TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kisah Puasa Arafah dan alasan mengapa jenis puasa ini sangat dianjurkan kepada seluruh umat muslim nampaknya wajib dipahami dengan baik. Pasalnya perintah untuk melaksanakan puasa ini telah ada zaman Nabi Muhammad.
Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan penting dalam islam, sebab bulan ini memiliki berbagai peristiwa dalam sejarah perkembangan dan peradaban umat islam, yakni sebagai bulan untuk melaksanakan ibadah haji bagi seluruh umat muslim dan tentunya keberadaan perintah untuk melaksanakan puasa arafah.
Hampir sama dengan puasa sunnah jenis lainnya arafah sebagai salah satu hari penting dalam bulan dzulhijjah juga memiliki keutamaan dan kelebihan. Maka tidak heran jika seluruh umat muslim sangat diminta untuk semaksimal mungkin melaksanakan puasa sebelum tiba hari raya idul adha ini.
Pelaksanaan puasa sunnah arafah ini semakin penting sebab ada sejarah panjang dalam perintah untuk melaksanakannya. Kisah Puasa Arafah bahkan menjadi salah satu peradaban penting dalam sejarah umat islam.
Berikut ini adalah beberapa cerita singkat mengenai kisah tersebut dan alasan yang wajib diketahui oleh umat muslim mengapa puasa ini sangat dianjurkan.
Kisah Puasa Arafah berawal pada saat masa kenabian Ibrahim As. Dalam masa kenabiannya inilah puasa sejarah panjang perintah dan disunnahkan untuk melaksanakan puasa tersebut akhirnya dilakukan oleh seluruh umat muslim hingga saat ini.
Awal mula kisah ini terjadi pada saat bulan dzulhijjah tepatnya di tanggal 8. Pada hari itu nabi Ibrahim bermimpi terkait perintah Allah kepadanya untuk menyembelih putranya Nabi Ismail yang masih kecil saat itu.
Tentu kejadian berupa mimpi tersebut membuat nabi Ibrahim kebingungan mengenai apa sebenarnya tanda dan isyarat yang diberikan oleh Allah kepadanya. Sedangkan sangat jarang para utusan Allah memberikan wahyu melalui mimpi, hal ini yang juga membuat nabi Ibrahim pada saat bangun dari tidurnya terkait arti mimpi tersebut.
Perlu diketahui juga bahwa pada Kisah Puasa Arafah diawali dengan sejarah panjang nabi Ibrahim yang sangat lama tidak diberikan keturunan. Dan pada saat anak yang selama bertahun-tahun diimpikan tersebut hadir maka terjadilah mimpi tersebut, hal ini juga yang membuat nabi Ibrahim merasa masih tidak memahami arti mimpi tersebut.
Pada saat tengah menerima mimpi ini memang nabi Ibrahim sedang tidak ada di mekkah. Pada tanggal 9 dzuhijjah saat beliau yakin dan memahami arti mimpi tersebut maka nabi Ibrahim langsung menuju mekkah dengan niat untuk menyampaikan isyarat mimpi yang diterimanya dari Allah, hal inilah yang dinamakan arafah sebab nabi Ibrahim yakin dan paham atas perintah dalam mempinya tersebut.
Kisah Puasa Arafah berlanjut pada saat nabi Ibrahim telah sampai di mekkah dan menemui putra yang sangat didambakan dan disayanginya tersebut. Dengan berat hati serta ikhlas nabi Ibrahim kemudian menyampaikan terkait mimpi tersebut kepada nabi ismail.
Mendengar apa yang telah disampaikan oleh ayahnya tersebut tidak disangka nabi Ismail menerima dan berserah diri jika memang hal tersebut merupakan perintah dari Allah. Nabi Ismail hanya menyampaikan beberapa pesan sebagai berikut
Nabi Ismail ‘alaihis salam, sebagai seorang anak yang patuh dan berbakti kepada orang tuanya, meminta ayahnya untuk mematuhi perintah Allah tersebut.
Nabi Ismail ‘alaihis salam berkata,
“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku Insya Allah sebagai seorang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak bergerak-gerak hingga menyusahkan ayah. Kedua, agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku melihatnya. Ketiga, tajamkanlah parangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku. Keempat dan yang terakhir, sampaikanlah salamku kepada ibuku, berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.”
Dikutip dari 25 Kisah Para Nabi
Kemudian Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memeluk puteranya sambil berkata,
“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku Insya Allah sebagai seorang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak bergerak-gerak hingga menyusahkan ayah. Kedua, agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku melihatnya. Ketiga, tajamkanlah parangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku. Keempat dan yang terakhir, sampaikanlah salamku kepada ibuku, berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.”
Mendengar ucapan dari putranya tersebut nabi Ibrahim semakin haru dan sedih. Akan tetapi hal tersebut yang juga membuat beliau semakin yakin bahwa ini adalah perintah dari Allah kepadanya.
Kisah Puasa Arafah ini berlanjut di tanggal 10 Dzulhijjah proses untuk melaksanakan perintah Allah tersebut akan dilakukan. Namun pada saat hendak menyembelih putranya nabi Ibrahim beberapa mengelami kegagalan dan pada saat kembali mencoba dengan pisau yang sudah siap diatas leher nabi Ismail kemudian Allah berfirman dalam surat Ash-Shaaffaat ayat 104-106,
Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah membenarkan mimpimu itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesunggunya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”
Sebagai penggantinya Allah memerintahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya. Beliau pun menyembelih kambing tersebut, inilah yang kemudian menjadi satu perintah untuk berkorban pada hari raya idul adha.
Dengan adanya Kisah Puasa Arafah tersebut maka umat muslim juga wajib memahami terkait apa dasar utama puasa ini sangat dianjurkan. Setidaknya berikut ini merupakan bagian penting dari alasan tersebut,
Sebagaimana disebutkan Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya, bahwa Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka pada hari Arafah dibanding hari-hari lainnya.
Semua penjelasan mengenai Kisah Puasa Arafah diatas nampaknya memang sangat berhubungan dengan anjuran dan alasan pelaksanannya, hendaknya umat muslim bisa mengambil hikmah dari kisah tersebut.(*)
Pewarta | : Yatimul Ainun |
Editor | : Imadudin Muhammad |
Dua Bocah Meninggal Tenggelam di Wisata Air Terjun Bidadari Probolinggo
Lepas Keberangkatan 600 Jemaah Haji, Ini Pesan Bupati Bondowoso
Jelang Puncak Perayaan Waisak, Para Biksu Ambil Air Berkah di Umbul Jumprit Temanggung
Jamu Real Madrid di El Clasico, Hansi Flick Ingin Barcelona Tampil Dominan
Aksi Suporter di Laga Versus Bahrain Bikin PSSI Kena Sanksi FIFA
Resmi Dilantik, DMI Gresik Siap Optimalkan Pemberdayaan Masjid dan Perkuat Layanan Mualaf
Pesan Gus Nasrul di Masjid Agung Jepara: Indonesia Sedang Darurat Introspeksi Diri
Kemenag: Layanan Bus Shalawat Gratis, Jemaah Haji Diimbau Tak Beri Tip
Jemaah Haji Kota Banjar, Tertua 99 Tahun dan Termuda 18 Tahun
Polres Magetan Ungkap 3 Kasus Premanisme, Warga Diminta Tidak Takut Melapor