Ekonomi UMKM Tangguh

Riset Lembaga Demografi UI: Gojek Beri Angin Segar Terhadap Perekonomian di Semarang

Sabtu, 26 September 2020 - 15:53 | 78.49k
Para driver gojek saat bersiaga mengantarkan gofood. (Foto: Humas Gojek for Times Indonesia)
Para driver gojek saat bersiaga mengantarkan gofood. (Foto: Humas Gojek for Times Indonesia)
FOKUS

UMKM Tangguh

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SEMARANG – Ekosistem ekonomi digital yang dimiliki Gojek mendukung ketahanan ekonomi selama pandemi Covid-19 di Kota Semarang, Jawa Tengah. Demikian temuan utama dari riset terbaru Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) yang berjudul, “Peran Ekosistem Digital Gojek di Ekonomi Semarang Sebelum dan Saat Pandemi COVID-19.”

Dr. Alfindra Primaldhi, Peneliti LD FEB UI memaparkan, riset tersebut menunjukkan peran ekosistem ekonomi digital dalam membantu UMKM, khususnya usaha mikro, untuk bertahan di masa pandemi. Kondisi pandemi ini menguji resiliensi (ketahanan), dan kemampuan adaptasi para pelaku usaha di masa krisis. Salah satu adaptasi itu adalah mengubah usaha tradisional menjadi usaha digital.

Advertisement

''Tampak juga bahwa para pelaku usaha cukup realistis melihat dampak panjang dari pandemi, namun mereka juga tetap optimis bahwa dengan berada dalam suatu ekosistem digital, usaha mereka dapat tetap tumbuh kedepannya, dan penghasilan mereka kembali seperti sebelum pandemi,'' jelasnya dalam keterangan tertulis.

Riset LD FEB UI menunjukkan bagaimana GoFood menjadi penyangga ekonomi di Kota Semarang bagi mereka yang penghasilannya terdampak pandemi terutama pekerja swasta dan profesional. Riset menemukan 44 persen Mitra GoFood yang disurvei baru bergabung saat pandemi COVID-19 (sejak Maret 2020). 

Di antara mitra tersebut, 93 persen adalah pengusaha skala mikro. Lebih lanjut lagi, 44 persen  di antara mereka merupakan pengusaha yang pertama kali mulai berbisnis.

Riset LD juga menemukan bahwa mayoritas mitra UMKM menganggap mereka mampu beradaptasi di situasi pandemi karena berada di ekosistem Gojek. "UMKM yang merasa mampu beradaptasi selama pandemi dengan menjadi mitra adalah 90 persen mitra UMKM GoFood, 96,7 persen mitra UMKM social seller  pengguna GoSend, dan 91,8 persen mitra UMKM GoPay," papar Dr. Alfindra.

Hal ini dikarenakan, mitra menganggap solusi teknologi dan non-teknologi dari Gojek membantu keberlangsungan usaha mereka. Mitra UMKM GoFood merasakan manfaat dari fitur teknologi pengaturan promosi mandiri (69 persen) dan komunitas partner GoFood (35 persen). Sementara mitra UMKM social sellers pengguna GoSend sangat merasakan manfaat dari fitur Layanan GoSend dalam Kota (82 persen) dan Layanan GoSend Antar-Kota (37 persen). Sedangkan, Mitra UMKM GoPay merasakan manfaat dari fitur penerimaan pembayaran non tunai (83 persen) dan aplikasi GoBiz (60 persen).

Riset LD juga mengungkapkan, 94 persen mitra driver di Kota Semarang mendapatkan bantuan dari Gojek selama masa pandemi Covid-19 dan 86 persen  mitra mengapresiasi bantuan tersebut.

Semangat gotong royong sangat tercermin di ekosistem Gojek dalam bentuk upaya saling membantu di tengah pandemi. Di mana 47 persen mitra driver masih memberikan bantuan sosial kepada keluarga, tetangga, dan sesama mitra. 78 persen mitra juga optimis penghasilannya akan kembali seperti sebelumnya dan 82 persen dari mitra driver optimis bahwa kemitraan mereka dengan Gojek dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. 92 persen dari mitra driver juga akan melanjutkan kemitraan dengan Gojek seterusnya dengan batas waktu tak terhingga.

Dr. Paksi C.K Walandouw, Wakil Kepala LD menambahkan di tahun 2019 kontribusi mitra GOJEK dari lima layanan (GoRide, GoCar, GoSend, GoFood dan GoPay) ke perekonomian Indonesia mencapai Rp13,5 triliun bila menggunakan metode nilai tambah. Sementara, dengan menggunakan metode pendapatan domestik regional bruto (PDRB), ekosistem digital Gojek nilai produksinya mencapai Rp13,1 triliun atau menggerakkan 6,9 persen PDRB Kota Semarang.

Tidak hanya berdampak terhadap UMKM di dalam ekosistem Gojek, UMKM di luar ekosistem Gojek, seperti penyedia bahan baku di pasar dan bengkel kendaraan juga mendapatkan manfaat dari kehadiran Gojek di kota Semarang, dengan mengalami peningkatan omzet sebesar 51 persen. 

Paksi menambahkam keberadaan Gojek di Semarang juga menimbulkan efek domino di sektor lainnya. Dampak multiplier, atau kontribusi tidak langsung keberadaan Gojek pada PDRB Semarang di tahun 2019, mencapai Rp1,5 triliun miliar. Ini dihitung dari pendapatan UMKM di luar ekosistem Gojek  (seperti bengkel yang digunakan mitra pengemudi, atau pedagang pasar yang menjual bahan baku ke mitra GoFood) setelah Gojek beroperasi di Semarang.

Riset LD FEB UI ini dilakukan di beberapa wilayah Indonesia dengan menggunakan metode kuantitatif melalui wawancara tatap muka untuk melihat kontribusi Gojek di tahun 2019. Sedangkan untuk riset di masa pandemi Covid-19 dilakukan melalui survei online di wilayah yang sama. Jumlah responden mitra pengemudi dan UMKM untuk survei online dan offline di Kota Semarang adalah sebesar 3.814. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES