Sukses Beternak Murai Batu Medan, Aziz Ahmadi Berbagi Tips

TIMESINDONESIA, PACITAN – Berkat konsisten dan keuletannya, Aziz Ahmadi (48) sukses beternak Murai Batu Medan. Pria asal Desa Sambong, Kecamatan/Kabupaten Pacitan, Jawa Timur itu berbagi tips dan cara merawat burung kicau hingga bernilai jutaan rupiah.
Menurut Aziz, sebelum beternak harus menyiapkan lokasi yang nyaman. Seperti kandang miliknya berada di belakang rumah. Tujuannya agar burung mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Sehingga, keamanan tetap terjamin.
Advertisement
"Kalau bisa lokasinya tenang, jauh dari suara bising kendaraan. Demi keamanan harus ada tembok dan kawat besi. Intinya mudah untuk mengawasinya. Karena rawan pencurian," katanya, Senin (21/02/2022).
Aziz menambahkan, ukuran kandang ternak murai panjang minimal 90 cm, lebar 90 cm dan tingginya 180 cm. Agar tidak terlalu memakan tempat, bisa cukup membuat banyak sekat pembatas.
Aziz Ahmadi (48), warga Desa Sambong, Pacitan yang ulet beternak Murai Batu Medan raup sukses. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
"Kalau kandang memang saya bikin senyaman mungkin. Bagian bawahnya ada pasir supaya lembab. Nah, jangan lupa diberi ventilasi udara yang cukup agar burung tidak pengap. Sinar matahari juga harus bisa masuk kandang," imbuhnya.
Lebih lanjut, Aziz menuturkan kandang juga harus dirawat setiap hari. Seperti membuang kotoran, membersihkan wadah pakan minum dan isinya diganti tiap hari agar Murai Batu cepat bertelur.
"Perawatan kandang harus rutin tiap hari. Kalau kotorannya banyak, ya sangkar dan tangkringan itu dibersihkan termasuk sisa makanan yang jatuh ke bawah. Supaya tetap higienis dan burung cepat bertelur," terangnya kepada TIMES Indonesia.
Pria yang juga menjadi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) itu menegaskan, untuk menunjang ternak Murai Batu Medan, pakan yang bergizi juga harus diperhatikan. Ia mengaku mudah mendapatkannya.
"Untuk pakan kalau saya pakai kroto, ulat dan jangkrik. Belinya di pasar burung. Makanan tambahannya ada voer khusus murai agar cepat birahi, lalu kawin dan mudah bertelur. Kasih makan hanya pagi dan sore," jelas Aziz.
Selain itu, di sela-sela kesibukannya sebagai pengajar. Aziz masih sempat memandikan burung dengan cara menyemprot secara halus. Ini bertujuan agar tetap sehat dan terhindar dari bakteri. Itu dilakukan tiap pagi.
"Setelah dimandikan, murai itu dijemur selama satu jam di bawah matahari. Nah, kalau sudah hangat pindahkan sangkar ke dalam tempat yang teduh. Sekitar rumah saya tanami pepohonan rindang dan sejuk," ungkapnya.
Saat ini, Aziz memiliki 5 pasang Murai Batu Medan produktif bertelur. Jika sudah menetas dan anakan berusia 2 bulan baru dipisah dari indukannya.
Aziz Ahmadi (48), warga Desa Sambong, Pacitan yang ulet beternak Murai Batu Medan raup sukses. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
"Biasanya anak murai umur 2 bulan sudah bisa makan sendiri tidak disuapi lagi. Setelah itu baru saya pindah ke dalam sangkar khusus supaya beradaptasi dengan sekitar," ucapnya.
Daya tarik dari Murai Batu ini corak warna bulunya yang kontras dan eksotik dengan buntut panjang. Selain itu bisa menirukan suara burung lainnya dengan durasi cukup lama. Gayanya fighter dan menantang membuat semakin memikat.
Tak heran jika Murai Batu Medan banyak dicari orang. Harga anakan umur 2 bulan Rp1.5-Rp2 Juta per ekor jantan. Sedangkan untuk pasangan Rp2.5 Juta.
Berawal dari hobi dan sering ikut gantangan maupun latber, kini omzet yang didapat oleh bapak dari 6 anak tersebut mencapai Rp4-5 Juta per bulan. Peminatnya malah banyak dari luar Pacitan.
"Awalnya memang hobi, sejak 7 tahun lalu. Kemudian sering ikut kontes gantangan. Alhamdulillah dapat juara. Kalau permintaan banyak dari luar Pacitan. Yakni Temanggung, Boyolali, Pekalongan Jawa Tengah. Kadang diambil ke sini atau minta dikirim pakai travel," kata Aziz Ahmadi yang kini sukses raup jutaan rupiah dari beternak Murai Batu Medan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sholihin Nur |