Ekonomi

Mantan TKI Sukses Ternak Kambing Perah, Hasil Belajar dari Merawat Unta

Selasa, 25 Juli 2023 - 21:59 | 120.85k
Badriyah dan Sumanan saudara laki-lakinya yang tergabung dalam kelompok Tani Hutan (KTH) 'Bayu Lestari' sedang memberi makan camilan ramban pada kambing ternaknya. (FOTO : Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Badriyah dan Sumanan saudara laki-lakinya yang tergabung dalam kelompok Tani Hutan (KTH) 'Bayu Lestari' sedang memberi makan camilan ramban pada kambing ternaknya. (FOTO : Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Ilmu datang dari mana saja. Mungkin itulah yang dirasakan oleh mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi, Badriyah Mudahlan Bin Mustopa, asal Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, yang kini sukses beternak kambing perah hingga hasilkan produksi susu secara mandiri.

Uniknya, Badriyah sapaan akrabnya, belajar beternak kambing perah karena mendapatkan ilmu dari hasil bekerja jadi TKI dengan merawat unta-unta milik atasanya. Bahkan ia juga pernah belajar memeras susu dari unta kala itu.

Advertisement

“saya jadi TKI kurang lebih 21 tahunan, kemudian setelah pulang ingin mencoba usaha ternak kambing perah, karena di Songgon sumber pakan masih melimpah,” tuturnya, Selasa (25/7/2023).

Badriyah, bercerita, awalnya ia hanya mampu membeli sepasang kambing perah berjenis Etawa. Lambat laun hasil budidaya kambingnya cukup pesat hingga saat ini, ia memiliki kurang lebih 60 ekor kambing. Lantas kemudian memutuskan menambah jenis kambing lain seperti jenis kambing Saanen yang berasal dari Swiss untuk dibudidayakan.

“Ini jenis kambing Sapera silangan Etawa dan Sananen. Kalau yang ini jenis kambing PE (Peranakan Etawa) silangan dengan jenis lokal,” kata Badriyah, seraya menunjuk kambing.

Wanita yang juga tergabung dalam kelompok tani ‘Bayu Lestari’ itu, selain sukses dalam breeding kambing, juga berhasil dalam memproduksi susunya. Dalam sehari empat kambing milik Badriyah yang sudah bisa menghasilkan susu, dapat mengelurkan kurang lebih 8 liter susu murni.

“Jadi susu yang dihasilkan sudah ada yang pesan,  ada juga yang kami simpan untuk konsumsi pribadi atau dijual ecer. Harganya Rp20.000 perliter,” tandas Badriyah.

Kesuksesan Badriyah juga tak luput dari pengalaman yang ia pelajari semasa menjadi TKI. Di peternakannya Badriyah sudah menggunakan metode modern. Mulai dari model kandang yang digunakan hingga jenis pakan, dirinya sudah paham betul.

“Protein dan kebersihan kandang adalah yang utama, bahkan pejantan, indukan sampai anakan diberi menu makan dan tampat yang berbeda,” paparnya.

Makanan utama kambing milik Badriyah adalah campuran dari ramban dan singkong kering yang kemudian digiling selanjutnya melalui tahap fermentasi beberapa hari. Hal itu dipercaya karena, akan memberikan efek bagus pada kambing dan memenuhi gizi proteinnya. Oleh sebab itu kambing-kambingnya terlihat nampak sehat, berisi, aktif namun jarang bersuara.

Olahan makanan kambing juga berpengaruh terhadap, hasil produksi susunya. Jika hanya mengandalkan pakan ramban, susu yang dihasilkan oleh kambing perah akan berbau amis, berbeda dengan hasil pakan fermentasi, yang tak berbau dan lebih terasa segar.

"Rasanya kaya susu bearbrand, makanya susu kambing bisa jadi obat sehat," tandas, Badriyah.

“Jika kambing itu setelah makan kenyang, pasti tidak berisik. Dan ramban utuh yang diberikan ini sebagai camilan untuk menambah gizi serat untuk kambing,” ujarnya.

Semua hal yang dihasilkan kambing bisa menjadi ladang cuan. Mulai dari daging, susu hingga kotoran kambing pun akan laku untuk kebutuhan pabrik akan pasar pupuk organik. Bahkan dengan metode modern yang diterapkanya, ia bisa menghemat banyak waktu dan tenaga karena tidak terlalu banyak mencari rambanan.

“Ya gini, shubuh membersihkan kandang, kemudian memeras susu dan memberi makan. Dilanjut lagi saat sore,” kata Badriyah.

“Meskipun letak kandang kambing dirumah dan ditengah pemukiman, tidak akan menimbulkan bau, karena sistem model kandang yang baik,” imbunya.

Dan benar saja tidak tercium bau kotoran kambing yang terendus hidung, bahkan untuk seukuran 60 ekor kambing, tidak sama sekali mengeluarkan suara, terlebih kandang yang nampak rapi dan tertata. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES