TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dosis vaksin baru telah yaitu bernama vaksin Zifivax dari negara China akhirnya telah diizinkan untuk diberikan dan digunakan sebagai vaksin Covid-19 dengan secara resmi terbitnya EUA.
Vaksin Zifivax adalah vaksin ke-10 yang ada di Indonesia. Vaksin ini dikembangkan dan diproduksi oleh Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical dan menggunakan platform rekombinan protein sub-unit.
Vaksin Zifivax telah melakukan tahap uji klinik fase ke-3 pada sekitar 28.500 subjek uji. Penggunaan vaksin ini dilakukan pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas.
Vaksin Zifivax ini diberikan sebanyak tiga kali suntikan dengan interval satu bulan, dan dosis per suntikan 25 mcg atau 0,5 mL, suhu simpan.
Penerbitan EUA (Emergency Use Authorization) dikeluarkan secara resmi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk vaksin Zifivax.
Efikasi vaksin Zifivax mencapai 81,71 persen dihitung mulai tujuh hari setelah vaksinasi lengkap atau 81,4 persen bila dihitung mulai 14 hari setelah vaksinasi lengkap.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyambut baik kehadiran vaksin Covid-19 jenis Zifivax. Vaksin Zifivax saat ini telah mendapatkan izin penggunaan darurat EUA dari Badan POM RI serta sertifikat halal dan bersih dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Kalau sudah ada izin Badan POM dan sertifikasi dari MUI, Muhammadiyah seperti sikap sebelumnya. Seandainya vaksin ini diputuskan penggunaannya, kita pakai," kata Ketua Majelis Majelis Pembina Kesehatan PP Muhammadiyah, Dr H Mohammad Agus Samsudin MM melalui keterangan resminya, Sabtu (16/10).
Mengenai cara penggunaanya, vaksin ini diberikan sebanyak tiga kali suntikan secara intramuskular (IM) dengan interval pemberian satu bulan dari penyuntikan pertama ke penyuntikan berikutnya.
Dosis vaksin yang diberikan pada setiap kali suntikan adalah 25 mcg (0,5 mL). Sebagaimana vaksin pada umumnya, vaksin ini juga memerlukan kondisi khusus untuk penyimpanannya, yaitu pada suhu 2-8 derajat celcius.
Efek samping lokal dari vaksin Zifivax yang paling sering terjadi adalah timbul nyeri pada tempat suntikan, sementara efek sistemik yang paling sering terjadi adalah sakit kepala, kelelahan, demam, nyeri otot (myalgia), batuk, mual (nausea), dan diare dengan tingkat keparahan grade 1 dan 2. (*)
Pewarta | : Shinta Miranda Sari (MG-242) |
Editor | : Irfan Anshori |
Beri Trofi Liga Europa, Ange Postecoglou Ingin Lanjutkan Visinya di Tottenham
Ruben Amorim Siap Mundur Jika Dianggap Gagal di Manchester United
Akhiri Puasa Gelar, Son Heung-min: Saya Orang Paling Bahagia Sedunia
Kemenag Kota Malang Upayakan Puluhan Jemaah Haji Tak Terpisah Akibat Penempatan Syarikah
Kakek 79 Tahun di Banyuwangi Diduga Rudapaksa Anak SD dengan Ancaman Mistis
Kursi Berdiri Bergaya Sepeda bagi Penumpang Pesawat Akan Diperkenalkan Tahun Depan
Perkuat Diplomasi Ekonomi, Kedutaan Besar Kanada Kunjungi Kawasan Industri SIER
Bitcoin Tembus Rekor Tertinggi Baru
Kang Lepi Dorong Percepatan Pembentukan Koperasi Merah Putih di Cianjur
Raih Tiga Trofi Musim Perdana, Barcelona Perpanjang Kontrak Hansi Flick