Guru BK

TIMESINDONESIA, MALANG – Hari terakhir ini guru BK tranding di twitter. Karena penasaran, saya mencoba untuk menelusuri di berbagai media online. Saya mendapati unggahan cuitan salah seorang guru BK di SMPN 12 Bandung bernama Sri Lestari dengan unggahan sekitar 7 bulan yang lalu. Dia menulis “Sbgai guru BK, saya mencoba utk memahami perasaan siswa. Hari ini saya menerapkan teknik journaling di buku yg disampul seragam satu kls tanpa nama, hanya ada kode dari saya. Hari ini saya minta untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Lihat apa yg mereka tulis,” tulisnya, dalam akun Twitter miliknya, @suriresutari_Jumat (27/1/2023).

Cuitan tersebut menarik khususnya dalam menebar informasi positif di media social terlebih oleh seorang guru. Artinya adalah guru sebagai ujung tombak pembangunan pendidikan karakter di bangsa ini memberikan aura positif penyebaran hal-hal yang baik dan efektif dalam pembelajaran khususnya dalam pembangunan karakter salah satunya penelusuran persoalan yang dihadapi oleh siswa.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Melalui teknik journaling, guru ini mencoba untuk mengungkap apa yang ada dalam isi dan perasaan peserta didiknya. Diawali dari persoalan kehidupan sehari-hari mereka, dari keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Ternyata didapat betapa banyak persoalan yang disimpan oleh anak Didik yang tidak terungkap kepada orang terdekatnya. Hal ini bisa jadi karena terputusnya pola komunikasi atau tidak adanya media untuk dapat mengekspresikan langsung isi hatinya.

Mitigasi masalah yang dihadapi oleh siswa ini sangatlah penting karena banyak siswa yang memiliki masalah tetapi tidak menemukan wadah kepada siapa dia harus bercerita. Akhirnya lari pada unggahan media social (maya) dan tidak sedikit dari mereka yang ingin mengakhiri hidupnya karena tidak mampu menampung masalah yang dihadapi yang mungkin masalah itu kecil adanya.

Kesehatan Mental

Sekolah harus mampu menciptakan lingkungan yang sehat untuk tumbuh dan kembangnya kesehatan mental siswa. Mental well being menjadi tuntutan dari pemerintah termasuk didalamnya dari UNESCO. Persoalan siswa khususnya dalam akademiknya tidak melulu harus disentuh dengan pendekatan akademis, tetapi sentuhan pada mental menjadi entry point seorang guru hadir dalam kehidupan siswa. Bu Sri mampu melakukan itu dengan teknik journalingnya untuk mengungkap apa yang ada dalam isi hati peserta didiknya.

Jika isi hati itu kemudian tidak mampu disalurkan dengan baik atau bahkan siswa mencoba untuk mencari solusinya sendiri, maka tidak sedikit dari mereka mengalami stress bahkan pada stadium stress akut yang kemudian mencoba bahkan mengakhiri hidupnya. Inilah peran seorang guru penting untuk hadir. Peran ini tidak hanya cukup dilakukan oleh seorang guru BK saja tetapi seluruh sivitas sekolah harus hadir bersama-sama. Persoalan mental bukan hanya menjadi tugas dan kewenangan guru BK saja tetapi guru bidang studi, tim manajemen sekolah bahkan petugas kebon (cleaning service) pun harus hadir bersama-sama menangani hal tersebut.

Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar, jika mampu menghasilkan sumber daya manusia unggul maka akan menghasilkan bonus demografi melimpah. Sebaliknya jika gagal hanya akan menjadi mala petaka demografi. Maka kesehatan mental ini harus digalakkan dilingkungan sekolah guna menghasilkan lulusan unggul.

Terima kasih atas unggahan Bu Sri 7 bulan lalu. Meskipun sudah lama, tranding guru BK yang mungkin salah satunya dari unggahan ini turut berkontribusi terhadap pembangunan mental rakyat Indonesia dan turut serta dalam memajukan pendidikan bangsa ini. Semoga.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Muhammad Yunus, Dosen Universitas Islam Malang, Anggota Dewan Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan Anggota Pengurus Wilayah Lembaga Pendidikan Ma’arif Jawa Timur.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id