Ekonomi

Udeng Produksi Dewa Batik, Penyambung Ekonomi Emak-Emak di Banyuwangi

Senin, 03 Februari 2020 - 17:13 | 201.43k
Aktivitas Emak-emak Membuat Udeng di Rumah Produksi Dewa Batik, Desa Gladag Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi (FOTO: Roghib Mabrur/TIMES Indonesia)
Aktivitas Emak-emak Membuat Udeng di Rumah Produksi Dewa Batik, Desa Gladag Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi (FOTO: Roghib Mabrur/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Sebagian orang lebih asyik dengan urusannya sendiri. Namun hal berbeda ditunjukkan Dedy Wahyu Hernanda, owner Dewa Batik. Ia terketuk hatinya untuk memperdayakan emak-emak di Desa Gladag, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, dengan membuat penutup kepala pria khas suku Using yakni udeng.

Dedy pun menceritakan, awal mendirikan usaha kecil-kecilan pada 2018 akhir ini karena terinspirasi banyaknya orang yang tidak mau ribet menggunakan udeng secara manual (berupa kain/lakaran).

Advertisement

"Saya terinspirasi membuat udeng siap pakai ini, karena kebanyakan orang tidak mau ribet menggunakan udeng secara manual, jadi udeng ini lebih praktis, dan lebih cocok dengan semua kalangan," kata Dedy saat ditemui di Artshop Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Senin (3/2/2020).

Dedy-Wahyu-Hernanda.jpg

Dedy menyatakan bahwa awal ia membuka usaha ini hanya sebatas hobi. Karena pesanan begitu melimpah, ia pun mencoba menggandeng ibu-ibu di sekitar rumahnya. Mereka adalah ibu rumah tangga dan dapat menjadi penghasilan tambahan.

Dalam kebudayaan masyarakat adat suku Using Banyuwangi, Udeng sendiri memiliki tiga klasifikasi, yakni Udeng Tongkosan (usia sepuh), Udeng Sampatan Malik (usia menikah), dan Udeng Sampatan Jejeg (usia remaja).

Dedy mengungkapkan, untuk membuat sebuah udeng tidak asal melipat maupun menyusun begitu saja, melainkan perlu ada perlakuan khusus secara perasaan batin dalam proses pembuatannya.

"Kalau buat udeng ini harus menggunakan rasa, jadi moodnya harus bagus, kalau dipaksa buat atau dadakan pasti hasilnya tidak maksimal, jadi harus mengalir dengan perasaan yang baik. Dan itu tidak semua orang bisa membuatnya," ujarnya.

"Rata-rata pembuatan udeng 1 hari sudah jadi, itu kalau moodnya bagus, kalau moodnya jelek 2 sampai 3 hari," imbuhnya.

Udeng yang dibuat oleh Dewa Batik memiliki ciri khas tersendiri dengan menampilkan warna klasik atau warna-warna alam (sogan).

"Kalau saya lebih ke klasik, warnanya ya sogan ini, warna-warna alam dan kadang juga menyesuaikan kebutuhan konsumen," ucap Ketua Umum Genpi Jatim tersebut.

Dedy menambahkan, harga yang dibandrol berkisar mulai Rp 100.000 hingga Rp 350.000, menyesuaikan jenis kain udengnya. 

Owner-Dewa-Batik--2.jpg

"Udeng yang dijual seperti batik printing Rp 35.000/udeng, cap sogan Rp 150.000/udeng, semi tulis Rp 250.000/udeng, dan tulis Rp 350.000/udeng," tuturnya.

Dedy mengaku saat banyaknya orderan omset dalam sebulan bisa mencapai 3 juta rupiah, biasanya orderan dari acara festival, tamu daerah, rapat, dan wisatawan luar Banyuwangi.

Selain memasarkan udeng di media sosial instagram, Dedy juga memasarkan di Artshop Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Tak hanya Udeng yang dijual, aneka kreasi batik yang diciptakan seperti tas batik, bross batik, shall dan sarung batik menghiasi ruangan kecil itu bersama produk UMKM lainnya. 

Sementara itu, Ratna (26) warga Desa Gladag, Kecamatan Rogojampi mengaku senang usai bergabung dengan Dewa Batik, lantaran waktu senggang ketika di rumah bisa bermanfaat dan menghasilkan pundi-pundi uang tanpa harus meninggalkan rumah.

"Semenjak diajak mas Dedy membuat Udeng, Alhamdulillah ada tambahan penghasilan untuk dapur," kata Ratna.

Ratna mengaku proses pembuatan udeng memiliki beberapa bagian seperti nyetrika, ngelepit (menyusun), dan ngesum (menjahit manual), mbentuk (membuat pola udeng) sesuai ukuran. Per udengnya ia dapat mengantongi uang sebesar Rp 25.000/buah, sedangkan jika ada pemesanan yang mendadak ia akan mendapat Rp 35.000/buah.

Dewa Batik memberdayakan sedikitnya 6 orang ibu-ibu. Dedy selaku owner berharap ke depan semakin banyak masyarakat yang bergerak di bidang ekonomi kreatif dengan mengangkat kearifan lokal.

"Saya kepingin bisa bermanfaat untuk masyarakat, tidak hanya mengejar profit semata, tapi memberdayakan masyarakan sharing ekonomi dalam balutan ekonomi kreatif," ujar Dedy Wahyu Hernanda, owner Dewa Batik yang memproduksi udeng. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES