TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI, Syarief Hasan, mengungkapkan bahwa capaian investasi saat ini belum memberikan dampak yang signifikan terhadap kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan.
Ia menyoroti bahwa meskipun investasi telah mencapai target yang ditetapkan, kualitas investasi ini masih menjadi pertanyaan besar. Salah satu alasan adalah bahwa investasi cenderung mengarah pada sektor yang memerlukan modal besar namun tidak banyak menyerap tenaga kerja. Investasi yang besar nilainya ternyata belum memberikan kontribusi yang memadai terhadap penciptaan lapangan kerja.
"Selain itu, mayoritas investasi masih difokuskan pada pembangunan fisik seperti infrastruktur, sementara investasi dalam riset dan pengembangan masih minim. Padahal, dalam era disrupsi seperti sekarang, pembangunan sumber daya manusia dan inovasi sangat penting," ucapnya, Selasa (29/8/2023).
Syarief Hasan mengingatkan bahwa investasi bukan hanya tentang seberapa besar jumlah modal yang diinvestasikan, tetapi juga tentang dampaknya pada kesejahteraan masyarakat. Jika investasi malah mengurangi kesempatan kerja, maka investasi tersebut tidak dapat dianggap berkualitas. Ia menekankan bahwa masih banyak tantangan dalam sektor investasi yang harus diatasi, terutama jika investasi tersebut menyebabkan deindustrialisasi.
Syarief Hasan juga mencatat bahwa data menunjukkan bahwa 83 persen dari investasi berfokus pada sektor konstruksi dan bangunan, sedangkan riset dan pengembangan hampir tidak mendapatkan perhatian. Hal ini berdampak negatif pada inovasi dan daya saing ekonomi. Selain itu, tren penurunan kontribusi sektor manufaktur dalam perekonomian juga menjadi perhatian, padahal sektor ini memiliki potensi besar dalam menyerap tenaga kerja.
"Pemerintah untuk tidak hanya fokus pada data kuantitas investasi, tetapi juga harus memperhatikan dampak investasi terhadap pengurangan pengangguran dan kemiskinan. Bonus demografi Indonesia hanya akan bermanfaat jika lapangan kerja dapat diciptakan," ucap politisi Partai Demokrat ini.
Oleh karena itu, Syarief Hasan mengingatkan pentingnya analisis lebih lanjut untuk memahami mengapa kontribusi sektor manufaktur terus menurun, apakah karena tingkat keterampilan pekerja yang rendah atau masalah dalam insentif investasi di sektor tersebut.
Terakhir, Syarief Hasan menekankan pentingnya keberpihakan dalam pembangunan, di mana tujuan utama adalah menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika investasi hanya memperbesar kesenjangan sosial dan tidak memberikan manfaat kepada masyarakat secara luas, maka perlu ada perubahan dalam strategi investasi. "Semua pihak harus merumuskan skema pembangunan yang lebih tepat dan berkelanjutan, dengan sikap terbuka terhadap masukan dan data yang sebenarnya," ucapnya. (*)
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Lepas Keberangkatan 600 Jemaah Haji, Ini Pesan Bupati Bondowoso
Jelang Puncak Perayaan Waisak, Para Biksu Ambil Air Berkah di Umbul Jumprit Temanggung
Jamu Real Madrid di El Clasico, Hansi Flick Ingin Barcelona Tampil Dominan
Aksi Suporter di Laga Versus Bahrain Bikin PSSI Kena Sanksi FIFA
Resmi Dilantik, DMI Gresik Siap Optimalkan Pemberdayaan Masjid dan Perkuat Layanan Mualaf
Pesan Gus Nasrul di Masjid Agung Jepara: Indonesia Sedang Darurat Introspeksi Diri
Kemenag: Layanan Bus Shalawat Gratis, Jemaah Haji Diimbau Tak Beri Tip
Jemaah Haji Kota Banjar, Tertua 99 Tahun dan Termuda 18 Tahun
Polres Magetan Ungkap 3 Kasus Premanisme, Warga Diminta Tidak Takut Melapor
DPMPTSP Bontang Dukung UMKM Melalui Diseminasi dan Pendampingan Penerbitan NIB