arsitektur gereja tersebut.

“Karena ini termasuk gereja tua, jadi seperti nostalgia dengan tempo dulu kalu lihat bagian-bagian yang ada di dalam dan sekitarnya,” ujar Yohanes.

Pelestarian Berkelanjutan

Sebagai salah satu gereja tertua di Jawa Timur membuat gereja ini tentunya harus terus dilestarikan, terlebih lagi untuk mempertahankan tidak hanya identitas budaya tetapi juga sejarah Surabaya. Selama bertahun-tahun, kegiatan restorasi telah dilakukan untuk menjaga gereja ini tetap megah seperti sebelumnya, sehingga generasi mendatang dapat melihat kebesarannya.

Dengan integritas struktural dan daya tarik estetika yang masih utuh, gereja ini berada di bawah pengelolaan yang cermat oleh pemerintah kota dan cagar budaya.

Upaya ini tidak hanya mempertahankan fungsi gereja tetapi juga mempertahankan bangunan sebagai situs wisata penting bagi orang-orang yang tertarik pada sejarah dan spiritualitas. 

Pada bulan April lalu, gempa bumi yang melanda Surabaya menyebabkan kerusakan kecil berupa beberapa retakan di beberapa bagian bangunan.

Masalah lainnya adalah sumber air di bawah gereja yang menjadi tumpuan sebagian besar kayu-kayunya mengering, sehingga semakin melemahkan pondasi kayu.

Rendahnya tingkat air membuat konstruksi kayu menjadi lebih rapuh, sehingga berkontribusi pada penurunan pondasi gereja, yang membutuhkan perbaikan lebih lanjut.

Gereja Katolik Santa Perawan Maria yang bergaya Neo-Gotik ini membuka perspektif yang luas untuk mengeksplorasi nilai-nilai sejarah dan budaya yang tersimpan di dalamnya.

Kunjungan ke gereja ini dapat memberikan wawasan tentang nilai-nilai sejarah dan arsitektur, serta upaya pelestariannya sebagai cara untuk mempertahankan warisan budaya bagi generasi mendatang.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES