Ekonomi

Ajarkan Budidaya Maggot BSF, Mahasiswa KKN-BBM Unisla Buka Peluang Kembangkan BUMDes

Rabu, 31 Juli 2019 - 19:47 | 230.06k
Mahasiswa KKN-BBM Unisla kelompok 20, Desa Glagah, menyiapkan sampah sayur dan buah-buahan yang menjadi makanan Maggot BSF, Rabu (31/7/2019). (FOTO: MFA Rohatillah/TIMES Indonesia)
Mahasiswa KKN-BBM Unisla kelompok 20, Desa Glagah, menyiapkan sampah sayur dan buah-buahan yang menjadi makanan Maggot BSF, Rabu (31/7/2019). (FOTO: MFA Rohatillah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Keberadaan mahasiswa yang menjalani KKN-BBM Universitas Islam Lamongan (Unisla) yang mengajarkan cara budidaya Larva Black Soldier Fly atau yang biasa disebut Maggot BSF, membuka peluang desa untuk mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di beberapa wilayah. 

“Kegiatan KKN yang bertemakan budidaya BSF ada di tiga lokasi, Desa Baturono, Glagah, dan Kuluran,” kata Edi Sutanto, instruktur dari Fakultas Peternakan Unisla, usai seminar Budidaya Maggot di Desa Kuluran, Kecamatan Kalitengah, Lamongan, Rabu, (31/7/2019). 

Advertisement

Lebih lanjut, Ia menjelaskan, maggot BSF mulai dilirik untuk menjadi pakan ternak alternatif bagi unggas dan ikan, karena memiliki kandungan protein cukup tinggi.

Mahasiswa-KKN-Unisla.jpg

Di tempat yang sama mahasiswa Fakultas Peternakan Unisla yang juga peternak BSF, Rahmat Cahyono Fadhlil, menyebut, keberadaan pasar desa di Desa Kuluran sangat mendukung keberlangsungan budidaya Maggot BSF yang dikenal sebagai hewan pemakan sampah organik tersebut.

Apalagi masyarakat Desa Kuluran yang mayoritas petani tambak juga peternak ayam dinilai sangat membutuhkan pakan alternatif, karena pakan pabrikan atau konsentrat semakin mahal.

"Ini menjanjikan sekali, karena maggot ini kan budidayanya saja menggunakan sampah yang tentu nilai ekonomisnya nyaris tidak ada. Kemudian dijadikan budidaya maggot yang memiliki protein cukup tinggi dan kalau dijadikan pakan ternak pasti menguntungkan sekali," kata Rahmad.

Mahasiswa-KKN-Unisla-a.jpg

Bahkan kata Rahmad, saat ini perusahaan pakan ternak juga sudah mulai melirik maggot sebagai sumber protein pengganti tepung ikan.

"Karena tepung ikan sendiri sudah tidak bisa diandalkan sebagai bahan utama lagi, karena harganya semakin mahal. Penangkapan ikan sekarang sudah dibatasi, otomatis tepung ikan juga sulit didapat, ketika ada magot ini bisa menjadi solusi," ujarnya.

Rahmad menambahkan, selain dimanfaatkan sebagai pakan alternatif, maggot BSF juga dapat mendatangkan penghasilan tambahan dari penjualan telur maggot maupun penjualan pupa.

"Harga telur saja Rp 10.000 per gram, kalau 10 kilo kan sudah Rp 10 juta. Kemudian harga magot sendiri ketika fase pupa yang akan jadi lalat itu satu kilo harganya sekitar Rp 100 ribu kalau dari peternak," ucapnya.

Mahasiswa-KKN-Unisla-b.jpg

Lebih jauh mahasiswa semester enam ini menjelaskan, untuk tahap awal budidaya Maggot BSF bisa dimulai dengan prepupa satu kilo. 

"Itu nanti dilihat saja persentase yang jadi lalat berapa, nanti akan kelihatan telur yang dihasilkan berapa. Dari satu gram telur itu sudah bisa menghasilkan lima kilogram maggot, prospek sekali," kata Rahmad.

Sementara itu, Kepala Desa Kuluran, Ahmad Syafik mengaku sangat tertarik dengan budidaya Maggot BSF dan berencana untuk memasukkan budidaya Maggot BSF ke dalam BUMDes Kuluran.

"Selain budidaya maggot ini, kita sudah ada tiga titik, yaitu budidaya lele, budidaya unggas bebek pedaging dan peternakan kambing, nanti itu semua akan kita masukkan menjadi satu di BUMDes," kata Syafik.

Syafik pun menginginkan adanya pendampingan secara berkelanjutan dari Unisla demi keberhasilan budidaya maggot BSF di desanya.

"Mudah-mudahan ke depan pemerintah desa bisa bekerja sama tidak hanya sampai di sini saja, tapi terus berlanjut sampai tahun-tahun berikutnya. Mungkin ini baru awal, tapi mudah-mudahan ke depan BUMDes Kuluran bisa menjadi penghasil maggot BSF terbanyak di Kecamatan Kalitengah maupun di Kabupaten Lamongan," kata Syafik, usai mengikuti seminar budidaya Maggot BSF mahasiswa KKN Unisla. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Lamongan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES