Isu Harga Jagung Meningkat, Kementan: Bukan Karena Kekurangan Stok

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan), Syukur Iwantoro menanggapi perihal isu kenaikan harga jagung. Menurutnya, harga jagung di lapangan tidak sebesar yang banyak diberitakan.
"Berdasarkan infomasi dari Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) Gatut Sumbogodjati, pada Bulan Oktober 2018 ini harga jagung hanya sekitar Rp3.691. Bahkan 3 bulan yang lalu harga jagung sempat turun di Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara hingga Rp2.887," kata dia saat konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Sabtu (3/11/2018).
Advertisement
Syukur mengungkapkan, harga jagung yang dinilai meningkat akhir-akhir ini bukan karena kekurangan stok. Karena dari harga di tingkat petani, ditambahkan dengan biaya processing dan penyusutan bobot akibat pengeringan sebesar 15 persen maka harga jagung di pengguna akhir tidak lebih dari Rp 4.250 per kg.
"Hal ini menunjukkan disparitas harga di petani dan di industri yang menjadi indikasi diperlukannya pembenahan rantai pasok jagung," ucapnya.
Ia menegaskan, persoalan jagung bukan hanya masalah produksi, tetapi termasuk persoalan konektivitas sentra produksi ke pengguna jagung yang hanya terpusat di beberapa provinsi saja.
"Kenapa pada saat harga tinggi banyak yang komplain masalah produksi. Padahal jelas-jelas data menunjukkan produksi kita surplus," ujarnya.
Ia menuturkan, guna mengatasi hal ini, Kementan berinisiatif menyediakan 1.000 alat pengering (dryer) untuk pengolahan pascapanen. Ini dengan tujuan agar jagung bisa disimpan dan ditransportasikan dengan baik sehingga bisa meminimalisir terjadinya disparitas harga.
"Di Indonesia kapasitas pengeringan industri pakan masih rendah karena sebagian masih belum memiliki dryer atau ruang penyimpanan yang cukup besar," jelas Syukur.
Kementerian Pertanian akan senantiasa membantu industri pakan atau pengguna lainnya yang kesulitan mencari jagung. Pengguna yang kesulitan mendapatkan jagung dapat langsung berkomunikasi dengan Direktorat Serealia Kementan.
"Dalam jangka panjang Kementan menyatakan siap mendampingi terbentuknya kemitraan Business to Business (B to B) antara industri pakan dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sehingga industri mendapat jagung sesuai spesifikasi yang diinginkan dan pasokan jagungnya terjamin," imbuhnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Jakarta |