Pernah Menangi Festival Kopi Nusantara, Arabica Karanganyar Ikon Kopi Banjarnegara

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARA – Kopi Arabika Sigararuntang yang dibudidayakan petani di Desa Karanganyar, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah ternyata pernah menjuarai Festival Kopi Nusantara di Bondowoso, Agustus tahun 2017 lalu.
Dengan kualitas dan cita rasa kopi yang memikat, kopi ini menjadi incaran para penikmat kopi di Banjarnegara dan sekitarnya. Lahan tanaman kopi di desa ini tercatat hanya 70 ha. Beda dikit dengan luas lahan pesawahan 100 ha. Sedang untuk Kecamatan Kalibening sekitar 500 hektar.
Advertisement
Dan dua jenis tanaman inilah yang menjadi andalan petani di Karanganyar. Sedang sayuran dan lahan teh justru semakin menyempit. Karena petani menilai harga jual sudah tidak ekonomis lagi.
Marno mantan Kades Karanganyar - Kalibening yang kini jadi wakil rakyat di DPRD Banjarnegara. (FOTO: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)
"Padi dan kopi sementara ini yang menjadi andalan warga Desa Karanganyar," kata Marno, mantan Kades Karanganyar saat ditanya TIMES Indonesia, Sabtu (4/7/2020).
Marno yang saat ini sebagai anggota DPRD Banjarnegara Fraksi PDI Perjuangan periode 2019 - 2024 menyampaikan, jenis Kopi Sigararuntang memang cocok ditanam di daerah berhawa dingin.
Menurut Marno, kopi kita ikutkan festival Kopi Nasiol di Bondowoso pada tahun 2017 saat dirinya jadi kades.
"Alhamdulilah kopi kita dinobatkan sebagai juara 1. Dan sejak tahun itulah tren kopi Karanganyar meningkat. Sehingga saat musim panen tiba para petani tidak lagi kesulitan menjual hasil panenanya," kata Marno.
Saat ini harga kopi basah/baru petik Rp 6000/kg. Sedang masa panen dalam setahun hampir 7 bulan sejak bulan April - oktober.
"Kalau sudah masa panen kita bisa petik setiap 5 hari sekali. Sehingga menurut kami, kopi memiliki nilai ekonomis disamping harganya cukup stabil," imbuh Marno.
Saat ini, dari penghasilan alternatif, kopi menjadi penghasilan pokok. Karena dulu Karanganyar dan sekitarnya merupakan daerah sentra perkebunan teh.
Sebagai wakil rakyat, Marno mendorong Bumdes setempat dapat berinovasi mengelola hasil kopi menjadi bahan jadi.
Tahap awal yang musti disiapkan adalah SDM -nya. Karena sumber daya alam sudah ada permodalan-pun bukan hal yang sulit karena ada sumber dana desa. "Insyaallah jika SDM dioptimalkan Bumdes Karanganyar bisa semakin mapan," imbuh Marno yang mendukung penuh pengembangan kopi arabica Karanganyar, yang pernah menjuarai Festival Kopi Nusantara. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |