Menapaki Jejak Islam di Cirebon: Ziarah Makam Sunan Gunung Jati dan Mengunjungi Masjid Abad ke-14

TIMESINDONESIA, CIREBON – Cirebon bukan sekadar kota pesisir di utara Jawa Barat. Kota ini menyimpan kisah panjang tentang perjumpaan budaya, pusat penyebaran Islam, hingga tempat bersemayamnya para tokoh besar dalam sejarah penyebaran agama di Nusantara.
Tak heran jika Cirebon menjadi destinasi penting bagi para peziarah dan pencinta wisata religi.
Advertisement
Bagi kamu yang ingin menyusuri jejak-jejak Islam di Cirebon, berikut beberapa tempat yang tak boleh dilewatkan:
1. Makam Sunan Gunung Jati, Titik Awal Penyebaran Islam di Jawa Barat
Terletak di kawasan Gunungjati, kompleks makam ini menjadi pusat ziarah umat Islam yang ingin mengenang perjuangan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa. Arsitektur bangunan makam yang memadukan unsur Jawa, Arab, dan Tionghoa menjadi daya tarik tersendiri. Meski pengunjung tak bisa masuk langsung ke area makam, mereka dapat mengikuti jalur ziarah melalui sembilan pintu gerbang yang berjenjang, menciptakan pengalaman spiritual yang mendalam.
2. Masjid Merah Panjunan, Warisan Sunan Gunung Jati
Masjid Merah. Masjid yang terletak di Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, yang didirikan pada tahun 1480 oleh Syarif Abdurakhman atau Pangeran Panjunan. (Foto: Antaranews)
Masjid bersejarah ini berdiri sejak tahun 1480 dan menjadi saksi penting perjalanan dakwah Islam di Cirebon. Dikenal juga sebagai Masjid Al-Athyah, bangunan ini khas dengan dinding bata merahnya yang ikonik. Dulunya, masjid ini digunakan sebagai tempat pengesahan para wali. Kini, meski tak lagi digunakan untuk salat Jumat, masjid ini tetap menjadi tempat ibadah sekaligus destinasi wisata religi yang menarik.
3. Tajug Agung Pangeran Kejaksan, Simbol Keagungan Islam di Tengah Kota
Masjid yang dibangun oleh Pangeran Kejaksan—ipar dari Sunan Gunung Jati—ini menjadi salah satu bangunan cagar budaya Cirebon. Meski sudah berusia lebih dari lima abad, banyak bagian asli dari bangunan ini masih bertahan, seperti mimbar, tiang penyangga, dan sumurnya. Arsitektur masjid ini menunjukkan keaslian dan kekayaan nilai historis yang tak ternilai.
4. Tajug Pejlagrahan, Masjid Tertua di Belakang Keraton
Dibangun pada tahun 1452, Tajug Pejlagrahan menjadi salah satu masjid tertua di Cirebon. Letaknya yang berada di belakang Keraton Pakungwati membuatnya memiliki peran penting, tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pertemuan warga. Nilai sejarahnya semakin kuat karena keberadaannya bersanding dengan kekuasaan adat dan agama pada masa lalu.
5. Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Hasil Gotong Royong Para Wali
Masjid ini berdiri megah di dalam kompleks Keraton Kasepuhan. Dibangun pada tahun 1498, kabarnya masjid ini merupakan bentuk hadiah Sunan Gunung Jati kepada istrinya, Nyi Mas Pakungwati. Tak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan, Masjid Sang Cipta Rasa juga menyimpan cerita tentang kekompakan para wali songo yang membangun masjid ini secara bersama-sama. Hingga kini, masjid ini menjadi simbol kebesaran Islam dan kearifan lokal masyarakat Cirebon.
Ziarah di Cirebon bukan hanya tentang kunjungan ke tempat-tempat sakral. Ia adalah perjalanan spiritual, pelajaran sejarah, dan pengalaman budaya yang menyatu dalam harmoni. Dari makam hingga masjid tua, tiap batu dan lorongnya mengisahkan kebesaran Islam yang tumbuh bersama kearifan lokal. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |