Kisah Siti Purwanti, Warga Blitar Pengolah Ikan Jadi Puluhan Jenis Makanan

TIMESINDONESIA, BLITAR – Pandemi Covid-19 membuat sebagian orang menjadi kreatif dan inovatif. Inovasi dan kreativitas memang diperlukan untuk tetap bertahan di tengah lesunya perekonomian. Seperti dilakukan Siti Purwanti, perempuan asal Dusun Tumpuk Desa Tangkil, Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar.
Siti berinovasi mengolah ikan menjadi 34 jenis makanan. Hal itu dilakukannya supaya tetap memiliki penghasilan dan mengundang masyarakat untuk tertarik akan produknya.
Advertisement
Kepada TIMES Indonesia, perempuan yang akrab disapa Purwanti itu menceritakan awal mula ia mendirikan usaha olahan ikan. Purwanti memulai usahanya pada November 2019.
"Pokoknya semua bagian ikan tidak tersisa mulai dari kepala sampai ekor semua saya jadikan camilan. Saya hanya mengolah ikan patin dan ikan lele," kata Purwanti memulai obrolan dengan TIMES Indonesia, Jumat (5/3/2021).
Daftar 34 makanan dari ikan yang dibuat Siti Purwanti meliputi Nugget ikan, sosis ikan, bakso ikan, otak otak ikan, Sambosa ikan, Kroket ikan, lumpia ikan, Abon ikan, Rengginang ikan, Kerupuk Balung iwak, Keripik Fishbone, Miemil snack, Miemil Mie ikan, Tortila ikan, Stik tulang ikan, Tahu ikan.
Macam-macam jenis olahan ikan buatan Siti Purwanti
Juga, Cookies ikan, Rempeyek ikan, Kekian ikan, Coklat Ikan, Siomay Ikan, Tahu bakso ikan, fish katsu, Sambal Ikan, dimsum ikan, Abon ikan sembunyi, Ikan biji ketapang, Crispy ikan, Sempol Ikan, Bumbu tabur ikan, Tepung ikan, Bidaran ikan, Ikan segar marinasi dan Kremesan ikan.
Purwanti mengemukaan, asal mula ia berinovasi membuat oalahan dari ikan tersebut berawal dari turunnya omset usaha jual ikan patin yang dijalani suaminya. Ia mencari cara bagaimana supaya persediaan ikan patin bisa cepat terjual dengan cara berbeda.
"Suami saya kan penjual ikan patin dan lele. Penjualan sangat turun karena corona, tapi stoknya banyak. ya sudah kita putar otak supaya bisa terjual. Akhirnya, saya olah menjadi makanan," urai Purwanti.
Purwanti sebelumnya, hanya mengolah daging ikan menjadi Frozen food seperti tempura, sosis, bakso dan nugget. Namun, karena melihat banyaknya tulang sisa olahan Frozen food, ia kemudian membuat tulang tulang tersebut menjadi camilan seperti kerupuk, keripik, stik dan kue.
"Saya juga membuat mie instan ikan patin, yang saat ini telah lumayan banyak memiliki pelanggan setia," tambahnya.
Purwanti mengatakan, mi instan dibuat sepraktis mungkin seperti halnya mi instan buatan prabrik. Karena ia membidik masyarakat yang gemar mengkonsumsi mi instan sebagai pangsa pasar.
Frozen food buatan Siti Purwanti
Lebih lanjut, Purwanti menyebutkan produk olahan dari ikan lainnya yaitu kue ikan patin. Tulang ikan patin ia haluskan menjadi tepung. Ia katakan kue ikan patin adalah perpaduan tepung biasa dengan tepung tulang ikan patin.
"Mi tidak saya goreng tetapi dipanggang memakai oven. Sehingga lebih tahan lama meskipun tidak menggunakan pengawet," sambungnya.
Dalam sebulan, ia menghabiskan 40 kilogram ikan untuk diolah menjadi makanan. Jumlah tersebut, dikatakannya tergolong sedikit karena memang usahanya masih masuk dalam kategori usaha kecil menengah.
"Dalam satu hari hanya 6 kg yang paling banyak saya buat untuk bumbu mi ikan dan abon," urai Purwanti.
Semua produk ikan tersebut, Purwanti jual di sebuah gerai sederhana dekat rumah. Selain itu, ia juga memasarkan produknya secara online. Ia dibantu sang adik dalam pemasaran produk. Dalam sebulan, Purwanti mengaku bisa meraup omset Rp 7 juta dari usaha yang ia jalani.
"Untuk frozen food waktu PSBB sempat meningkat, namun saat new normal menurun. Mungkin karena masyarakat sudah banyak yang beraktivitas di luar," jelas perempuan asal Desa Tangkil Wlingi, Kabupaten Blitar ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |