[CEK FAKTA] Wabah Covid dan Lockdown Dirancang Rockefeller Foundation Sejak 2010, Benarkah?

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sebuah video yang disematkan narasi skenario wabah dan lockdown, dibagikan di media sosial Facebook oleh akun Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia 2 pada 7 Agustus 2021.
Dalam video yang bersumber dari akun TikTok @go_covidiot itu disebutkan, skenario lockdown akibat penyebaran virus flu sudah dibuat oleh Rockefeller Foundation pada tahun 2010. Hal tersebut dibuktikan dengan dokumen berupa kajian akademis yang berjudul "Scenario for the Future of Technology and International Development", seperti ditampilkan dalam video.
Advertisement
Disebutkan dalam video berdurasi 2 menit 55 detik tersebut, skenario yang telah dirancang pada 2010 itu terbukti saat ini. Contohnya orang tidak boleh keluar tanpa memakai masker. Begitu pula saat akan masuk gedung, juga harus menggunakan masker. Setiap orang yang akan masuk gedung juga dicek suhu tubuhnya.
Narator dan terjemahan dalam video itu juga menyatakan bahwa China adalah negara yang pertama melakukan lockdown di dunia. Di akhir video, narator menyebut bahwa tujuan lockdown membuat manusia seperti tawanan dalam penjara.
Pengguna akun Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia 2 menyertakan narasi berikut:
Skenario Wabah & Lockdown
Comments
Sumber: Tangkapan layar Facebook
CEK FAKTA
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta TIMES Indonesia, klaim skenario wabah covid dan lockdown telah dirancang oleh Rockefeller Foundation, keliru. Kami menelusuri dokumen yang dimaksud dalam video tersebut, yakni "Scenario for the Future of Technology and International Development".
Dengan menggunakan mesin pencari Google, kami menemukan dokumen yang dimaksud. Dokumen bisa dibaca di sini: Scenario For The Future of Technology And International Development | issuu
Dokumen tersebut, mengutip tempo.co, merupakan kajian analisis yang dibuat untuk membayangkan bagaimana dunia akan terkena dampak dalam empat skenario yang berbeda, salah satunya adalah pandemi global. Slenario tersebut dibuat untuk merencanakan adaptasi internasional dan pembentukan kemampuan untuk mengantisipasinya melalui teknologi. Dalam dokumen itu tidak menyebutkan soal SARS-CoV-2 atau pandemi Covid-19.
Skenario tentang pandemi global tersebut tercantum pada halaman 18 yang ditulis berdasarkan pengalaman saat wabah flu H1N1 pada 2009. Skenarionya, pandemi global akan menimpa pada 2012 dengan jenis virus yang sangat ganas dan mematikan. Bahkan, negara yang paling siap menghadapi pandemi dengan cepat kewalahan ketika virus melanda seluruh dunia, menginfeksi hampir 20 persen populasi global, dan membunuh 8 juta orang hanya dalam waktu tujuh bulan, di mana mayoritas dari mereka adalah orang dewasa muda yang sehat. Pandemi ini juga memiliki efek mematikan pada ekonomi: mobilitas internasional baik orang maupun barang menjerit, menghentikan industri yang melemahkan pariwisata dan menghancurkan rantai pasokan global.
Dokumen tersebut, menurut organisasi pemeriksa fakta Amerika Serika, Snopes, memberi pandangan hipotetis tentang peristiwa masa depan untuk membayangkan masalah yang mungkin timbul. Dokumen ini juga mengeksplorasi bagaimana populasi global dapat bereaksi selama pandemi, bukan rencana tentang operasi manual untuk membuat virus jenis baru.
Mengenai Rockefeller Foundation, merupakan yayasan keluarga Rockfeller yang jauh sebelum terjadi pandemi Covid-19, telah berkontribusi dalam bidang kesehatan masyarakat dan mendukung pengembangan vaksin.
Lembaga ini didirikan oleh John D Rockefeller pada tahun 1913. Organisasi ini dikenal sebagai lembaga pemberi bantuan kemanusiaan seperti beasiswa, hibah lembaga penelitian, eradikasi penyakit, dan lainnya. Lebih jauh tentang The Rockefeller Foundation bisa dilihat di laman resminya: www.rockefellerfoundation.org).
KESIMPULAN
Menurut Tim Cek Fakta TIMES Indonesia, klaim wabah covid dan lockdowon dirancang oleh Rockefeller Foundation, keliru. Dokumen berjudul Scenario for the Future of Technology and International Development bukan rancangan skenario wabah covid-19 dan lockdown. Dokumen tersebut berisi kajian untuk membayangkan bagaimana dunia akan terkena dampak dalam empat skenario yang berbeda, salah satunya pandemi global.
Menurut misinformasi dan disinformasi yang dikategorikan First Draft, klaim tersebut termasuk dalam kategori Misleading Content (konten menyesatkan). Misleading terjadi akibat sebuah konten dibentuk dengan nuansa pelintiran untuk menjelekkan seseorang maupun kelompok.
Konten jenis ini dibuat secara sengaja dan diharap mampu menggiring opini sesuai dengan kehendak pembuat informasi.
Misleading content dibentuk dengan cara memanfaatkan informasi asli, tetapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya.
----
Cek Fakta TIMES Indonesia
TIMES Indonesia adalah media online yang sudah terverifikasi faktual di Dewan Pers. Dalam kerja melakukan cek fakta, TIMES Indonesia juga bekerja sama dengan 23 media nasional dan lokal, untuk memverifikasi berbagai informasi hoaks yang tersebar di masyarakat.
Jika anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA TIMES Indonesia di email: [email protected] atau [email protected] (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |