Ekonomi

Kisah Tukang Becak di Pacitan yang Keluhkan Sepi Penumpang hingga Tak Dapat Bantuan

Jumat, 08 April 2022 - 16:48 | 53.61k
Ginoto dan Teguh Mulyanto tukang becak di Pacitan mengeluh sepi penumpang hingga tak dapat bantuan tampak pasrah. (Foto: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Ginoto dan Teguh Mulyanto tukang becak di Pacitan mengeluh sepi penumpang hingga tak dapat bantuan tampak pasrah. (Foto: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
FOKUS

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PACITAN – Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dikenal luas memilik banyak wisata pantai. Di balik kisah indah itu, ada cerita pilu tukang becak karena sepi penumpang hingga tak dapat bantuan dari pemerintah. 

Seperti pengakuan tukang becak bernama Ginoto (60) warga Desa Menadi, Kecamatan Pacitan yang setiap hari mangkal di kawasan alun-alun. Demi menunggu penumpang, meski sepi namun tetap bersabar. 

Advertisement

"Sekarang penumpang sangat sepi. Belum tentu 5 hari sekali dapat penumpang, awal puasa ini benar-benar zonk," katanya, Jumat (8/4/2022). 

Menurut Ginoto, keadaan seperti itu juga dialami oleh tukang becak lain yang sama-sama mangkal di sekitar Jalan Jenderal Ahmad Yani sudah sejak tahun 2012 silam. Terlebih saat ini sangat jarang pejalan kaki menyewa jasa antar karena sudah punya kendaraan bermotor. 

"Sejak 2012 sampai sekarang penumpang becak kayuh semakin menurun, mungkin karena banyak yang punya motor sendiri jadi jarang jalan kaki. Apalagi wisatawan sudah tak lagi naik becak. Beda kalau zaman dulu," ungkap bapak tiga anak itu. 

Tak hanya itu, dirinya harus menjadi tulang punggung keluarga belum lagi di tengah harga bahan pokok yang kian melonjak menambah tuntutan hidup makin menekan. Di sisi lain, lowongan pekerjaan juga masih sulit. Bantuan PKH dari pemerintah pun belum bisa mencukupi kebutuhan. 

Tukang-Becak-2.jpg

"Keluarga ada 7 di rumah dan saya jadi tulang punggung mereka. Sebelumnya masih ada kerja sampingan jadi tukang batu tapi sekarang tak ada lagi yang ngajak.Tolonglah pemerintah juga perhatikan nasib kami," jelas Ginoto berharap. 

Sementara itu, Teguh Mulyanto (70) tukang becak asal Arjowinangun mengaku belum menerima bantuan dari pemerintah sejak 2 tahun belakangan. Untuk bisa makan, ia juga harus menjadi pemulung rosok. 

"Pernah sekali dapat BLT dari Kemensos Rp600 ribu tapi sudah hampir 2 tahun belum dapat lagi. Kalau cuma ngandalin narik becak, ya ndak bisa makan. Sampingannya jadi pemulung, penting kan halal," ungkapnya. 

Selain itu, Teguh menuturkan jika Ramadan kali ini tukang becak belum pernah dipanggil ke pendopo oleh Bupati. Padahal tradisi sebelumnya selalu dikasih sejumlah uang untuk meringankan beban meski nilainya sedikit tapi sangat berarti. 

"Biasanya bulan puasa tukang becak dikasih undangan intinya disuruh mengambil amplop berisi uang Rp200 ribu. Tapi bupati yang sekarang belum. Ramadan 2021 lalu juga tidak ngasih. Dan harapan kami mudah-mudahan tukang becak juga dikasih sebagaimana tradisi yang dilakukan Bupati Pacitan sebelumnya," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES