Malam Syahdu di Bukit Skoter Dieng, Petualangan Sehari dan Sejuta Kenangan

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Malam sudah larut ketika langkah kaki kami akhirnya menapak di Bukit Skoter Dieng. Kabut tipis turun perlahan, menyelimuti perbukitan seperti selimut malam. Dari kejauhan, kerlip lampu desa memantul di udara dingin—seolah menjadi sambutan sunyi yang syahdu bagi kami, tim Ekspedisi TIMES Indonesia dalam misi Explore Wonosobo Dieng – Episode 2.

Waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB. Perjalanan panjang dari Malang telah menguras tenaga. Tapi begitu menginjakkan kaki di dataran tinggi ini, lelah serasa diangkat perlahan oleh udara pegunungan yang sejuk dan suara alam yang hening. Bukit Skoter, di ketinggian sekitar 2.200 mdpl, menyambut kami bukan dengan gegap gempita, melainkan dengan keheningan yang mendalam.

Advertisement

Tak ingin membuang waktu, kami langsung mendirikan tenda. Pilihan jatuh pada Berganoa 1 Person dari Eiger Adventure—ringan, praktis, dan sangat cocok untuk kontur Bukit Skoter yang cenderung berbatu. Di bawah cahaya headlamp, kami membuka kursi dan meja lipat, menyiapkan makanan hangat, serta menyeruput kopi sambil membagi cerita.

Di suhu yang turun hingga 11 derajat Celsius, kehangatan datang bukan hanya dari secangkir kopi, tapi juga dari tawa dan obrolan di tengah malam. Tidur di dalam sleeping bag Eiger terasa seperti bersembunyi dari dingin yang menggigit—nyaman, dan jujur saja, sulit bangun esok harinya.

Namun pagi tetap datang. Pukul 06.00 WIB, saya terbangun dan keluar dari tenda. Udaranya tajam, namun lanskap di hadapan saya membayar semuanya. Dari sini, punggung Gunung Sindoro tampak berdiri megah. Saat cuaca cerah, matahari terbit dari balik gunung itu akan terlihat seperti tirai alam yang perlahan disibakkan.

Mengenal Bukit Skoter Lebih Dekat

Bukit Skoter berada di kawasan wisata Dieng Kulon, Banjarnegara, Jawa Tengah. Lokasinya sangat strategis—dekat dengan ikon wisata seperti Candi Arjuna dan Telaga Warna. Dari Tugu Selamat Datang Dieng, jaraknya hanya sekitar 1,1 kilometer dan bisa ditempuh dalam 5 menit berkendara.

Nama "Skoter" sendiri berasal dari kisah lama: konon bukit ini dulunya digunakan sebagai lokasi pemancar radio komunikasi dengan alat yang disebut "skoter". Seiring waktu, warga sekitar mulai menyebutnya Bukit Skoter—nama yang kemudian melekat hingga hari ini.

Kini, Bukit Skoter dikenal sebagai spot populer untuk berkemah, terutama bagi mereka yang ingin memburu momen sunrise di atas awan.

Catatan Penting untuk Petualang

Namun perlu diingat, akses internet di kawasan ini sangat terbatas. Jalurnya pun belum sepenuhnya terpetakan secara digital. Disarankan menggunakan peta offline atau meminta petunjuk langsung dari warga lokal. Medan yang menanjak menuntut kesiapan fisik dan logistik.

Camping yang Mengajarkan Arti Kedekatan

Camping sehari di Bukit Skoter bukan hanya tentang mendirikan tenda dan menikmati dinginnya malam. Tapi juga tentang berdamai dengan sunyi, mendengar kembali suara hati, dan yang terpenting: menyatu dalam keakraban yang terbentuk tanpa distraksi layar ponsel.

Dalam heningnya malam dan syahdunya fajar, kami menyadari satu hal: tak perlu jauh-jauh mencari ketenangan. Cukup satu malam di Bukit Skoter, sudah cukup untuk menata ulang perspektif tentang kebersamaan, alam, dan hidup yang terlalu sering terburu-buru. Bersambung...

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.