Ekonomi

Dahsyatnya Media Sosial untuk Berbisnis

Sabtu, 28 September 2024 - 10:18 | 25.25k
Branch Manager Social Bread Indonesia, Surabaya, Frida Taniago dalam seminar AMA Malang, Jumat (27/9/2024) malam. (FOTO A: widodo Irianto/TIMES Indonesia)
Branch Manager Social Bread Indonesia, Surabaya, Frida Taniago dalam seminar AMA Malang, Jumat (27/9/2024) malam. (FOTO A: widodo Irianto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Kedahsyatan media sosial sebagai pilihan utama dalam berbisnis lewat konten dikupas blak oleh Frida Taniago, S.Psi Branch Manager Social Bread Indonesia, Surabaya dalam Seminar AMA Malang "Great Content Into a Sales", Jumat (27/9/2024) malam di Keraton Ballroom Hotel Tugu Malang.

Malam itu Frida menjlentrehkan strategi konten media sosial yang efektif untuk bisnis , mulai dari awareness hingga sales.

Advertisement

Ketua Umum AMA Malang, Cornelis Sutiono dalam sambutannya sebelum pembicara utama menyampaikan materi, telah menandaskan bahwa jamannya sekarang sudah berubah.

Dengan didampingi Yuliana, Head of Creative dari Social Bread Surabaya, Frida membeberkan bahwa di era digital saat ini, media sosial menjadi salah satu alat yang paling efektif untuk mempromosikan bisnis.

Tentu saja untuk mencapai hasilnya yang optimal seperti yang diharapkan semua para pelaku usaha, konten tepat harus disesuaikan dengan tujuan dan sasaran audiensnya.

Karena itu, menurutnya, agar berhasil, ada hal-hal yang penting untuk dipahami, misalnya bagaimana membuat konten yang tepat sasaran agar bisa mendukung usahanya.

Menurutnya, ada tiga tahapan yang harus dilalui pelaku bisnis sebelum bertransisi dari pengunjung hingga tertarik untuk membeli, yaitu awareness, interest, serta consideration, yang tahapannya seperti ini:

Awareness (Kesadaran)

Awalnya nembangun kesadaran tentang produk  Di sini, TikTok menjadi media yang sangat efektif.

"Konten TikTok bisa dilihat jutaan pengguna dengan cepat lho," jelas Frida. Kuncinya ada di FYP (For Your Page) yakni  laman yang berisikan video hasil dari kurasi algoritma TikTok yang sesuai dengan tingkat ketertarikan dan minat.

Pengusaha UMKM yang cerdas akan menggunakan platform ini untuk membuat konten viral yang tidak hanya menghibur tetapi juga memperkenalkan produk mereka secara halus.

Interest (Ketertarikan)

Setelah awareness terbentuk, langkah berikutnya adalah mempertahankan ketertarikan audiens.

Konten yang menarik dan berkesinambungan diperlukan untuk menjaga engagement yaitu komunikasi dua arah tentang umpan balik atau feedback konsumen.

Di sini, Instagram memainkan peran penting sebagai "landing page"nya yang menggantikan fungsi website.

"Jika TikTok adalah tempat untuk menjangkau audiens, maka Instagram adalah tempat di mana konsumen akan mencari informasi tentang bisnis kita," kata Frida.

Di Instagram, calon konsumen bisa menemukan informasi 5W-1H (Who, What, When, Where, Why, How) mengenai produk yang ditawarkan.

Consideration (Pertimbangan)

Setelah audiens tertarik dan terlibat, tahap selanjutnya adalah consideration, dimana konsumen mulai mempertimbangkan untuk membeli.

Frida juga sempat menunjukan grafik bahwa Indonesia adalah negara dengan pengguna TikTok terbanyak kedua di dunia.

Dari situlah ia menekankan betapa pentingnya menggunakan platform yang banyak digunakan masyarakat.

Dalam hal konten, menurut Yuliana, Head of Creative dari Social Bread Surabaya yang mendapat kesempatan diantara jeda Frida itu mengatakan bahwa konten tidak boleh sembarangan.

Konten yang efektif harus disesuaikan dengan audiens serrta kebutuhannya.

"Jadi konten buat anak 17 tahun dan konten untuk anak 30 tahun itu berbeda," katanya. Oleh karena itu, memahami target audiens adalah langkah pertama dalam merancang strategi konten yang tepat.

Yuliana lantas membeberkan bahwa konten harus memuat unsur-unsur fundamental seperti Hero, Help, dan Hub.

Hero content bertujuan untuk mengenalkan brand dan nilai-nilainya kepada calon customer

Sedangkan Help content untuk memancing interaksi melalui soft selling.

Hub content lebih fokus pada product knowledge yang diharapkan berujung pada penjualan.

"Menemukan Unique Selling Point (USP) dalam menghadapi persaingan dari keunggulan produk anda sangat penting," kata dia.

Frida menekankan bahwa USP tidak harus berasal dari produk itu sendiri, tetapi bisa juga dari layanan yang diberikan.

Di sinilah, kata Frida, strategi hard selling mulai masuk. Dari awareness di TikTok hingga interest di Instagram, proses ini kemudian diakhiri dengan pembelian melalui TikTok Shop atau platform e-commerce lainnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES