TIMESINDONESIA, TANJUNG BALAI – Setiap hari Minggu, TIMES Indonesia akan menyajikan esai ringan tentang alam, kehidupan, peradaban, dan lain sebagainya. Rubrik gaya hidup ini akan diasuh oleh Bayhaqi Kadmi (budayawan, humorolog, dai, dan editor ahli TIMES Indonesia). Esai minggu dari catatan ringan Imam Fauzi Surachmat dari Tanjung Balai.
***
Filosof Prancis, Jean-Paul Sartre pernah berwacana, "Eksistensi mendahului esensi." Bila kita mengaplikasikan konsep ini ke dalam kehidupan malam di Tanjung Balai, Sumatera Utara, eksistensinya tersirat dalam bentuk bayangan dan cahaya lampu yang menyinari setiap lorong dan sudut kota. Sementara esensinya muncul dan berkembang dalam pertemuan antara manusia dan cerita yang mereka bagikan dalam gelap.
Dulunya merupakan pusat Kerajaan Asahan, Tanjung Balai mengekalkan sejarah Islam tua di Nusantara. Sebuah catatan yang masih terasa dalam jantung kota hingga saat ini.
Pengaruh lama kerajaan ini masih merasuk dalam setiap batu dan struktur kota. Pengaruh ini memberikan kedalaman yang tak terhingga pada cerita dan perbincangan yang berlangsung setiap malam.
"Orang-orang yang tidak mengingat masa lalu terikat untuk mengulanginya." Begitu kata filosof sejarah George Santayana.
Di Tanjung Balai, nilai dari masa lalu dihargai dan dipelajari. Merayu masa kini dan memberi petunjuk untuk masa depan.
Begitu malam tiba, Tanjung Balai bertransformasi menjadi ruang pertemuan dan berbagi. Di berbagai warung kopi lokal, warganya menghabiskan jam-jam mereka dalam diskusi sambil menikmati secangkir kopi hitam.
Memang benar ala kata Filosof Tiongkok, Lao Tzu; "Sebuah perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah."
Di Tanjung Balai, setiap cerita yang dibagikan adalah langkah ke dalam perjalanan melalui sejarah dan budaya kota.
Dan, "Kita harus memiliki kekacauan dalam diri untuk melahirkan bintang yang berdansa," kata filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche.
Malam membawa ketidakpastian dan kekacauan. Namun juga membuka peluang untuk penemuan dan penciptaan baru.
Di Tanjung Balai, cerita yang dibagikan setiap malam adalah bintang-bintang yang berdansa dalam langit kota ini. Cerita ini, dari kisah sehari-hari hingga legenda dan mitos, menjadi penanda identitas dan karakter kota.
Saat matahari terbenam, para nelayan pulang dengan hasil tangkapan mereka. Menciptakan perpaduan aroma laut dan ikan segar yang membangkitkan indera.
Jacques Cousteau, seorang penjelajah dan ilmuwan laut Prancis, berkata, "Laut, begitu menawan dalam kemisteriusannya, begitu menggoda dalam kebebasannya, tetap menjadi kekasih yang tak tergantikan." Seperti banyak kota pesisir, Tanjung Balai memiliki hubungan yang mendalam dengan laut.
Laut ini adalah bagian integral dari identitas kota dan sejarahnya. Dan setiap malam, kota ini membagikan rasa cinta dan hormatnya kepada laut.
Mengunjungi Tanjung Balai malam hari adalah perjalanan melalui sejarah, budaya, dan komunitas. Setiap lorong, jembatan, dan jalan memiliki cerita masa lalu dan masa kini.
Tanjung Balai adalah tempat asal bagi banyak cerita. Setiap malam, mereka kembali untuk diceritakan dan dihargai lagi.
Tanjung Balai memiliki sejarah yang kaya dan beragam, namun kota ini juga memiliki tantangan yang harus dihadapi. Seperti kata Helen Keller, "Karakter tidak bisa dibentuk dalam kemudahan dan kesenangan. Hanya melalui pengalaman penderitaan dapat jiwa dikuatkan, visi dipertajam, ambisi diinspirasi, dan sukses dicapai." Melalui semangat dan tekadnya, Tanjung Balai terus berjuang untuk berkembang dan memperbaiki diri.
Perubahan adalah satu-satunya konstan dalam hidup, begitu kata Heraclitus, filosof Yunani. Malam di Tanjung Balai adalah manifestasi dari konsep ini. Dari siang hari yang penuh aktivitas, menjadi malam yang tenang dan introspektif. Malam bukan hanya tentang perubahan waktu, namun tentang transformasi dan perjalanan. Saat kota dan warganya beristirahat, merenung, dan bersiap untuk hari baru.
Setiap malam di Tanjung Balai adalah bab baru dalam buku besar sejarah dan budaya kota ini. Malam membuka peluang untuk berbagi, belajar, dan merasakan keindahan dan kekayaan kota tua ini. Di sini, masa lalu dan masa kini bertemu, dan setiap malam adalah bukti dari pertemuan yang penuh makna ini.
Dengan mengutip kata-kata motivator terkenal, Zig Ziglar, "Anda tidak perlu menjadi hebat untuk memulai, tetapi Anda harus memulai untuk menjadi hebat."
Tanjung Balai, dengan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya, memiliki potensi untuk menjadi lebih hebat. Dan setiap malam adalah awal baru, kesempatan baru untuk belajar, tumbuh, dan berkembang. Di balik suara-suara malam, di balik setiap cerita yang dibagikan, terdapat harapan dan impian untuk masa depan yang lebih cerah. (*)
Editor | : Bayhaqi Kadmi |
Pemerintah Beri Tanggapan Keras Terhadap Aksi Premanisme Berbasis Ormas
Kemenag Perketat Perlindungan Jemaah Haji Khusus, Asuransi dan Rumah Sakit Tak Boleh Sekadar Formalitas
Wafat Saat Tiba di Tanah Suci, Jemaah Haji Asal Sidoarjo Dimakamkan di Baqi
Dani Chika Siap Taklukkan 60 Kilometer BTR Ultra 2025: Langkah Serius Menuju Trail Jepang
Grand Final PLN Mobile Proliga 2025 Akan Digelar di GOR Amongrogo Yogyakarta
Menabung Sejak 1986, Pemulung Asal Semarang Ini Akhirnya Berangkat Haji Bersama Istri
Soal Kasus Miras di Temenggungan, Bupati: Sudah Ada Permendagri-nya, Inspektorat Akan Mengkaji
Gangguan Tidur Bisa Hambat Pertumbuhan dan Kecerdasan Balita
Di Balik Kedatangan Jemaah Haji Indonesia, Mereka Menyambut di Bawah Terik dan Dingin Bandara Madinah
Catat! Ini Jadwal Pertandingan Persewangi di Babak 16 Besar Liga 4 Nasional