Ekonomi

Tanaman Tunas Kelapa Disulap Menjadi Bonsai dan Bernilai Ekonomis

Sabtu, 13 Februari 2021 - 11:50 | 220.44k
Hendri Ketua KBKP memperlihatkan koleksi bonsai kelapa miliknya (Foto: Novrico Saputra/TIMES Indonesia)
Hendri Ketua KBKP memperlihatkan koleksi bonsai kelapa miliknya (Foto: Novrico Saputra/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PAGARALAM – Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat di Kota Pagaralam memanfaatkan waktu di rumah untuk membudidayakan tunas kelapa yang disulap menjadi tanaman bonsai yang sangat unik dan bernilai ekonomis.

Tanaman hias dengan ukuran lebih kecil dari ukuran aslinya justru sangat diminati oleh pembeli, bahkan penjualannya di masa pandemi seperti ini meningkat hingga 20%. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, yakni mulai dari Rp150.000 hingga jutaan rupiah, tergantung pada keunikan, masa lama bertahan, dan jenis bonsai tersebut.

Advertisement

Hendri B

Puluhan masyarakat dari Komunitas Bonsai Kelapa Pagaralam (KBKP) di Komplek Griya Dempo Indah,Perumnas Guffi meluangkan waktunya untuk mengolah bibit tunas kelapa menjadi bonsai yang sangat menarik dan unik. Kreativitas masyarakat tersebut ternyata sangat luar biasa, selama ini bibit tunas kelapa yang terlihat biasa saja, berhasil dibuat menjadi sesuatu yang tidak biasa dan bernilai.

Untuk jenis buah kelapa yang bisa dibuat bonsai sendiri, hampir semua jenis kelapa kering bisa dilakukan, namun untuk jenis kelapa gading adalah yang paling bagus, karena batoknya tidak besar.

Proses pembuatan bonsai kelapa juga terbilang tidak terlalu sulit, hanya saja butuh kesabaran dan seni dalam mengolahnya. Setiap tunas kelapa yang mau dijadikan bonsai terlebih dahulu dibersihkan sampai ke bagian batoknya dan menyisakan serabut.

Proses selanjutnya yakni memanfaatkan media tanam pot kecil dan batu karang selama satu bulan menunggu tumbuh akar dan kemudian baru dipindahkan ke pot. Bonsai kelapa yang telah berhasil dibentuk memiliki beragam jenis, diantaranya bentuk semut nungging, lepas angin, gurita, alien, original, dan semi original.

Para warga pengrajin menyalurkan hobi ini mulai dilakukan sejak setahun silam, tapi baru digeluti secara serius selama wabah pandemi Covid-19 melanda, dimana mengikuti kebijakan pemerintah untuk bekerja dari rumah.

Kegiatan ini juga untuk menghalau kebosanan, sehingga warga memanfaatkan waktu mengolah bibit tunas kelapa menjadi tanaman hias bonsai yang mampu menambah pendapatan warga.

Keunikan bonsai kelapa dari bentuk daun sampai akar, semakin tua menjadi semakin unik. Sedangkan harga bonsai kelapa tersebut dijual mulai dari harga Rp150.000 hingga Rp3 juta per pohon, tergantung keunikan dan usia tuanya.

Ketua KBKP, Hendri Irawan yang juga ASN di lingkup Kota Pagaralam mengatakan, ide kerajinan bonsai muncul saat dirinya diharuskan bekerja dari rumah Saat itu, ia melihat kerajinan bonsai kelapa dan terpikir untuk membuatnya di Pagaralam.

Lantas, dia langsung mengajak masyarakat untuk membuat komunitas pengrajin hingga akhirnya saat ini telah bisa membuat banyak kerajinan dan berhasil di pasarkan sampai ke luar daerah Pagaralam.

Hendri C

Menurutnya, selama pandemi Covid-19, komunitas seni yang telah terbentuk tersebut lebih fokus lagi untuk membuat bonsai kelapa.

"Proses pembuatan berbagai jenis bonsai membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan sampai dua tahun untuk membentuknya sesuai keinginan," ungkap Hendri sebagai salah satu pengrajin bonsai kelapa.

Hingga saat ini, komunitas bonsai kelapa sudah memiliki anggota sebanyak 35 orang dan tersebar di berbagai 5 kecamatan di Kota Pagaralam.

Bonsai sendiri merupakan metode pengerdilan tanaman secara sengaja untuk membentuk karya tanaman hias dengan ukuran kecil daripada ukuran aslinya di alam pada umumnya.

Selain itu, bonsai kelapa juga merupakan replika pohon kelapa asli atau pohon kelapa berukuran kecil dan perawatannya membutuhkan kesabaran dan ketelatenan ekstra agar hasilnya bagus dan unik.

Selama delapan bulan terakhir ini, untuk jenis kelapa yang digunakan juga menentukan keindahan dan ketahanan dari bonsai. Para pengrajin biasanya mencari jenis kelapa gading dan jeumpa untuk menjaga ukurannya agar tetap kecil.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES