Ekonomi Indonesia Bangkit

Mengintip Perajin di Kampung Batik Kota Tasikmalaya

Senin, 14 Juni 2021 - 16:43 | 286.60k
Para pembatik sedang melukis beragam motif khas batik Tasikmalaya di atas kain mori masing-masing di rumah produksi Agnesa Batik di Kampung Cigeureung, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya. (Foto: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Para pembatik sedang melukis beragam motif khas batik Tasikmalaya di atas kain mori masing-masing di rumah produksi Agnesa Batik di Kampung Cigeureung, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya. (Foto: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
FOKUS

Indonesia Bangkit

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Pemerintah Kota Tasikmalaya membangun sebuah perkampungan menjadi Kampung Batik dengan tujuan mengembangkan produk batik khas Tasikmalaya menjadi produk unggulan daerah serta menjadi destinasi wisata edukasi dan belanja.

Kampung Batik itu tak jauh dari pusat Kota Tasikmalaya yaitu di Kampung Cigeureung, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes. Warga Kampung Batik, secara turun- temurun melakoni usaha sebagai pengrajin batik. Di sana, tercatat setidaknya 34 pengusaha batik yang mempekerjakan ratusan pembatik.

Advertisement

Kampung Batik Kota Tasikmalaya 2Dua pekerja melakukan proses pencelupan kain batik yang telah dilukis para pembatik di rumah produksi Agnesa Batik di Kampung Cigeureung, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya. (Foto: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Masyarakat kampung tersebut melakukan aktivitas membatik di rumah produksi masing-masing. Hampir setiap rumah perajin juga memiliki showroom yang bisa dikunjungi para pelancong yang ingin melihat langsung proses membatik dan berbelanja batik khas Tasikmalaya.

Salah satunya, gerai batik Agnesa di Jalan Ciroyom-Cigeureung, Kota Tasikmalaya. Rumah produksi dan gerai milik Hj Enok (56) dengan suaminya H Cacu (64) menyuguhkan beragam motif batik khas Tasikmalaya yang identik dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan kekayaan alam Tasikmalaya. 

Enok menyebut, banyak ragam motif batik yang diproduksinya. Di antaranya Bambu Serimpin, Sarang Laba-laba, dan Watu Numpuk. Ia menjelaskan, motif Watu Numpuk, terinpirasi dari kondisi alam di sekitar Tasikmalaya setelah letusan Gunung Galunggung pada tiga puluh sembilan tahun silam.

"Waktu itu, di tanah-tanah di sekitar Tasik mendadak ada tumpukkan batuan dari material letusan gunung. Banyak lahan sawah juga yang di tengahnya ada beberapa batu berukuran besar bertumpuk-tumpuk. Makanya jadi inspirasi membuat motif Watu Numpuk," jelasnya kepada Times Indonesia, Senin (14/06/2021) siang.

Kampung Batik Kota Tasikmalaya 3Hj Enok, mengangkat kain-kain batik yang dijemur di rumah produksi miliknya Agnesa Batik di Kampung Cigeureung, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. (Foto: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Kepulan asap putih tipis menyeruak saat pintu menuju rumah produksi Batik Agnesa dibuka. Pintu menuju rumah produksi berada di sudut kanan showroom Batik Agnesa yang terhalang beberapa rak dan gantungan lembaran kain dengan beragam warna serta motif batik.

Di dalam rumah produksi, belasan perempuan paruh baya duduk di depan kompor kecil yang di atasnya terdapat wajan kecil berdiameter sekitar 25 cm berisi lilin cair. Di sampingnya bertumpuk beragam canting (alat untuk melukis) yang bergantian dipakai untuk menorehkan berbagai macam gambar di atas kain mori yang masih polos.

Sebelum menorehkan canting berisi lilin, seorang pembatik sesekali mengusap kain yang akan dilukis. Ia juga sesekali meniup canting berisi lilin cair panas yang akan ditorehkan di atas kain.

Pemandangan serupa bisa didapati di setiap rumah produksi di Kampung Batik. Ada juga yang melukis dengan cara menyelupkan stempel berukuran sekitar 30x35 cm ke lilin cair panas. Kemudian menempelkan stempel itu di atas kain mori polos yang diletakan di atas sebuah meja panjang. Proses itu merupakan cara melukis batik dengan teknik stempel.

Beberapa perajin juga ada yang menggunakan teknik printing untuk melukis batik. Teknik printing ini dilakukan untuk membuat batik dengan motif tertentu dan permintaan yang cukup banyak seperti untuk seragam sekolah atau seragam kantor.      

Proses membatik di Kampung Batik Kota Tasikmalaya ini tak berhenti hanya di melukis. Setelah dilukis, kain yang sudah bermotif dicuci kemudian dicelup dengan pewarna. Setelah dicelup, kain-kain ditiriskan di dalam ruangan yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Selesai proses pencelupan, kain-kain yang telah bermotif itu kemudian dicuci dan dijemur di tengah teriknya matahari. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES