Menjelajah Jejak Sejarah Kota Tuban di Museum Kambang Putih

TIMESINDONESIA, TUBAN – Jika Anda tengah berkunjung ke jantung Kota Tuban, Jawa Timur sempatkanlah mampir ke Museum Kambang Putih. Lokasinya sangat strategis, berada di Jalan R.A. Kartini No. 3, tepat di tengah hiruk-pikuk pusat kota. Hanya selemparan batu dari Alun-Alun Tuban, Kantor Bupati, serta Pantai Boom yang legendaris.
Menariknya, museum ini juga berdampingan dengan kompleks makam Sunan Bonang, salah satu tokoh penting dalam penyebaran Islam di tanah Jawa.
Advertisement
Museum Kambang Putih bukan sekadar bangunan berisi artefak, melainkan potongan sejarah hidup yang merekam perjalanan panjang Tuban sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-11.
Dikutip dari situs resmi Pemkab Tuban, tubankab.go.id, nama "Kambang Putih" sendiri diyakini berasal dari sebuah prasasti bertahun 1050 M yang dikeluarkan oleh Raja Sri Mapanji Garasakan dari Kerajaan Janggala. Dalam prasasti tersebut, wilayah ini disebut sebagai pelabuhan penting yang menjadi pusat perdagangan antar pulau dan antar benua.
Versi lain menyebutkan bahwa nama "Kambang Putih" terinspirasi dari pemandangan pasir putih yang tampak mengambang di lautan, seperti yang disaksikan oleh pelaut-pelaut Cina zaman dahulu dari kejauhan. Sebuah gambaran yang puitis dan menggoda, bukan?
Meskipun bangunannya tidak besar, hanya satu lantai seluas sekitar 150 meter persegi—koleksi yang tersimpan di dalamnya luar biasa kaya. Hingga Agustus 2021, tercatat ada lebih dari 5.700 benda bersejarah yang menghuni ruang-ruang museum ini.
Pohon Kalpataru yang menjadi koleksi unggulan Museum Kambang Putih Tuban. (Slamet Agus Sudarmojo)
Salah satu daya tarik unik dari Museum Kambang Putih adalah koleksi memorabilia band legendaris Koes Plus, yang berasal dari Tuban. Pengunjung bisa melihat kaset-kaset klasik dan foto-foto lama yang membawa kita bernostalgia ke era musik Indonesia tempo dulu.
Tak hanya itu, museum ini juga memamerkan berbagai peralatan kelautan yang ditemukan dari dasar laut sekitar Pantai Boom—dulu dikenal sebagai pelabuhan internasional yang ramai. Ada pula koleksi arca kuno, beberapa di antaranya sudah tidak utuh, serta arca Nandi yang merupakan simbol kendaraan Dewa Siwa dalam ajaran Hindu.
Pengunjung juga bisa menyaksikan fosil badak purba berumur lebih dari 300.000 tahun, yang ditemukan di wilayah Kecamatan Jenu. Fosil ini sudah membatu dan mengalami proses silifikasi, menjadi saksi bisu zaman purba yang pernah mengisi daratan Tuban.
Simbol-simbol religius seperti Lingga dan Yoni turut menghiasi etalase museum. Keduanya adalah representasi maskulinitas dan feminitas dalam kepercayaan Hindu, yang kerap ditemukan di situs-situs pemujaan Siwa.
Untuk pecinta numismatik, museum ini menyimpan koleksi uang kuno dari abad ke-19 dan 20, baik koin maupun uang kertas. Ada pula peralatan nelayan tradisional seperti jaring, dayung, dan wadah ikan, serta sepasang sandal kayu yang unik.
Tak kalah menarik, Museum Kambang Putih juga menyimpan "Ongkek"—alat tradisional yang digunakan untuk membawa legen, minuman khas Tuban yang kini mulai langka.
Museum ini bukan hanya tempat belajar sejarah, tapi juga ruang refleksi tentang identitas dan kebudayaan lokal yang patut dijaga. Jadi, jika Anda ingin menjelajah Tuban lebih dalam dari sekadar pantai dan kuliner, Museum Kambang Putih adalah destinasi yang tak boleh dilewatkan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |